Iklan

Wajah Gereja Yang Berbelas Kasih

Redaksi
Saturday, 16 July 2022 | July 16, 2022 WIB Last Updated 2022-08-26T14:00:10Z
 
Wajah Gereja Yang Berbelas Kasih

Wajah Gereja Yang Berbelas Kasih

1.        Pengantar

Saat ini dunia tengah dilanda pandemi Covid 19. Kehadiran pandemi Covid 19 membawa penderitaan, merasuki kedamaian kebersamaan dalam hidup manusia. Covid 19 merupakan krisis gobal, di mana seluruh dunia mengalaminya. Situasi tersebut masih menggerogoti hati manusia hingga saat ini dan masih belum diketahui kapan berakhirnya. Fenomena tersebut membawa dampak yang signifikan bagi banyak aspek kehidupan manusia, antara lain dalam bidang ekonomi, sosial, politik, dst. Bahwa di tengah situasi pandemi seperti saat ini banyak orang yang mengalami penderitaan akibat kehilangan lapangan pekerjaan, ada banyak keluarga berduka karena ada yang meninggal dan mengalami pengalami kepedihan. Dalam refleksi mengenai pandemi Paus Fransiskus menulis: pandemi telah merenggut dari kita kegembiraan pelukan, kebaikan jabat tangan, kehangatan ciuman, dan mengubah relasi menjadi interaksi yang menakutkan di antara orang-orang asing. 

Karena itu di tengah situasi yang demikian Gereja perlu terlibat membantu mereka yang terkapar akibat pandemi. Gereja tidak cukup hanya pandai berwarta dengan kata, tetapi juga harus terlibat berkarya secara nyata. Gereja mesti hadir memberi pengharapan, meneguhkan, dst. Paper ini hendak mengurai tentang wajah Gereja yang berbelaskasih di tengah pandemi. Kristus sendiri sudah memberi contoh bagaimana bersikap terhadap mereka yang mengalami kekurangan mengalami penderitaan, dan sebagainya. Dibalik tindakan atau perbuatan Tuhan Yesus terhadap mereka yang dilayani-Nya ialah belaskasih. Tidak ada alasan lain selain kasih. Hal serupalah yang diharapkan dari Gereja yakni menampilkan wajah belaskasih dan bukan memalingkan wajah terhadap penderitaan dan kesusahan sesama. Adapun uraian dalam paper ini bertolak dari ajaran sosial Gereja.

Baca Juga: Ayah, Aku Rindu (Surat KecilUntuk Ayah)- Teras Inspirasi

2.        Penderitaan Manusia ditengah covid-19

Pandemi Covid-19 merupakan bencana serius yang menyerang kehidupan manusia. Menyebarnya wabah covid-19 membuat manusia kehilangan segalanya seperti orang yang mereka cintai pekerjaan dan lain sebagainya. Manusia telah berusaha dengan segala cara mengatasi persoalan ini tetapi wabah Covid-19 terus merenggut kehidupan manusia yang menyebabkan banyak manusia yang meninggal. Situasi semacam ini merupakan kepedihan dunia yang menyebabkan manusia semakin menderita. Menanggapi situsi ini Gereja berusaha untuk menampilkan wajah belas kasih kepada sesama yang menderita. Hal utama yang menjadi perhatian Gereja adalah  martabat luhur manusia. Gereja dalam situasi apa pun selalu memperhatikan kepedihan umat manusia.

3. Wajah Gereja yang Berbelas Kasih

Sejak awali Gereja selalu menampilkan wajah belas kasih, menaruh perhatian dan terlibat dalam penderitaan manusia. Solidaritas kepada yang menderita, cemas dan tanpa harapan merupakan kepedulian umat Allah. Gereja senasip dan sepenanggungan dengan bangsa manusia, siapa pun terutama mereka yang tersisikan. Penderitaan manusia dewasa ini menjadi keprihatinan Gereja serta memberikan harapan yang kokoh untuk turut terlibat dalam penderitaan orang lain. Keterlibatan itu diungkapkan melalui ketulusan dalam melayani mereka yang sakit, menyuarahkan kesadaran memberi sedekah kepada mereka yang berkekurangan, dst. Penderitaan manusia merupakan penderitaan Gereja. Gaudium et spes menampilkan hubungan erat antara Gereja dan segenap keluarga-keluarga dan manusia yang menderita. Kegembiraan dan harapan duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita merupakan kegembiraan dan harapan duka dan kecemasan para murid Kristus juga. Sebab persekutuan mereka sendiri terdiri dari orang-orang yang dipersatukan dalam Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus dalam peziarahan mereka menujuh kerajaan Bapa, dan telah menerima warta keselamatan untuk disampaikan kepada semua orang  (GS.1).

Baca Juga: Puisi Fajar menggigil (KaryaNana Apol Ampur )- Teras Sastra

Gereja berdialog dengan dunia dan mengemukakan keprihatinan terhadap perkara sosial dari zaman ke zaman. Gereja tinggal dalam dunia dan walaupun bukan berasal dari dunia. Gereja dipanggil untuk melayani dunia sesuai dengan panggilannya yang paling dalam. Kepedulian Gereja diwujutkan dalam perbuatan, merajut perdamaian, keberpihakan terhadap yang miskin dan menjunjung tinggi martabat luhur manusia. Penderitaan manusia ditengah covid-19 merupakan situasi sulit yang membutuhkan perhatian Gereja. Menanggapi persoalan ini Gereja mendorong umatnya untuk menolong sesama yang menderita sebagaimana misi gereja adalah menghadirkan Kristus yang berbelas kasih. Kristus datang untuk membawa kabar Gembira kepada yang miskin. Aku datang untuk membawa kabar baik kepada orang-orang miskin dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta untuk membebaskan orang-orang yang tertindas (Luk 4:18-19). Kehadiran Yesus Kristus adalah kehadiran Kerajaan Allah. Di dalam kerajaan  Allah tidak ada yang terkecualikan. 

Semua orang disentuh oleh kabar keselamatan Kristus. Kabar keselamatan inilah yang diwartakan kepada sesama yang menderita. Dalam hal ini manusia tidak menyingkirkan yang lain melainkan memiliki hati yang peka, dan memiliki kesadaran untuk peduli terhadap mereka yang menderita. Kisah orang Samaria yang murah hati menjadi teladan bagi kita dalam melayani sesama yang lemah. Yesus mengajarkan kita untuk melakukan hal yang sama seperti orang Samaria yang menaruh belas kasih terhadap mereka yang lemah. Kerelaan manusia dalam melayani sesama yang menderita merupakan tanda bahwa Gereja ikut merasakan kesulitan itu secara mendalam. Diterangi oleh Allah yang mewahyukan diri, Gereja mampu menjawab kesukaran-kesukaran itu untuk melukiskan keadaan manusia yang sesungguhnya bahwa manusia adalah mahkluk ciptaan manusia yang unik dan luhur ( GS. Art.12)

a.        Kesadaran

Kesadaran akan pentingnya martabat manusia merupakan dasar dalam kehidupan Gereja. Kehidupan manusia yang menderita dan diasingkan karena wabah covid-19 bukanlah hambatan untuk membangun relasi kemanusian. Penderitaan manusia akibat covid meminta solidaritas orang muda yang sehat dan mereka yang paling rentan untuk membangun solidaritas kasih persaudaraan.  Mereka yang sehat tetap berusaha untuk bertanggung jawab secara bersama-samaa menciptakan masyarakat yang bisa menerima, mengintegrasikan dan mengangkat mereka yang telah jatuh atau menderita. Kasih membangun jembatan dan kita diciptakan untuk mencintai. Hal konkret yang dilakukan adalah memberikan sumbangan (sembako) kepada mereka yang miskin, menyuarahkan keadilan ditengah pandemi, dan lain-lain. Dengan demikian martabat manusia tetap terjaga dan tidak dapat tercabut oleh situasi apa pun karena manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan.

Memandang saudara-saudari kita dan keseluruhan ciptaan sebagai anugerah yang diterima dari kasih Bapa, kepedulian dan kekaguman yang penuh perhatian. Dengan cara demikian kaum beriman, dengan mengkontemplasikan sesamanya sebagai saudara-saudari, dan bukan sebagai orang asing, memperhatikannya dengan penuh kasih dan sepenuh hati, bukan dengan penghinaan atau dengan permusuhan. Selain itu kita juga dipanggil untuk melawan sikap tidak peduli terhadap martabat manusia. Kesadaran dan upaya untuk terlibat dalam penderitaan manusia semakin bertumbuh diantara umat beriman dan itu dipandang sebagai panggilan iman akan kerajaan Allah yang menyelamatkan.

b.        Kepedulian Terhadap Sesama yang menderita

Wabah covid-19 membuat manusia menderita. Ada sekian banyak manusia yang berkekurangan, kemiskinan, sakit dan yang disingkirkan dari kehidupan bersama. Realitas semacam ini menampilkan betapa pedih dan menderitanya manusia dewasa ini. Gereja yang  diyakini sebagai wajah yang berbelas kasih tentunya tidak berdiam diri melihat penderitaan manusia. Gereja hadir untuk membawa kabar sukacita kepada manusia yang menderita. Kehadiran Gereja memberikan harapan baru kepada semua umat untuk menyuarahkan pentingnya kepedulian terhadap sesama manusia. Hal penting yang menjadi perhatian Gereja adalah Martabat luhur manusia. Sebab memang pribadi manusia harus diselamatkan. Manusia ditinjau dalam kesatuan dan keutuhannya beserta jiwa maupun raganya dengan hati serta nuraninya serta budi dan kehendaknya (GS. Art.3) Sebagai mahkluk ciptaan yang unik serupa, segambar dengan Allah  manusia dipanggil untuk peduli terhadap sesama yang menderita. Keserupaan dengan Allah memperlihatkan bahwa manusia memiliki relasi yang mendalam dengan-Nya sehingga sesama merupakan perwudutan Allah.

Baca Juga: Aku Masih Mencurigakan Dirimu(Cerpen Adryan Naja)- Teras Inspirasi

Yesus mengajarkan pentingnya kepedulian terhadap sesama khususnya mereka yang menderita. Hal itu ditegaskan Yesus “ Aku berkata kepadamu sesungguhnya segala sesuatau yang kamu lakukan untuk salah seorang saudaraKu yang paling hina ini kamu lakukan untuk Aku” (Mat 25:40) Yesus sebagai guru sejati mengajak semua umat manusia untuk melakukan kasih dan kepedulian terhadap sesama. Manusia  mesti sadar bahwa Allah telah mengaruniakan rahmat yang begitu besar dalam kehidupan sehari-hari. Hati yang terbuka, hati yang peka, hati yang mendengarkan dan terbuka terhadap sesama manusia merupakan panggilan istimewa yang diterima dari Allah. Manusia dalam kesehariaanya mesti menyadari akan pentingnya kepedulian terhadap sesama tanpa memandang perbedaan.

4. Gereja Yang Merangkul

Kesadaran Gereja akan kebutuhan-kebutuhan sesama mencerminkan sebuah kepedulian dalam semangat pelayanan. Keberadaan Gereja di tengah-tengah dunia dengan perhatian dan keprihatinan terhadap seluruh umat manusia yang membutuhkan pelayanan terutama bagi mereka yang terjepit di dalam hiruk-pikuk kenyataan dunia ini.  Dengan kehadiran Gereja yang penuh belas kasih terhadap umat manusia yang tengah mengalami kekejaman dunia dengan berbagai persoalan hidup di dunia. Suatu realitas tak dapat dielak lagi bahwa Gereja tengah menghadapi berbagai persoalan manusia terutama di masa pandemi ( covid 19) ini.

Di tengah masa pandemi ini, banyak umat manusia kehilangan pegangan untuk bertahan hidup di masa-masa sulit terutama menghadapi covid ini. Kini Gereja hadir dengan wajah-Nya yang berbelaskasih terhadap seluruh umat manusia, untuk merangkul semua umat manusia yang kehilangan harapan akan hidup. Di samping itu pula praktis Gereja juga peduli dengan sesama manusia yang terkena dampak dari covid, di mana banyak umat manusia melarat dan kehilangan orang-orang yang mereka cintai. Karena itu Gereja yang merangkul seluruh umat manusia dengan penuh berbelaskasih dan membawa serta mengarahkan mereka pada suatu pegangan hidup yakni Allah yang hidup dan kekal.

Perhatian dan keprihatinan Gereja dengan wajah belas kasih-Nya merangkul seluruh umat manusia, tidak lain adalah kesadaran Gereja akan nilai dan martabat seorang pribadi manusia sebagai citra Allah yang hidup. Gereja sadar bahwa rupa dan wajah manusia sebagai citra atau gambar Allah bukanlah jiplakan (fotocopi) Allah, tetapi manusia turut ambil bagian tertentu dalam Allah pencipta segala sesuatu.  Karena itu keberadaan manusia sebagai citra pencipta seharusnya menjadi kehadiran real diri Tuhan di dalam dunia. Dengan ini Gereja mau menekankan keluhuran martabat manusia yang tertinggi sebagai dasar untuk menghargai hak-hak asasi manusia.

Baca Juga: Manusia Sebagai MakhlukPeziarah; Sebuah Refleksi

Sebab dalam ajaran sosial Gereja dikatakan bahwa Gereja Katolik sejak awal memiliki kepekaan sosial yang tinggi dan berusaha menerjemahkan pesan kabar baik Injil ke tengah-tengah hidup manusia.  Terutama dalam nilai cintakasih, kemanusiaan, keadilan dan kesejahteraan sosial ditebarkan dan diterapkan dalam perjuangan hidup sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan.  Dalam hal ini Gereja sudah berusaha menyampaikan pesan keselamatan ilahi sedemikian rupa sehingga siapa saja dapat menerimanya. Tindakan Gereja ini didasarkan pada dimensi universal keselamatan Yesus yang berlaku untuk semua umat manusia dan bukan hanya monopoli mereka yang beriman Kristiani.

a.        Gereja tanda keselamtaan umat manusia

Dalam situasi sulit dan krisis hidup yang dihadapi seluruh umat manusia saat ini adalah menghadapi penyakit yang mematikan yaitu covid 19. Dalam situasi ini, seluruh umat manusia merasa kehilangan pegangan hidup dan bahkah tak menentu jalan hidupnya. Suatu musibah bak penyakit yang menular dengan cepat merampas jiwa manusia. Banyak umat manusia merasa gelisah akan hidup di masa depan dan arah pikir pula tak menetu entah ke mana. Sulit untuk membayangkan kehidupan manusia sendiri di masa pandemi ini. Umat manusia kini nyaris tak punya harapan untuk hidup. Dalam masas sulit seperti ini, manusia butuh sandaran untuk bisa berharap dan merenung kehidupannya. Bagaimana Gereja hadir untuk merangkul seluruh umat manusia dalam situasi demikian?

Kehadiran Gereja mewartakan keselamatan melalui Sabdanya bagi umat manusia yang hendak menerimanya dengan baik. Dalam kompendium ASG.52 diketengahkan bahwa Allah di dalam Kristus tidak hanya menyelamatkan orang perorangan, tetapi juga relasi-relasi sosial yang ada di antara manusia.  Dalam ajaran sosial Gereja ini, menekankan keselamatan universal, di mana semua umat manusia diselamatkan karena kasih Allah yang begitu besar kepada manusia. Penyelamatan Allah melalui Putra-Nya Yesus Kristus membawa kehidupan baru bagi semua umat manusia. Keselamatan yang memberi pengharapan baru bagi umat manusia untuk bangkit lagi dari masa-masa sulitnya. Dengan tawaran keselamatan ini, sebenarnya Gereja hendak menunjukkan betapa besar perhatian-Nya dan kasih Allah pada manusia.

b.        Gereja sebagai tanda cinta kasih Allah kepada Manusia

Dengan situasi pandemi ini, Gereja hadir dengan wajah penuh belaskasih menyapa umat manusia, sambil mewarkan kabar baik (injil) keselaman dan kehidupan kekal. Kesadaran Gereja peduli, perhatian dengan masalah-masalah sosial masyarakat karena sebagai Gereja Kristus yang hidup di tengah dunia harus ikut ambil bagian dalam penderitaan umat manusia. Dalam hal ini Gereja menunjukkan cinta kasih-Nya kepada umat manusia yang membutuhkan melalui keterlibatan Gereja dalam hidup sosial. Usaha Gereja untuk menujukkan kasih Allah tercermin dalam tugas panggilannya yang harus menolong kaum tak berdaya, kecildan tertindas untuk meraih kesejahteraan mekara sebagai manusia yang bermartabat luhur.  Bukti cinta kasih para murid Kristus sebagi contoh dalam hidup dalam cinta kasih sejati untuk saling membantu mereka yang lemah dan terpinggirkan.Dalam perjuangan Gereja untuk mempertahankan harkat dan martabat umat manusia banyak hal yang harus dihadapinya. Gereja juga menyadari bahwa kegiatan dan usaha-usaha Gereja terbentur pada rintangan-rintangan dan kesukaran-kesukaran yang besar sekali. Namun semangat pelayanan Gereja dan juga menjujung tinggi kemanusiaan di mana Gereja memahami manusia sebagai Gambar Allah yang real.

4.        Penutup

Covid 19 sebagai sebagai wabah yang mengancam kehihupan manusia, membuat manusia terasing bagi sesamanya perlu disikapi. Untuk itu Gereja mesti tanggap dengan aksi nyata dengan berlandaskan sikap cinta kasih. Bahwa duka dan penderitaan yang dialami dunia saat ini menjadi dukan dan penderitaan Gereja juga. Gereja ikut terlibat membantu memberdayai mereka yang menderita. Kesadaaran yang demikian membuat pewartaan Gereja akan kabar sukacita Injil di tengah dunia menjadi konkret, yaitu keterlibatan dalam mengatasi masalah-masalah social masyarakat. Dalam ajaran social Gereja ditegaskan bahwa keselamatan yang diwartakan Kristus bersifat universal, keselamatan untuk semua, yakni semua manusia diselamatkan karena kasih-Nya yang besar bagi manusia. Keselamatan Allah datang ke dunia melalui Kristus putra-Nya Yesus Kristus memberi pengharapan, membawa kehidupan baru bagi umat manusia. Melalui Kristus umat diteguhkan, memperoleh pengharapan di tengah masa-masa krisis (covid 19 saat ini). Dengan dan melalui pewartaan keselamatan dan juga melalui aksi-aksi nyata Gereja dan ditopangi rasa belas kasih, empati bagi manusia yang tterdampak pandemic, gereja sebenarnya hendak menunjukkan betapa besar kepedulian dan belas kasih Allah bagi manusia. 

 

Daftar Pustaka

              Buku

Chang, William. Menjadi Lebih Manusia. Yogyakarta:Kanisius,2011.

Eddy Kristiyanto, Antonius. (ed). Spiritual Sosial: Suatu Kajian Kontekstual. Yogyakarta:Kanisius,2010.

Riyanto, Armada. KATOLIKSITAS DIALOGAL, AJARAN SOSIAL KATOLIK.  Yogyakarta: Kanisius,  2014.

Suparman, Andreas. (ed). HUMAN COMMUNITAS. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan  KWI, 2020.

 

Dokumen Gereja

Konsili Vatikan II Gaudium et spes. Dalam R. Hardawiryana (Penterj) Kumpulan Dokumen Ajaran Sosial Gereja, Tahun1891-1991. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI,1999.

 

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Wajah Gereja Yang Berbelas Kasih

No comments:

Post a Comment

Trending Now

Iklan