Iklan

Meneladani Spirit Belas Kasih Maria

Redaksi
Monday, 15 August 2022 | August 15, 2022 WIB Last Updated 2022-08-15T08:02:31Z

Meneladani Spirit Belas Kasih Maria

Oleh: Anastasya Yunitasary

(Guru SMPK Maria Fatima Jember)

 Gambaran Maria sebagai Bunda yang berbelas kasih telah dikenal sejak dikeluarkanya Ensiklik Divis in Misericordia pada tanggal 30 November 1980 oleh Paus Yohanes Paulus II. Ensiklik ini mengembangkan tema belas kasih ilahi dan Maria digambarkan sebagai bunda yang berbelas kasih. Apalagi Ensiklik ini dianggap sebagai bukti kedekatan Yohanes Paulus II dengan Bunda Maria. Beliau sangat mencintai Bunda Maria, sehingga Maria dipanggilnya sebagai bunda yang berbelas kasih.

Baca Juga: "Aku sudah keluar hari ini, mungkin kemarin, aku tidak tahu"

Sebagai umat Kristiani saya menanggapi figur Maria sebagai bunda yang berbelakasih sebagai ajakan untuk membangun hidup baru, yakni hidup yang disemangati belas kasih Maria. Dengan begitu  dalam pewartaan sebagai umat Kristiani kita dapat menampilkan semangat belas kasih di tengah dunia. Bukan lagi menjadi rahasia, kehidupan zaman sekarang dipenuhi dengan timbulnya segala sikap hidup yang individualistis, konsumeristik sehingga kepedulian dan keberpihakan kepada mereka yang berkekurangan semakin menurun. Itulah sebabnya dalam refleksi ini, saya ingin mengajak kita untuk meneladani spirit belas kasih Maria ini dalam seluruh peziarahan hidup kita sebagai anak Maria.

Berpartisipasi dalam Belas Kasih Allah 

            Injil Yohanes 2:1-12 memperlihatkan peran Maria yang sentral dalam kehidupan manusia. Dikatakan bahwa, Maria dan Yesus serta murid-murid Yesus hadir sebagai undangan dalam pesta perkawinan di Kana. Mereka hadir sebagai suatu kelompok yang cukup besar. Tentu karena Maria dihormati, maka Yesus dan murid-muridnya di undang juga. Kita bisa bayangkan bagaimana meriahnya pesta ini seperti pesta nikah pada umumnya. Namun, suasana pesta menjadi berubah ketika tuan pesta kehabisan anggur. Betapa ini sungguh memalukan.

            Maria yang hadir sebagai undangan dengan kelompok yang cukup besar akhirnya mengambil inisiatif untuk mencari solusi atas situasi kritis ini. Keinisiatifan Maria muncul bukan karena beban tanggung jawabnya sebagai undangan, tetapi karena belaskasihanya atas kebutuhan tuan pesta. Maka, dengan kepercayaan penuh ia meminta pertolongan Yesus dan berkata kepada-Nya, “Mereka kehabisan anggur”. Bapa konsili melihat ini sebagai manifestasi perhatian dan cinta Maria bagi kebutuhan material manusia di dunia sekaligus juga memaklumkan intuisi profesinya yang melampaui kehidupan sehari-hari. Maria peka akan kebutuhan manusia dan di sini naluri keibuanya begitu nampak.

Baca Juga: Hati yang Gembira Adalah Obat yang Manjur: Potret Kesan Pasca Visitasi Akreditasi SD Pius Pemalang

            Atas permintaan ibu-Nya, Yesus merubah air menjadi anggur. Inilah mukjizat yang pertama dilakukan Yesus di hadapan umum. Tanggapan Yesus atas permintaan Maria ibu-Nya memperlihatkan belas kasih  Allah yang selalu siap menjawab kebutuhan manusia. Asalkan dari pihak manusia juga berinisiatif untuk meminta kepada Tuhan. Permintaan Maria kepada putra-Nya untuk menjawab kebutuhan tuan pesta memperlihatkan partisipasi Maria dalam mewujudkan kasih Allah kepada manusia. Maria berpartisipasi dengan sempurna, sebagai hamba Allah, dia berani dan penuh kerendahan hati memohon pertolongan Yesus. Maria mengajarkan kita bagaimana cara meminta yang baik kepada Tuhan.

            Gereja dewasa ini diajak untuk meneladani Maria yakni berpartisipasi dalam belas kasih Allah. Bukan rahasia lagi, kehidupan sosial zaman modern ini menampilkan sikap ketidakbelaskasihan kepada orang lain. Dan sebagai umat Kristiani yang menghayati hidup dalam dan bersama Maria diajak untuk mendoakan dan hadir dalam kehidupan orang lain terutama mereka yang berkekurangan. Kita meminta belaskasih seperti cara Maria. Sebab mereka akan mendapatkan belas kasih Allah hanya mungkin jika kita dengan berani dan dengan kerendahan hati memohon belas kasih Allah.

Maria dalam Kesadaran Berbagi

            Satu tindakan Maria yang mewarnai perjalanan hidupnya sejak dipilih sebagai Bunda Tuhan sampai terangkatnya ke Surga adalah tindakan berbagi. Tindakan berbagi Maria mengandung arti berkurban yang didalamnya terdapat nilai belaskasih, compassion, solidaritas, dll. Ungkapan berbagi Maria yang paling besar dalam sejarah keselamatan diawali dengan kesiapsedianya menjadi Bunda Yesus sampai pada kerelaanya untuk mengurbankan putranya demi menebus dosa manusia. Itu sungguh mengaggumkan. Ketika aktus memberi menjadi semacam barang antik yang sulit didapat, Maria menawarkan suatu pemberian diri tingkat tinggi yang sulit dibayangkan oleh manusia. Kesadaran apa yang mendorong Maria untuk melakukan ini?

            Maria menemukan karya yang mengaggumkan yang dibuat Allah dalam dirinya demi kebaikan umat manusia. Kesadaran inilah yang membuat ia tidak tanggung-tanggung menerima tawaran Allah, “Aku ini hamba Tuhan jadilah padaku menurut perkataan-Mu”(Luk 1:38)). Disini Maria memberikan seluruh hidupnya bagi kebesaran Allah. Sehingga Allah menjadi semakin besar dalam dirinya. Maria merasa dicintai Allah sehingga ucapan syukur pun dinyatakanya dalam nanyian Maria (magnificat).

Baca Juga: AkuMemilih-Nya

            Dewasa ini aktus berbagi sudah menjadi suatu tema refleksi yang tidak asing lagi. Karena itu Maria menjadi teladan kita untuk membangun kesadaran berbagi. Kita berbagi dengan tak terbatas, melampaui formalitas. Tujuanya ialah agar kita hari demi hari menjadi serupa dengan Yesus, yang telah rela memberikan dan menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi seluruh manusia.

Menghayati Belas Kasih Maria dengan Cinta 

            Saya mengajak kita untuk merenungkan hubungan kasih kita dengan Maria. Sebagai anak-anak Maria kita yakin bahwa kita dibentuk dalam dan oleh cinta Maria. Kita selalu bersama Maria. Kesadaran akan kebersamaan dengan Maria itu muncul ketika kita berdoa, berosario, bermeditasi, dan masih banyak lagi. Dari pengalaman kebersamaan ini cinta kita muncul. Merasa dicintai itulah yang dapat menemukan pangkal tolak usaha kita untuk mencintai dan menghayati tindakan belaskasih Maria. Bagaimana usaha kita untuk mencintai dan menghayati spirit belas kasih Maria ini?

            Ada anggapan bahwa soal mencintai merupakan suatu proses yang dialami dari kebiasaan yang teratur dilakukan. Kita mencitai karena terbiasa. Maka menghayati tindakan belas kasih Maria ini dilakukan secara terus menerus hingga menjadikanya sebagai bagian dari keutaamaan hidup kita. Gambaran ini harus tertanam dalam akal, kehendak dan perasaan kita sehingga membuahkan suatu semangat belas kasih yang teguh, tidak mudah goyah bila diguncang.  Belas kasih yang diharapkan berkualitas, yang keluar dari kedalaman batin kita sebagai suatu kualitas pribadi.

            Namun hal tersebut perlu di topang oleh cara yang lebih fundamental lagi, yakni Doa. Dalam doa kita meminta kebutuhan dasar kita yakni cinta kasih Tuhan. Ketika kita dipenuhi oleh cinta Tuhan, maka kita dapat berbelaskasih dengan orang lain. Seperti Maria, karena dipenuhi oleh cinta Allah membuatnya mampu memberikan diri kepada Tuhan dan manusia. Kita mohon rahmat cinta itu bersama dan melalui Maria. Maka bersama Maria kita akan mencapai cinta murni, dimana tembok-tembok egois kita diruntuhkan oleh cinta dan kebaikan Maria. Maria tidak akan mengingkari dirinya. “Dia selalu mengasihi orang yang mengasihi dia” (Ams 8:7). Melalui dia kita akan dibimbing, diajar dan mengantar siapa saja yang minta pertolonganya.

            Maria dalam hidupnya telah menampilkan spirit belas kasih yang didasarkan pada kesadaran bahwa Allah telah melakukan karya besar dalam dirinya. Allah mengasihi Maria, Allah jatuh cinta dengan Maria karena kebajikan-kebajikanya. Sebagai pengikut Maria kita diajak untuk menghayati keutamaan belas kasih Maria agar kita dapat membawa kasih di tengah dunia. Kita jangan mengaku diri pecinta Maria kalau tidak menghayati tindakan belas kasihnya dalam hidup kita. Bagaimana usaha ini dimulai? Langkah awal bagi kita adalah mencintai Maria sendiri yang memiliki spirit belas kasih. Kedua, Kita berdoa bersama dan melalu Maria untuk meminta rahmat belaskasih kepada Tuhan. Maria kemudian akan melengkapi kita dengan keutamaan-keutamanya andaikata kita menyerahkan diri secara tolal kepadanya.

Baca Juga: UntukTuan (Puisi Venansius Alfando Satrio)

            Santo Montfort dalam buku Bakti Sejati mengatakan “Hanya Maria yang memperoleh rahmat di hadapan Allah tanpa bantuan dari salah satu makhluk biasa. Semua orang lain memperoleh rahmat hanya berkat perantaraan Maria, Setelah Maria telah memperolehnya dari hadapan Allah. Dan hanya melalui Maria semua orang yang masih akan datang akan memperoleh rahmat (BS 44). Hal ini hendak mengatakan bahwa semua umat Kristiani yang menyerahkan diri kepada Allah melalui Maria akan memperoleh rahmat Allah. Maria bisa dikatakan sebagai pipa yang menyalurkan rahmat Allah kepada manusia. Sekali lagi santo Montfort mengatakan “ Melalui Santa Perawan Maria, Yesus Kristus telah datang kedunia. Melalui Maria pulalah Dia berkuasa di dunia. Hendaknya kita juga menggunakan jalan yang sama untuk sampai kepada Allah yaitu melalui Maria.

              

                                                                                                                        

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Meneladani Spirit Belas Kasih Maria

No comments:

Post a Comment

Trending Now

Iklan