Iklan

Puisi-puisi Afri Juang

Wednesday, 5 November 2025 | November 05, 2025 WIB Last Updated 2025-11-06T04:13:27Z



Oleh: Afri Juang
Dosa Malam Jumat

Kau datang dengan begitu anggunnya
Kau samarkan niatmu dalam senyum yang membuatku gila
Kau tenggelamkanku dalam lautan rayuan yang menggoda
Kata-katamu puitis, tingkahmu anggun, hingga tergila-gila.

Kau bawa aku dalam kubangan yang menjijikan,
Aku tak menolak
Aku, engkau masuk kedalamnya, lumpur mengotori kita
Hingga kita menjadi asing satu sama lain.


Monalisa

Monlisa kemarin aku sempat melirikmu
Walau hanya sepersekian detik, namun wajahmu tergores pada kanvas hati ini
Kemarin Kumelihat rambut ombakmu yang kemerahan itu
Namun, hatiku sebenarnya lebih bergelombang dan memerah ketimbang rambutmu

Monalisa…..
Aku tak ingin pertemuan kedua
Sebab cukup lebih baik mati penasaran, daripada mati dalam kerinduan


Sajak-Sajak Yang Patah

Sajak-sajak indahku kini telah patah
Puisi-puisikupun telah berkarat dimakan usia
Kisah-kisahku kadang membosankan, padahal rasanya baru kemarin kurangkai kisah itu

Segalanya lenyap….
Tak ada lagi yang ingin mendengar aku bersenanadung
Bahkan burungpun enggan mendengarku bercerita

Cucu-cucuku tak lagi menyukai dongeng yang sering kuceritakan
Anak-anaku tak lagi mendengar suara bisikkanku
Apalagi tetanggaku, mereka tak menghiraukanku lagi

Sajak-sajak indahku kini telah patah,
Puisi-puisipun telah hilang.



Minggu Malam

Di atas tempat tidurku aku bersujud
Berharap ada mimpi indah yang lewat sepanjang malam yang gelap ini
Berdoa, agar esok pagi masih ada waktu yang diberikan

Dalam dekapan malam, akupun terlelap
Ditemani bintang yang tak kukenal
Begitu sederhananya hidup

Setelah menguras tenaga sepanjang hari
Hanya berakhir di tempat tidur yang sekarat ini


Besok

Peranku di masa lalu tak pernah ada
Namun, aku selalu dikejar orang
Seperti anjing mengejar sepotong daging

Menggapaiku adalah sesuatu yang diharapkan setiap insan
Bagi dua insan muda yang sedang dimabuk asmara,

Waktu esko adalah harapan dan impian yang pertama
Berharap hari esok masih datang menyapa 
dan menyambutuku dengan beribu harapan yang karam oleh gelapnya malam


Minggu Pagi

Jagoku berkokok riang
Sementara itu aroma pagi yang cerah masih terasa
Suara-suara mahkluk bumi perlahan mulai terdengar
Membawaku pada pagi yang teduh

Kubuka jendela di belakang kamarku
Hamparan sawah menyambutku dengan sejuta tawa
Hangatnya mentari pagi menerobos kulitku yang tipis ini

Udara pagi membuatku begitu bersyukur bahwa aku masih di beri waktu
Waktu tuk menikmati pagi yang indah
Waktu tuk menyapa orang-orang terdekat
Dan waktu tuk bersyukur pada pencipta


Di Minggu Sore

Senja kini telah pergi
Mengejar hari esok yang dibatasi malam pekat
Tuk sebentar aku menyaksikan matahari yang tenggelam
Memancarkan sinarnya yang indah
Tak ada dusta di sana

Matahari menyatukan aku dan dia yang terpisah oleh jarak
Kuberharap dia juga memandang matahari yang sama denganku
Melepas semua penat yang ditanggung sepanjang hari


Bionarasi: Saya Afri Juang, lahir dan besar di Flores, NTT. Membaca dan menulis adalah rekreasi paling saya sukai, apalagi ditemani secangkir kopi Manggarai. Saat ini saya berstatus sebagai mahasiswa pada salah satu di Flores. Menulis puisi dan cerpen bagi saya adalah ekspresi diri yang paling murni dari seseorang.


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Puisi-puisi Afri Juang

No comments:

Post a Comment

Trending Now

Iklan