Iklan

Refleksi Tentang Kesempurnaan Kasih

Redaksi
Sunday, 10 July 2022 | July 10, 2022 WIB Last Updated 2022-08-26T13:59:10Z

Refleksi Tentang Kesempurnaan Kasih

Oleh: Min Tarmin

Teras inspirasi - Suatu ketika saya mendapatkan sebuah pesan dari seorang teman melalui via facebook. Pesan tersebut berisi sebuah cerita inspiratif, di mana dalam cerita itu terdapat tiga sosok yang berdiri di depan pintu sebuah rumah. Ketiga sosok itu bernama kekayaan, kesuksesan dan kasih. Tatkala seorang wanita dari dalam rumah melihat ketiga sosok itu, pergilah ia lalu mendekati ketiga sosok itu dan meminta mereka untuk masuk ke dalam rumah. Akan tetapi, ketiga sosok itu menolak tawaran wanita itu sebelum mereka mendapat restu dari suaminya. Kemudian masuklah perempuan itu lalu berdiskusi dengan suaminya. 

Setelah mendapat persetujuan dari sang suami, keluarlah perempuan itu lalu meminta ketiga sosok itu untuk masuk ke dalam rumah. Akan tetapi, ketiga sosok itu serentak berkata kalau mereka tidak dapat masuk secara bersamaan dan mereka meminta perempuan itu untuk menentukan siapa yang boleh diizinkan masuk lebih awal. Kembalilah perempuan itu kepada suaminya untuk membicarakan siapakah yang boleh masuk terlebih dahulu. Apakah kekayaan atau kesuksesan atau kasih?

Baca Juga: Bible For Kids: Anak mencintai Kitab Suci

Dalam pembicaraan antara suami dan istri, sang suami menginginkan kesuksesan adalah sosok yang boleh masuk terlebih dahulu dengan harapan kesuksesan menjadi milik mereka. Dengan demikian, kesuksesan menjadi buah dari setiap proses hidup dan segala macam perjuangan mereka. Berbeda dengan sang suami, sang istri menginginkan sosok kekayaan adalah sosok yang tepat untuk terlebih dahulu masuk ke dalam rumah dengan harapan keluarga mereka mendapatkan banyak harta. Dengan banyaknya harta mereka dapat memenuhi segala hal yang mereka inginkan. Maka, terjadilah perdebatan antara suami-istri.

Di tengah keributan yang terjadi akibat perbedaan pilihan, tiba-tiba suara sang anak menghentikan keributan itu. Sang anak kemudian berkata kalau ia menginginkan kasih yang menjadi sosok pertama yang boleh masuk ke dalam rumah. Sang anak menginginkan kasih dengan harapan agar kasih itu meraja dalam keluarga itu. Kasih di antara suami dengan istri. Kasih di antara orang tua dengan anak-anak.

Maka sepakatlah suami-istri itu untuk menuruti keinginan sang anak. Lalu kembalilah perempuan itu kepada ketiga sosok itu dan meminta sosok kasih untuk masuk ke dalam rumah. Ketika sosok kasih itu berjalan, tiba-tiba kedua sosok lainnya pun mengikuti. Perempuan itu kebingungan, dan dalam hati ia berkata bukankah mereka tidak bisa masuk bersamaan? Lalu perempuan itu mengatakan kepada mereka bahwa ia hanya menginginkan kasih yang boleh masuk ke dalam rumah. Akan tetapi, sosok kesuksesan dan kekayaan secara bersamaan mengatakan bahwa mereka tidak bisa jauh dari kasih. Di mana ada kasih di situ ada kesuksesan dan kekayaan. Kasih akan selalu diikuti oleh kesuksesan dan kekayaan. Maka sadarlah perempuan itu bahwa ternyata dari ketiga sosok tersebut hanya satu yang dapat melihat yakni sosok kasih. Itulah sebabnya dimana ada kasih di situ terdapat kesuksesan dan kekayaan. 

Hidup kita selalu terarah kepada sebuah tujuan. Hidup yang memiliki orientasi. Dan setiap orang memiliki tujuan dan orientasi hidupnya masing-masing. Ada yang berorientasi pada kekayaan atau harta dan ada pula yang berorientasi pada kesuksesan atau karir. Maka tidak heran bilamana banyak orang rela melakukan berbagai cara untuk mendapatkan kesuksesan dan memperoleh banyak harta. Bahkan bila hal itu harus mengorbankan diri sendiri maupun orang lain. 

Baca Juga: Santo Peregrinus Laziosi, OSM (1265-1345):Pelindung Penderita Kanker (Pestanya Dirayakan Pada 4 Mei)

Sadar atau tidak, orientasi hidup kita akan kekayaan dan kesuksesan kadangkala membuat kita mengabaikan orang lain atau sesama di sekitar kita. Kita membiarkan orang lain menderita asal tujuan hidup kita sendiri terpenuhi. Kita menjadi manusia yang egois. Kita menjadi manusia yang tak bertelinga untuk mendengar suara jeritan orang lain. Atau kita menjadi manusia yang tak punya hati untuk saudara/i kita yang membutuhkan bantuan dari kita. Singkat kata, kita menjadi manusia yang kehilangan rasa belas kasih terhadap orang lain.

Kasih bagi orang beriman kristiani menjadi hukum yang pertama dan utama. Yesus sendiri mengatakan bahwa hukum yang paling utama dan yang pertama ialah kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini. (bdk. Mrk 12:3-32) Di sini Yesus meletakkan kasih kepada sesama langsung setelah kasih kepada Allah. Hal ini hendak menunjukan bahwa sikap kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama menjadi sesuatu yang tidak terpisahkan. Artinya, bilamana kita mengasihi Allah sudah seharusnya kita juga mengasihi sesama.

Lebih lanjut Yesus mengatakan bahwa kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Di sini Yesus mau mengajak kita bahwa sikap kasih kepada sesama hendaknya seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Dengan demikian kita melihat sesama sebagai aku yang lain. Oleh karenanya aku mengambil bagian dan memiliki tanggung jawab penuh terhadap kelangsungan hidup orang lain. Aku memiliki tugas untuk menjaga, memelihara dan merawat hidup sesama. Dan tugas maupun tanggung jawabku kepada sesama akan menjadi berarti bilamana hal itu dilakukan atas dasar kasih. Bukan paksaan. 

Kita baru saja merayakan paska. Bagi saya perayaan paskah merupakan perayaan cinta kasih. Kasih yang dilakukan oleh Allah bagi manusia. Ia menunjukan cinta kasihNya kepada manusia dengan mengorbankan PutraNya mati disalib. Singkat kata, Allah mencintai dan mengasihi kita sehabis-habisnya dengan mengorbankan anakNya yang tunggal untuk keselamatan kita. Manusia ditebus bukan dengan perak atau emas yang fana, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang tak bernoda.

Akhirnya, bilamana Allah sendiri telah menunjukan cinta kasihNya yang amat besar dengan mengorbankan diriNya untuk kita, betapa cinta kasih kita pun akan menjadi sempurna di dalam kasih bila kita mampu mengorbankan diri kita untuk orang lain. Kata Paus Emeritus Benediktus XVI, manusia sesungguhnya diciptakan demi cinta dan hidup mereka akan menjadi sempurna jika mereka hidup dalam cinta. Artinya, kesempurnaan kita yang sesungguhnya ialah terletak pada sejauh mana kita meletakkan cinta dan menghidupinya dalam kehidupan sehari-hari.

 

Benyamin Tarmin, tinggal di Seminari Tinggi Pondok Kebijaksanaan (PONSA)- Malang

 
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Refleksi Tentang Kesempurnaan Kasih

No comments:

Post a Comment

Trending Now

Iklan