Oleh: Vanessa, Mysha, Cheryl, Olivia, Eugenia, dan Hanna
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan ini yang mengangkat topik tentang Kerajaan Tarumanegara. Adapun artikel ini dibuat dengan tujuan memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai sejarah dan warisan budaya yang ditinggalkan oleh salah satu kerajaan besar di Indonesia.
Kerajaan Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan tertua yang pernah ada di wilayah Nusantara, dengan jejak sejarah yang sangat penting dalam pembentukan peradaban Indonesia. Melalui artikel ini kami berusaha untuk menyajikan informasi yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca tentang Kerajaan Tarumanegara.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Efremtus Danggur, selaku guru IPS SMP Abdi Siswa II yang telah memberikan dukungan dan bimbingan yang sangat berarti dalam penyusunan ini.
Semoga susunan kami ini dapat menjadi sumber pengetahuan yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca mengenai sejarah kerajaan Tarumanegara, serta pentingnya pelestarian budaya dan warisan sejarah bangsa. Kami berharap, apa yang kami sajikan ini dapat memicu rasa ingin tahu lebih lanjut mengenai sejarah Indonesia, khususnya bagi generasi muda yang akan datang.
Sejarah Awal Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan yang bercorak Hindu. Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-5. Merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan bukti arkeologi. Kerajaan ini pernah berkuasa di Pulau Jawa apada abad ke-4 sampai abad ke-7 Masehi. Kerajaan ini terletak di lembah Sungai Citarum, Bogor, Jawa Barat. Hal ini dibuktikan dengan adanya sejumlah prasasti, seperti Prasasti Pasir Awi, Prasasti Caruteun, Prasasti Kebon Kopi, dan Prasasti Jambu.
Bukti tertua peninggalan Kerajaan ini adalah Prasasti Ciaruteun, yaitu berupa batu peringatan dari abad ke-5 Masehi yang ditandai dengan bentuk tapak kaki raja Purnawarman. Kata taruma kemungkinan berasal dari kata tarum, yang berarti nila. Raja terkenal dari Tarumanegara adalah Purnawarman yang merupakan orang asli Indonesia. Ia menggunakan nama India dan memeluk agama Hindu. Wilayah kekuasaannya meliputi Banten, Jakarta, Bogor, hingga Cirebon.
Masyarakat Kerajaan Tarumanegara hidup dengan cara bertani menggunakan sistem irigasi. Adanya sistem irigasi pada masyarakat Tarumanegara diketahui dari Prasasti Tugu yang memuat informasi tentang penggalian Sungai Gomati sepanjang 12 km dalam 12 hari.
Prasasti ini juga memberitakan adanya penggalian Sungai Candrabaga (sekarang kali Bekasi) oleh ayah raja Purnawarman sebelum penggalian Sungai Gomati. Selain bertani, masyarakat Tarumanagara juga melakukan aktivitas ekonomi berdagang, berternak, dan budidaya ikan air tawar.
Penjelasan Peninggalan - Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
1. Prasasti Kebon Kopi
Prasasti Kebon Kopi dibuat sekitar 400 M dan ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig di Ciampea, Bogor. Pada prasasti ini terdapat gambar bekas tapak kaki gajah sang raja. Isi dari Prasasti Kebon Kopi adalah "Kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti Airwata kepunyaan penguasa Tarumanegara yang jaya dan berkuasa."
2. Prasasti Pasir Awi
Prasasti yang dipahat pada batu alam ini juga ditemukan oleh N. W. Hoepermans pada 1864. Lokasinya berada di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis, Kabupaten Bogor. Prasasti Pasir Awi berpahatkan gambar dahan dengan ranting dan dedaunan serta buah-buahan (bukan aksara) serta gambar sepasang telapak kaki.
3. Prasasti Ciaruteun
Pada prasasti yang ditemukan di Sungai Ciaruteun ini terdapat lukisan laba-laba serta telapak kaki Raja Purnawarman, yang diibaratkan kaki Dewa Wisnu. Isi dari Prasasti Ciaruteun adalah "Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termasyur Purnawarman penguasa Tarumanegara."
4. Prasasti Muara Cianten
Prasasti ini pertama kali ditemukan oleh N. W. Hoepermans pada 1864 di tepi Sungai Cisadane. Isi dari Prasasti Muara Cianten adalah "Ini tanda ucapak Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (8) panca (5) pasagi (4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda.
5. Prasasti Tugu
Prasasti Tugu ditemukan di daerah Tugu, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang dan isinya paling panjang di antara peninggalan yang lain. Isi Prasasti Tugu menyatakan letak ibu kota Kerajaan Tarumanegara dan menerangkan penggalian Sungai Cabdrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian saluran (sungai) yang bernama Gomati yang panjangnya 11-12 km oleh Purnawarman. Penggalian ini dimaksudkan untuk menghindari bencana alam berupa banjir dan kekeringan yang terjadi di musim kemarau.
6. Prasasti Jambu
Prasasti ditemukan di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang. Prasasti ini berukir sepasang telapak kaki dan diberi keterangan berbentuk puisi dua baris. Isi dari prasasti tersebut adalah 1"Yang termasyur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya."
2"Kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya."
7. Prasasti Cidanghiang atau Prasasti Lebak
Prasasti ini ditemukan di Lebak, pinggir Sungai Cidanghiang, Pandeglang, Banten. Isi Prasasti Cidanghiang berupa pujian kepada Purnawarman sebagai panji seluruh raja, keberanian, keagungan, dan keperwiraan sesungguhnya dari seluruh raja dunia.
Raja - Raja Taruma
Pendiri Kerajaan Tarumanegara adalah Maharesi Jayasingawarman dari India, yang datang ke nusantara karena kekacauan dan penjajahan oleh pasukan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada. Puncak kejayaan Kerajaan Tarumanegara ketika dipimpin oleh Raja Purnawarman pada 395-434 masehi. Di bawah kekuasaannya, rakyat dipimpin secara bijaksana dan Tarumanegara berhasil menguasai 48 kerajaan daerah.
Tarumanegara mengalami masa pemerintahan oleh 12 raja. Raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Tarumanegara adalah, yang pertama Jayasingawarman (358-382 M), kedua Dharmayawarman (382-395 M), ketiga yaitu Purnawarman (395-434 M), yaitu salah satu raja yang sering kita dengar dan kenal di zaman sekarang, karna banyaknya perubahan yang dibuat olehnya, keempat Wisnuwarman (434-455 M), raja kelima Indrawarman (455-515 M), keenam Candrawarman (515-535 M) ,ketujuh yaitu Suryawarman (535-561 M), kedelapan Kertawarman (561-628 M), raja kesembilan Sudhawarman (628-639 M), kesepuluh Hariwangsawarman (639-640 M), raja kesebelas Nagajayawarman (640-666 M), dan raja terakhir atau ke dua belas yaitu Linggawarman (666-669 M). Tetapi dari ke dua belas raja raja itu, hanya beberapa raja yang terkenal pada masa itu. Yaitu,
1. Jayasingawarman (358-382 M)
Jayasingawarman adalah seorang maharesi dari Salankayana, India, yang menjadi pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Tarumanegara. Ia datang ke nusantara karena kekacauan dan penjajahan oleh pasukan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada. Setelah diterima oleh Raja Dewawarman VIII di Kerajaan Salakanegara, Jayasingawarman dinikahkan dengan salah seorang putrinya. Jayasingawarman kemudian membuka wilayah (sekarang diperkirakan di sekitar Bekasi) dan mendirikan Kerajaan Taruma pada 358 masehi.
2. Purnawarman (395-434 M)
Kerajaan Tarumanegara mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Purnawarman, yang merupakan raja ketiga. Pada 397 masehi, Purnawarman membangun ibu kota kerajaan yang letaknya lebih dekat ke pantai. Kota itu diberi nama Sundapura, yang bernama "Sunda" sekarang. Maharaja Purnawarman adalah raja yang gagah berani, bijaksana, dan sangat memerhatikan kehidupan rakyatnya. Pada masa pemerintahannya, dilakukan penggalian Sungai Gomati sepanjang 12 km, untuk menghindari bencana alam seperti banjir ataupun kekeringan yang pada musim kemarau.
Perekonomian di kerajaan ini juga maju, dibuktikan dengan raja yang memberikan sedekah 1.000 ekor sapi kepada para Brahmana. Penduduknya hidup dengan cara bertani dan sistem pemerintahannya pun sudah teratur. Wilayahnya meliputi hampir seluruh Jawa Barat, mulai dari Banten, Jakarta, Bogor, dan Cirebon. Selain itu, Kerajaan Tarumanegara telah menjalin hubungan diplomatik dengan Cina. Dengan adanya hubungan diplomatik tersebut berarti juga terjalin hubungan perdagangan dan pelayaran antara Tarumanegara dan Cina.
3. Linggawarman (666-669 M)
Linggawarman adalah raja Kerajaan Tarumanegara terakhir yang hanya memiliki dua putri, yaitu Manasih yang menjadi istri Tarusbawa dari Kerajaan Sunda dan Sobakancana yang menjadi istri Dapunta Hyang, pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, kekuasaan jatuh pada putri sulungnya dan menantunya, Tarusbawa. Hal itu menandai berakhirnya Kerajaan Tarumanegara karena Tarusbawa memilih kembali ke kerajaannya sendiri, Sunda, yang sebelumnya di bawah kekuasaan Tarumanegara.
Naskah Kuno Kerajaan Tarumanegara
Naskah-naskah Kuno yang terkait dengan Tarumanagara, diantaranya berjudul Pararatwan Sundawamsatilaka, Serat Ghaluh i Bhumi Sagandhu, Pustaka Tarumarajyaparwawarnana, Pustaka Warmanwamsatilaka i Bhumi Dwipantara, Pustaka Serat Raja-raja Jawadwipa, Serat Purnawarmanah Mahaprabhawu Raja i Tarumanagara, Pustaka Sang Resi Ghuru, dan Pustaka Nagara Nusantara.
Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara akhirnya bubar setelah wafatnya Raja Linggawarman (666-669 M). Linggawarman tidak memiliki anak laki-laki, melainkan dua anak perempuan yang bernama Manasih dan Subakancana. Pada 669 M, takhta Tarumanegara diwariskan kepada menantu Linggawarman yakni Tarusbawa yang tidak lain adalah suami Manasih.
Di sinilah riwayat Kerajaan Tarumanegara benar-benar tamat. Setahun setelah naik takhta, Tarusbawa justru memindahkan pusat pemerintahan dan mengubah nama Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda pada 670 M. Situasi ini dimanfaatkan oleh Wretikandayun untuk melepaskan wilayahnya dari cengkeraman Tarumanegara. Wretikandayun adalah pemimpin Kerajaan Kendan sejak 612 M. Kerajaan Kendan saat itu merupakan salah satu wilayah taklukan Tarumanegara.
Tahun 670 M, atau bertepatan dengan didirikannya Kerajaan Sunda oleh Tarusbawa, Wretikandayun juga mendeklarasikan terbentuknya Kerajaan Galuh di tanah Pasundan. Herlina Lubis dan kawan-kawan melaluii penelitian berjudul “Rekonstruksi Kerajaan Galuh Abad VII-XV” dalam jurnal Paramita (Volume 26, 2016) menerangkan, Kerajaan Sunda berpusat di Bogor, sedangkan Kerajaan Galuh beribukota di Ciamis.
Nantinya, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dipersatukan oleh Jayadéwata dengan gelar Sri Baduga Maharaja (1482-1521). Pada masa Sri Baduga Maharaja, gabungan Kerajaan Sunda dan Galuh dikenal dengan nama Kerajaan Pajajaran.
No comments:
Post a Comment