Iklan

Santo Filipus Benizi, Orang Kudus, OSM

Redaksi
Tuesday, 3 May 2022 | May 03, 2022 WIB Last Updated 2022-08-26T13:55:55Z
Santo Filipus Benizi, Orang Kudus, OSM

InspirasiINDO.com. Kata panggilan tidak asing bagi kuping umat kristiani. Panggilan dipahamni sebagai anugerah Allah bagi mereka yang dianugerahi rahmat panggilan khusus (biarawan, biarawati, rohaniwan). Seseorang dipanggil untuk suatu tujuan atau misi pewartaan kerajaan Allah di tengah dunia. Dalam mengemban tugas perutusan tidak jarang seorang utusan mengalami keraguan, ketakutan, kecemasan lebih-lebih ketika diketahui tempat misinya adalah daerah rawan konflik atau tempat-tempat terpencil.  Orang lalu merasa meragukan dirinya dalam menjalankan misi tersebut. Tentu disadari bahwa keraguan itu dialami semua orang. Akan tetapi adalah keliru ketika keraguan, kekhawatiran menjadi alasan untuk menjadi alasan menolak tawaran pelaksanaan mewartakan kebenaran Allah bagi dunia. Manusia kerap kali meragukan segala sesuatu yang ada di semesta ini. Dalam dunia filsafat ragu ragu adalah salah satu tema yang amat penting. Karenanya ragu-ragu merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari.  

Dunia saat ini sedang memasuki era baru. Era yang sering sebut sebagai era digital. Dimana kemajuan teknologi komunikasi dan internet merambat hingga ke pelosok-pelosok negeri. Hampir semua orang merasakan dan mengalami dampak kemajuan tersebut. Bukan sesuatu yang aneh saat ini ketika melihat anak yang masih mengenyam Sekolah Dasar sudah bisa mengoperasi gadget, computer (bahkan sudah mulai eksis di media sosial seperti facebook). Persoalan muncul dalam beraneka rupa, bisa dalam rupa kemajuan teknologi, dalam rupa situasi yang menantang, dan seterusnya.
Santo Filipus Benizi adalah orang kudus dari Ordo Hamba-hamba Maria OSM. Sejarah panggilan dan perutusannya menunjukkan segala kemungkinan, keraguan yang hanya dapat diatasi dalam rahmat dan pertolohan Tuhan. Tuhan yang memanggil, Tuhan pulalah yang memampukan dalam karya dan perutusan, itulah yang membuat Filipus Benizi tetap optimis dalam menjalankan tugasnya. Motivasi awal masuk biara adalah ingin menjadi bruder OSM. Tapi keinginannya untuk menjadi seorang biarawan berawal ketika ia merasa tersapa oleh Tuhan saat dia mengikuti perayaan Ekaristi di gereja paroki tempat pelayanan para pastor OSM. Dalam Ordo Filipus adalah orang memiliki pengaruh dan bukan hanya untuk Ordo tetapi juga untuk Gereja umumnya. Ia memiliki kepribadian yang rendah hati dan menaruh keppedulian terhadap orang- orang miskin dan menyuarakan perdamaian.
 
Dalam tulisan ini saya akan mengurai mengenai tugas perutusan dalam konteks panggilan dengan belajar dari salah seorang santo dari OSM, yakni Filipus Benizi. Tulisan ini digarap dengan menggunakan metode historis kritis atas sepakterjang panggilan dan perutusan Santo Filipus Benizi, serta relevansinya bagi kaum hidup bakti di Indonesia saat ini.

Panggilan dan Karya Filipus Benizi

Sebelum melihat lebih jauh mengenai karya dalam tugas perutusan Filipus, terlebi dahulu mengetahui riwayak hidupnya. Filipus benizi lahir di Florense pada awal abad ke-13 tahun 1233, hampir bersamaan dengan berdirinya Ordo hamba-hamba Maria. Ia masuk Ordo Hamba-hamba Maria sebagai bruder, namun berkat doktrinya ia pun ditahbiskan menjadi imam. Pada tahun 1627 ia dipilih menjadi prior jendral dan tetap mengemban tugas ini hingga akhir hayatnya. Ia memimpin ordo dengan kebijaksanaan yang luar biasa, menguatkannya dengan aturan-aturan yang bijak, mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan penuh keuletan dan ia dikenal dengan kekudusannya. Ia menerima sejumlah besar saudara yang juga memiliki komitmen serius dalam hidup membiara: bagi para biarawan yang hidup pada masanya, Filipus adalah guru dan model hidup yang seturut injili dan pelayanan kepada bunda Maria. Oleh karena itu ia dianggap sebagai “Bapa Ordo”. Ia meninggal pada tahun 1285 di Todi, tempat kerangkanya masih dihormati sampai hari ini. Filipis Benisi dikanonisasi oleh Paus Klemens X pada tahun 1671.

Sejarah Panggilan Filipus Benizi

Pada tahun 1254 Filipus pergi ke Biara Santa Maria Cafaggio,   dan memohonkan untuk ikut bergabung dalam Ordo kepada prior Biara. Prior biara pada waktu itu ialah salah seorang dari ketujuh Bapa Pendiri OSM yakni Bonfilio. Bonfilio menerima Filipus dengan sukacita. Filipus lalu menerima jubah biarawan OSM dan memeluk perisai kerendahan hati dan ketaatan luar biasa, yang dipakainya untuk mengalahkan godaan si jahat. Allah berkenan mengarahkan pandangan kepadanya dan memperlihatkan kebijaksanaan sebagai biarawan, dan hidupnya seutuhnya untuk Ordo. Sekali peristiwa demi ketaatan, ia diutus untuk pergi ke Siena dengan seorang saudara yang bernama Frater Viktor. Di tengah perjalanan, mereka berjumpa dengan duaorang biarawan dari Ordo Pengkotbah, yang berasal dari Jerman.

Kedua biarawan dari Ordo Pengkotbah itu merasa takjub tatkala melihat kedua biarawan OSM tesebut terutama pada jubahnya yang tidak mereka kenal. Karena itu mereka berbincang-bincang dengan Filipus seraya menanyakan perihal jubah yang mereka kenakan. Filipus kemudian menjawabi pertanyaan mereka, katanya: jika anda sekalian ingin mengetahui segala sesuatu tentang kelahiran kami, kami lahir dikota ini (florense); jika Anda bertanya mengenai kondisi kami, kami adalah para hamba Perawan Mulia, jubah kami melambangkan kejandaannya; kami hidup mengikuti corak dan cara hidup Para Rasul kudus dan berusaha menghayatinya menurut Regula Santo Agustinus. Sambil berbincang-bincang mereka lalu membicarakan hal-hal yang sulit Filipus mengutarakan argumentasi-argumentasi yang meyakinkan, sambil mengedepankan peran iman sebagai yang utama. Setelah itu mereka kemudian berpisah dan melanjutkan perjalanannya masing-masing.

Selanjutnya rekan perjalanan Filipus  mengajukan pertanyaan kepada Filipus: saudara, mengapa ketika di dalam Ordo saudara tidak mengatakan apa pun tentang pengetahuan yang saudara miliki, padahal hari ini saudara telah berdiskusi dengan para biarawan itu mengenai banyak hal dari yang sederhana sampai pada hal-hal yang sulit? Sesungguhnya hari ini terang kebijahsanaan Sang Ilahi telah terbit di antara kita. Lalu Filipus berlutut dan memohon kepadanya agar tidak memberitahukan peristiwa itu kepada siapa pun. Akan tetapi ketika keduanya tiba di Florense, rekan seperjalaan Filipus langsung memberitahukan kepada para biarawan lainnya tentang situasi yang telah mereka alami terutama mengenai kemampuan, kecerdasan Filipus dalam Tanya jawab dengan biarawan dari Ordo Pengkotbah yang mereka jumpai di jalan. Setelah mendengar kabar itu semua biarawan bersukacita. Para biarawan lalu memutuskan untuk memilih Filipus sebagai calon imam dan dalam formasinya sebagai imam, semuannya berjalan lancar hingga ia kemudian ditahbiskan menjadi Imam dalam Ordo Hamba-hamba Maria.

Situasi Gereja di Kota Florense Abad XIII

Sebelum melihat lebih jauh mengenai kiprah perjalanan hidup dan karya- karya Santo Filipus Benisi baiklah melihat konteks politik, sosial, ekonomi dan religius di kota Florense sepanjang pertengahan pertama abad XIII. Sejarah Florense sejak tahun 1200 sampai 1250 menunjukkan bahwa kota itu mengalami kelipatan penduduk urban. Terhitung dari 40. 000 jiwa berlipat mencapai 80.000 jiwa. Demikian wilayahnya diperluas. Florense memiliki matanya sendiri: mula-mula mata uang perak, kemudian mata uang emas 24 karat, tak lama berselang menjadi mata uang komersial internasional pada masa itu.  Dikemudian hari florense menjadi salah satu kota diabad pertengahan dan Renaisans yang paling megah di Italia. Kota ini merupakan tempat di mana penyair besar yakni Alighieri tinggal.  Situasi Gereja dan kota Firense diabad XIII berada dalam kekacauan akibat konflik. Perang saudara Siena melawan Pisa, berbagai ekskomunikasi yang diakukan para paus terhadap kaisar dan orang-orang terpandang dan punya indikasi sebagai provokator di Florense, peperangan melawan para bidaah, dan seterusnya. Namun semua fenomena itu tidak menghalangi kemajuan kota Florense, yang disebut juga kota bunga,  terutama karena pesatnya kemajuan mereka dalam bidang perdagangan.

Berbagai korporasi Negara ditemukan. Tingkatannya beraneka ragam: mulai dari yang paling besar, lalu sedang dan yang kecil. Di antara yang paling besar, misalnya: korporasi untuk para pengacara, para notaris, para banker, para penukar uang, para pedagang kain sutra, para perawat, para ahli dan para pedagang barang. Ada juga korporasi tingkat menegah, seperti: para pedagang barang bekas, juru kunci tukang besi, tukang sepatu dan pembuat topi wanita. Sedangkan yang termasuk dalam korporasi kecil meliputi: para pedagang anggur, pengusaha jasa penginapan, pedagang minyak, garam dan keju, penyamak kulit, penempa belati dan senjata, penempa tembaga dan berbagai jenis besi, pedagang kayu dan tukang roti. Persaingan antara korporasi-korporasi ini menyebabkan ketergantungan untuk mengembangkan monopoli tertentu, dan tak ada istilah saling berbagi antara satu korporasi dengan korporasi lain. korporasi-korporasi yang terkemuka biasanya lebih mendukung partai Guelfe terutama para banker dan para pedagang wol.

Pada pertengahan abad XIII, Florense merupakan kota besar dan ramai. Namun, perselisihan antara kaisar Frederikus II (Partai Gibelin) dan para Paus (partai Guelfe) tidak menghambat kemajuan kota ini. Pada umumnya golongan masyarakat yang terbilang pintar dan bijak sering mendukung kepausan, namun tetap menjaga hubungan baik dengan kaisar. Akan tetapi, bila mereka berhadapan dengan sebuah pelayanan (wajib mendukung kaisar), mereka tetap menjaga jarak demi kehormatan Florense. Patut juga untuk diperhitungkan menganai hal positif di Florense, kita tidak memperhitungkan hal-hal baik di Florense, kita tak akan pernah memahami bagaimana atau apa sebab kemunculan gerakan hidup dari para biarawan yang berjumlah besar dan yangterus berlipat ganda pada masa itu.  Kemiskinan juga disebut-sebut juga sebagai kenagan bersama yakni” menangis bersama Kristus yang tersalib.” Tentu saja baik itu gerakan kaum bidaah yang sering dihukum dan diekskomunikasi oleh otoritas Gereja Katolik maupun gerakan para biarawan yang setia pada ajaran Gereja merupakan bagian dari sejarah bersama dan pada akhirnya muncul suatu kemauan untuk bertobat dalam hidup kemiskinan.

Hidup Dalam Kerendahan Hati dan Kekudusan

Filipus benisi dikenal dengan karakter kerendahan hati dan hidup dalam kekudusan. Di tengah hingar-bingar kota Firense, ia mengambil jalan hidup yang berdeda dari kebanyakan orang pada jamannya, melalui hidup dalam doa, keheningan, askese.

Sejak masih muda ia tekun menjalani studi kedokteran dan teologi. Kecintaannya kepada ilmu pengetahuan tidak mengurangi intensitas hidup spiritual. Bahkan ia sendiri tekun membaca buku- buku rohani, membaca serta merenungkan Kitab Suci. Karena tertarik dengan ajaran iman yang termuat dalam Injil, ia lalu menghayati nilai-nilai Injili, hidup bermatiraga, membantu orang miskin, setia kepada hidup doa, dan terutama pada pendarasan ofisi harian Santa Perawan Maria (Setiawati, 2019, 274).  

Suatu kali, pada hari kamis paskah ia datang ke Gereja Hamba- hamba Maria di Florenze, untuk merenungkan sebuah kalimat dalam bacaan Kitab Suci pada misa hari itu, yakni: lalu kata Roh kepada Filipus, “ Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu! (bdk. Kisah Para Rasul 8: 29)”. Filipus Benisi lalu mengangap kata-kata itu ditujukan kepada dirinya. Ungkapan itu dipahaminya sebagai seruan Tuhan bahwa hendaklah ia ikut bergabung dalam “kereta” perawan Mulia Sang Bunda dalam OSM. Itulah kisah awal perjalanan panggilan orang kudus ini untuk membaktikan hidupnya menjadi palayan Tuhan. Hidup kekudusan terus dipupukinya, terus dirawat dengan carahidup, dengan doa yang tekun.

Baca Juga: Tingkat Tiga Raih Juara 1 Volley Putri dalam Rangka Dies Natalis XIII STP St. Petrus Keuskupan Atambua

Sikap rendah hati dan kekudusannya membuat anggota komunitas mengaguminya. Tidak berlebihan apabila dia disejajarkan dengan para perintis pertama Ordo oleh karena sikapnya. Pada tahun 1266 Masehi, para biarawan berkumpul untuk mengadakan kapitel di kota Florense, Italia. Frater Manetus dari Florense yang pada waktu itu menjabat sebagai Prior Jendral Ordo. Kapitel ini dimaksudkan untuk memilih penggati Frater Manetus untuk menjabat sebagai Prior Jendral. Maka dengan diilhami oleh Roh Kudus, para biarawan peserta kapitel memilih Filipus dengan suara bulat, kendati pada waktu itu Filipus sedang berada di Biara Cesena. Sebagai seorang yang rendah hati Filipus awalnya menolak hasil keputusan kapitel itu, namun karena penghayatannya pada kaul ketaatan ia kemudian patuh pada kepercayaan dari para saudaranya.

Filipus Benizi lalu mengemban tugas pelayanan sebagai Prior Jendral selama 19 tahun. Dalam setiap kapitel tahunan ia memohon agar para saudara menurunkannya dari jabatannya tersebut sambil berkata bahwa ia tidak cocok mengemban tugas semacam itu. namun karena para biaran mempertimbangkan kerendahan dan kekudusannya mereka tidak ingin agar Filipus berhentu dari jabatannya sebagai pemimpin. Segala upaya dia lakukan terutama membujuk para Frater untuk dimintai persetujuan atas pengunduran dirinya, maka suatu kali ketika sedang berada di Roma dengan beberapa rekan untuk berbicara tentang kepentingan Ordo, Filipus sempat mengutarakan niatnya untuk pengunduran dirinya kepada Kepausan (pada masa itu prior Jendral disahkan oleh otoritas kepausan).

Fray Lotaringo dari Florenze, seorang biarawan OSM yang bijak mengetahui maksud Filipus untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Lotaringo lalu bergegas menjumpai Filipus untuk mengklarifikasi pergulatan batinya. Pada kesempatan perjumpaan itu, Filipus mengutarakan mengenai pergulatan batinnya itu kepada Frater Lotaringo dan memohon bantuan Lotaringo untuk mewujudkan keinginannya itu. Mendengar itu, Lotaringo merasa sedih dan bingung harus bagaimana, solusi seperti apa. Lotaringo mendesak Filipus agar mengurungkan niatnya itu, karena hal itu justru akan mendatangkan kesedihan bagi Ordo mengingat kemajuan Filipus selama menjabat sebagai Prior Jendral. Akhirnya Frater Lotaringo menyatakan bahwa ia tidak akan pernah menemani Frater Filipus menghadap Sri Paus untuk tujuan ini. Dengan demikian niat Filipus untuk mundur dari jabatannya dihalangi.

Baca Juga: "Teristimewa, Bersinar, Penuh Cinta" (Spirit Dibalik Semangat SDK Yos  Sudarso Kertosono Dalam Karnaval 2022)

Pada suatu hari Abdi Allah, Filipus mengadakan visitasi Ordo (kunjungan). Dengan semangat persaudaraan yang tinggi ia mengadakan visitasi ke biara-biara dan menempuh perjalanan yang tidak nyaman ketika itu. suatu kali setelah berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Maria, Bunda para hamba secara ajaib ia mendapatkan roti untuk menuatkan para biarawan Arezzo yang menderita kelaparan karena kehancuran yang mereka alami akibat perang. Ketika sedang lewat di dekat pemukiman Gagliano, ia berjumpa dengan seorang penderita kusta yang berbaring di pinggir jalan dan mengemis. Filipus Benizi memberikan jubahnya, dan ketika mengenakan jubah tersebut penderita kusta itu langsung sembuh dan sambil berlari-lari mengejar Filipus ia berteriak “Oh, orang kudus, berkenanlah menunggu saya, supaya saya dapat berterimaksih kepadamu!” ketika Filipus melihat orang yang tadinya kusta itu dan sudah sembuh, ia berkata kepadanya “muliakanlah Allah Bapa dan pergilah dalam damai, tetapi jangan katakan apa yang sudah terjadi ini kepada siapapun!”

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Santo Filipus Benizi, Orang Kudus, OSM

No comments:

Post a Comment

Trending Now

Iklan