Oleh : Mathias Vano, OSM
Adalah di sebuah dusun kecil, hiduplah seorang pemuda sebaya yang telah lama ditinggalkan oleh kedua orang tuanya saat pemuda tersebut masih kecil karena tragedi (tsunami) melanda kampungnya. Nama pemuda itu adalah Jhonatan.
Jhonatan yang biasa dipanggil Natan oleh orang-orang sekampungnya itu harus merasakan perjuangan serta getirnya hidup sejak dini. Ia memperjuangkan hidupnya seorang diri dengan melaut menggunakan biduk kecil yang ditinggalkan oleh sang ayahnya. Ia melaut sambil mengikuti kegiatan di sekolah milik swasta, Natan harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan sekolah dengan baik agar ia dapat menjadi orang yang sukses nantinya serta dapat membahagiakan kedua orang tuanya meski mereka telah tiada. Sebagai pemuda yang beriman juga ia terus berdoa dan meyakini bahwa orang tuanya telah berada di kerajaan surga.
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-1782385713339554"
crossorigin="anonymous"></script>
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-1782385713339554"
data-ad-slot="9132655263"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
Sebagai pelaut, Natan berpontang panting untuk mendapat ikan, setiap hari. Bermodalkan semangat dan berani, Natan berjuang untuk mengalahkan kesendirannya demi mendapat uang hasil jualan ikan yang didapatinya.
Di samping melaut dan melaksanakan tugasnya di rumah, ia tidak lupa untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru-gurunya di sekolah sehingga tidak salah jika Natan menjadi siswa yang pintar di sekolahnya dan menjadi siswa yang paling disenangi oleh teman-teman bahkan para gurunya juga. Ia juga merupakan anak yang ringan tangan untuk membantu sesama yang sedang kesulitan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya baik di tempat ia belajar maupun di tempat tinggalnya. Namun rasa senang dari teman-teman, para guru, maupun tetanganya itu tidak membuat Jhonatan menjadi anak yang sombong atau egois karena ia sungguh menyadari bahwa dirinya hanyalah hidup sebatang kara, ia sungguh anak yang patut dipuji. Natan bertumbuh dewasa dalam alam kesendiriannya. Natan pun mulai memikirkan akan jadi apa dirinya kelak, namun sebelum melangkah terlalu jauh menuju masa depan ia pun ingin merasakan seperti apa itu drama dalam dunia percintaan dan untuk itu layaknya pemuda pada umumnya ia juga ingin merasakan masa pacaran.
Natan pemuda tampan yang hidup sebatang kara itu, ia merasa bahwa ada suatu getaran hebat yang timbul dalam hatinya saat ia berpapasan dengan seorang gadis yang memilki paras wajah yang sangat cantik dan pantas untuk dicintai, nama gadis itu adalah Sara. Sara adalah seorang gadis yang kebetulan satu sekolah dengan Jhonatan, ia (Sara) merupakan anak dari orang yang kaya dan mempunyai apartemen yang mewah di salah satu kota di Jakarta.
Natan sendiri merasa tidak sanggup untuk mendekati wanita pujaannya itu apalagi untuk merajut kasih dengan anak orang kaya itu, karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan ia sendiri terpaksa meredam niatnya itu untuk mengutarakan perasaannya terhadap Sara. Mengapa rasa cinta itu tidak bisa diungkapkan dengan kata? Perasaan tidak layak karena beda status. Karena itu Ia hanya dapat menjaga senyumannya yang tulusbilamana bertemu di jalan dan memberi bantuan jika tenaganya dibutuhkan dan itulah satu-satunya cara untuk dapat perhatian dari Sara terhadap dirinya. Ia juga bekerja giat agar sukses dan menjadi lebih pantas.
Karena baginya,merasa tidak layak adalah sikap bijak untuk mengoreksi diri,sikap berani untuk berubah dan sikap rendah hati untuk menjadi kuat. Sikap tidak layak mau mengatakan bahwa ada kekurangan dan mungkin juga ada kejelekan sikap, perkataan, suasa batin, rasa dan pikiran yang kurang atau jauh dari yang diharapkan. Memang terkadang sulit untuk membedakan mana yang layak dan mana yang tidak layak, karena untuk kepantasannya diserahkan kepada masing-masing pribadi. Bagi Jhonatan sendiri, ia hanya bisa menyadari serta memahami dirinya siapa dan ia sedang berhadapan dengan siapa.
Natan terus melaut serta tidak lupa berdoa kepada Tuhan agar apa yang ia inginkan terutama mendapat perhatian dari si juita dapat terkabulkan.
Kini Natan telah menyelesaikan sekolahnya dengan mendapat nilai ujian yang cukup memuaskan, serta mendapat beasiswa terakhir dari sekkolah demi melanjutkan pendidikan selanjutnya dan itu semua adalah berkat kerja kerasnya dalam belajar.
Sebelum semuanya berakhir dan merencanakan ke mana ia akan melangkas selanjutnya, ia inginmengungkapkan segala isi hatinya kepada Sara yang selama ini hanya dapat memberi senyuman bila bertemu karena perbedaan status antara dirinya dengan keluarga Sara yang serba berkecukupan itu.
Di suatu senja ia dengan berani menjumpai Sara di rumahnya sendiri.
Awalnya ia merasa ragu dan seakan tidak mampu untuk melangkah lebih lanjut, saat ia sendiri berada di depan gerbang rumah Sara yang bagaikan istana negara itu. Se..lamat.. sore..eee. Sapa Nathan kepada seorang wanita sebaya yang sedang menyapu halaman rumah yang besar dan mewah itu. Iya....hallo,sahut wanita yang sedang membersihkan halaman rumah itu dan sambil melangkahkan kakinya mendekati Jhonatan. Ibu, saya Natan.
Oh nak jhonatan,ada apa nak? Tanya wanita itu sambil bersenyum ramah kepadanya. Bu, Saranya ada di rumah Ya? Tanya Natan ingin tahu keberadeaan wanita yang ingin dijumpainya pada sore itu. Oh,, nek Sara ya nak, ya neng Saranya ada.
Neng Sara... !!! Panggil ibu Minah kepada Sara yang berada di suatu tempat di rumah itu,ada nak Nathan di sini.
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-1782385713339554"
crossorigin="anonymous"></script>
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-1782385713339554"
data-ad-slot="9132655263"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
Tidak lama kemudian Sara muncul dari dalam rumah. Ehh..Jhonatan, seru Sara kepada Natan yang masih berdiri di pintu gerbang rumahnya Sara.
Ada apa Nathan, kok tumben jalan sore-sore begini? Aa..Sara saya mau berbicara sesuatu dengan dirimu, namun sebelumnya saya minta maaf karena telah mengganggu aktivitasmu pada sore ini,pintal Nathan dengan suara merendah.
Oohh....tidak apa-apa Nathan, malah saya senang kok kau bisa kunjung ke rumahku !!
Sambil melangkahkan kaki mereka menuju taman yang luas di samping rumahnya Sara, tentang apa Nathan dan kelihatannya serius sekali?. Tentang perasaaan Sara, lanjut Natan. Sara, sebenarny saya tidak layak untuk mengutarakan perasaanku ini kepadamu, namun tidak bisaku pendam terlalu lama perasaaan ini jika pada akhirnya saya sendirlah yang terlukai.
Sar...Sara. semenjak aku mengenalmu di sekolah dulu; aku jatuh cinta kepadamu. Tetapi aku tahu bahwa aku ini hanyalah pribadi yang hidup sebatang kara dan sangat tidak pantas untuk mencintaimu sementara aku tidak mengerti apa itu cinta yang sesungguhnya. Natan, bukankah cinta itu tidak memandang siapa aku dan dirimu, statusku dan statusmu? Cinta itu bukan soal alasan Natan, namun soal hati yang siap untuk saling berbagi. Jelas Sara secara panjang lebar.
Sejenak kemudian, keduanya hening tak bersuara dan yang terdengar hanyalah desiran angin senja yang menyapa setiap dedaunan di taman indah milik orang tua Sara.
Sara, maukah engkau menerima diriku ini sebagai pacarmu? Tanya Nathan dengan penuh rasa ingin tahu dan tetap menjaga keteguhan hati wanita yang sedang merunduk di depannya itu.
Sementara Sara tetap merunduk,tiba-tiba air maatanya jatuh dari kedua matanya.
"Sara, mengapa engkau menangis?" Tanya Jonathan dengan penuh perasaan ragu.
"Nathan, mengapa baru kini engkau mengungkapkan perasaanmu itu kepadaku di saat aku sudah menjadi tunangan orang lain? Sejujurnya juga,sejak aku pertama kali aku mengenalmu di sekolah dulu aku sangat menyukai dirimu.
Aku jatuh cinta kepadamu Nathan.Tetapi, tidaklah mungkin seorang wanita lebih dahulu mengungkapkan perasaannya kepada laki-laki yang ia sukai." Nathan tunduk lesu mendengar perkataan dari Sara yang ternyata juga mencintai dirinya sejak dulu. Nathan, aku sangat menghargai perasaanmu kepadaku dan ketahuilah bahwa orang tuaku sudah menjodohkan aku dengan orang lain.
Namun satu hal yang perlu engkau ketahui bahwa masih ada wanita yang pantas bagimu di luar sana, kata Sara untuk mengakhiri perjumpaan mereka pada senja itu. Setelah semuanya jelas, Nathan pun kembali dan membawa sejuta perasaan kecewa kepada gubuk kecil yang selalu menanti kepulangannya. SELESAI
No comments:
Post a Comment