Iklan

Civitas Akademika STP St. Petrus KA Mengikuti Kegiatan Bedah Buku Imam Berpolitik Bolehkah?

inspirasiindo
Thursday, 15 September 2022 | September 15, 2022 WIB Last Updated 2022-09-18T02:09:38Z
Civitas Akademika STP St. Petrus KA Mengikuti Kegiatan Bedah Buku Imam Berpolitik Bolehkah?


KEFAMENANU, Civitas Akademika STP St. Petrus Keuskupan Atambua mengikuti Seminar Ilmiah bertema: “Menjadi Awam Katolik Yang Tanggap, Tangguh, Terlibat Dan Mandiri Dalam Spiritualita St. Petrus” dan kegiatan Bedah Buku “Imam Berpolitik Bolehkah?” yang berlangsung di Aula STP pada Kamis, (15/09/2022).

Buku judul Imam Berpolitik Bolehkah? yang akan dibedahkan pada hari ini ditulis oleh seorang Pastor Muda, Rm. Yudel Neno, Pr.

Sebelum kegiatan bedah buku dimulai, moderator RD. Kristophorus Ukat, S.Fil.,M.Th mengundang para pembeda dan penulis buku untuk mengambil tempat yang telah disediakan.

Para pembedah buku tersebut, yang pertama adalah Rm. Dr. Theodorus Asa Siri S.Ag yang akan meninjau dari segi Ajaran Sosial Gereja. Kedua Dr. Phil Norbert Jegalus, MA yang akan meninjau dari segi filsafat dan politik dan Rm. Drs. Yohanes Subani, Pr Lic.lur.Can yang akan meninjau dari segi hukum Gereja.

Selanjutnya, moderator memberikan waktu 10 menit kepada penulis untuk membacakan isi ringkas dari buku tersebut.

“pembedahan buku hari ini, judul Imam Berpolitik Bolehkah? Ada 5 (lima) poin yang saya siarkan, pertama, ingin saya sampaikan mengapa buku ini terbit? Buku ini sebetulnya merupakan tesis saya waktu selesaikan studi teologi di Seminari Tinggi St. Mikhael. Terkait dengan alasan buku ini terbit intinya ialah untuk memberikan percikan cahaya. Kedua, Imam dan keterlibatan sosial. Ketiga Imam dan politik. Keempat, Imam dan Politipatis dan kelima, Imam boleh berpolitik” terang Rm. Yudel Neno, Pr. 

“Saya sudah membaca seluruh buku ini dan saya serahkan kepada penulis untuk memperbaiki. Mulai dari awal. Saya lihat itu banyak hal yakni imprimatur, nihil obstat, metodologi penulisan, salah huruf, kata, kalimat masih ditemukan dalam buku ini. Silakan mengambil kembali membaca dan membuat revisi berikutnya biar menjadi lebih baik” imbuh Rm Theo. “Tampilan buku cukup bagus mengenai desain, ukuran dan lain-lain. Dari segi redaksional mengenai buku ini gaya bahasanya sederhana dan mudah dipahami. Dari segi substansial isinya menarik, actual sesuai dengan situasi saat ini di mana banyak Imam yang semangat  dan tampil sebagai penasehat-penasehat. Isinya sangat bagus. Dipercayakan sebagai pedoman, sebagai satu catatan kritis untuk melihat derap langkah perjalan seorang Imam antara politik dan pelayanan” lanjut Ketua STP ini kemudian. “…saya melihat  pada pokok ASG BAB III itu perlu ditambahkan pendapat 2 (dua) orang Paus yang sangat terkenal, yaitu Paus Pius XI dan Paus Pius XII yang menjabat sebagai Paus pada periode yang sangat sulit di Eropa. Mereka berdua adalah dua orang Paus yang hidup pada periode pergulatan politik antara Negara dan Gereja” tambah dosen pengampuh sosiologi ini kemudian.

Senada juga diucapkan oleh pembedah buku kedua, “saya akan memberikan orientasi atas pertanyaan yang dilakukan oleh penulis ini. Imam Berpolotik Bolehkah? Ingat dalam menulis judul tidak ada titik. Tetapi penulis tidak mau begitu, saya tau. Dengan judul seperti ini Imam Berpolitik Bolehkah? Itu artinya memberikan sedikit tanda tanya pada saya karena ini semua memang ada fakta, indikatif dan konstatatif” ujar bapak Norbert ini. “Di dalam buku ini religius tidak dibicarakan. Bicara juga supaya lengkap. Supaya kita bisa mengatasi finansial hidup persoalan yang ada di Keuskupan kita atau Gereja kita di Indonesia ini” tambahnya kemudian.

Sementara itu, Rm. Yohanes Subani, Pr juga mengatakan, “Saya harap bisa dilihat semua penegasan dari kedua pembicara terdahulu tentang imprimatur dan nihil obstat. Penulis itu seorang Imam wajib umumnya supaya ada nihil obstatnya. Ada catatan bahwa buku ini dibaca oleh masyarakat tidak akan mengganggu iman. Orang yang membacanya tidak akan merugikan kepentingan pengajaran Gereja” pungkas pembedah buku ketiga ini.

Seusai pembedaan buku tersebut ada sesi tanya jawab. Sesi ini merupakan sesi yang sangat seru dan menghidupkan suasana karena ada pertukaran ide mengenai Imam Berpolitik Bolehkah? Di sini ada yang mengatakan Imam boleh berpolitik. Ada yang mengatakan Iman tidak boleh berpolitik. Ada juga yang mengatakan Imam boleh berpolitik tapi harus melihat pada konteks tertentu dan ada pula yang memberi masukan pada para pembedah beku tersebut.

Dari argumen-argumen dan masukan-masukan tersebut Uskup Keuskupan Atambua, Mgr. Dominikus Saku, Pr memberi kesimpulan bahwa, “bobot filsafat, teologi yang harus diberi kesan. Karena itu, saya sangat yakin buku ini akan menjadi 300-an halaman. Apresiasi karena buku ini juga bisa memberi kita arah sekaligus pembelajaran” tutur Bapak Uskup Domi ini. “politik itu mulia. Yang penting kita masuk pas. Pas itu artinya prihatin yang adalah beri solusi. Politik itu untuk mengurus banyak orang. Dan tidak ada politik yang sempurna. Sama seperti pemerintah tidak ada yang sempurna, sama seperti tulang Gereja tidak ada yang sempurna. Yang sempurna itu hanya Tuhan. Jadi, keterlibatan Gereja di dalam politik itu harus membawa aspirasi dan inspirasi untuk hidup yang sempurna” tegas Bapak Uskup diakhir kesimpulannya.

Kegiatan bedah buku ini diakhiri dengan pemberian sertifikat oleh penulis kepada para pembedah buku, pembacaan doorprize kepada pemenang dan foto bersama.


Penulis: Adelina Bete

(Mahasiswi STP St. Petrus Keuskupan Atambua)

 

 

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Civitas Akademika STP St. Petrus KA Mengikuti Kegiatan Bedah Buku Imam Berpolitik Bolehkah?

No comments:

Post a Comment

Trending Now

Iklan