Iklan

"Perkawinan yang Produktif" (SMK yang Tersambung dengan DUDI)

Saturday, 24 September 2022 | September 24, 2022 WIB Last Updated 2022-09-24T10:18:30Z

 

"Perkawinan yang Produktif" (SMK yang Tersambung dengan DUDI)

Oleh: Sil Joni*

InspirasiINDO.Com-Konsep link and match, telah menjadi semacam 'paradigma' yang terus diresonansikan dalam jagat pendidikan, khususnya pendidikan vokasional. Tesis dasarnya adalah pembelajaran di SMK mesti 'konek' dengan kebutuhan dan dinamika Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).

SMK sebagai lembaga yang secara khusus 'mencetak' generasi yang siap bekerja mesti membangun kolaborasi yang produktif dengan DUDI agar para tamatan SMK tidak menjadi penganggur sebab 'tidak punya kompetensi' yang dibutuhkan DUDI. Karena itu, upaya 'mengawinkan pembelajaran teoretis dengan praktek nyata dalam DUDI', menjadi kebijakan yang urgen diterapkan saat ini. Upaya 'penyelarasan konten kurikulum SMK dengan DUDI' merupakan manifestasi 'perkawinan' tersebut.

Baca: Pelatihan Sertifikasi Kompetensi di SMK Stella Maris

Hari ini, Sabtu (24/9/2022), pihak SMK Stella Maris 'berkunjung' ke Sudamala Resort sebagai salah satu DUDI yang sudah menjalin kerja sama selama ini. Kegiatan utama dalam kunjungan ini adalah mendengar dan mendapat masukan dari pihak DUDI terkait konten kurikulum yang didesain pihak sekolah, khususnya kurikulum yang diterapkan dalam bidang akomodasi perhotelan. Dengan itu, realitas ketimpangan atau perbedaan antara apa yang diajarkan di SMK dengan apa yang dibuat di DUDI, bisa diminimalisasi.

Dengan perkataan lain, materi pembelajaran untuk program perhotelan di SMK benar-benar berbasis kebutuhan DUDI dan bersifat kontekstual. Kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik, dengan demikian, sangat dibutuhkan oleh DUDI. Jika itu yang terjadi, maka kita sangat optimis bahwa para tamatan SMK bisa menjadi pekerja yang berkompeten dan profesional karena sudah dibekali dengan seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang direkomendasikan oleh DUDi sendiri.

Agar SMK tidak lagi menjadi lembaga 'pencetak penganggur terbanyak di negara ini', maka SMK harus secara terus-menerus melakukan inovasi dan terobosan. Berkolaborasi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI), menjadi sebuah optio fundamentalis yang tidak bisa ditawar lagi. Meski sebagian SMK, sudah berkolaborasi  dengan DUDI, link and match harus terus ditingkatkan.

Pemerintah Pusat, melalui kementerian pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) terus mendorong agar lembaga vokasi benar-benar ’kawin’ dengan DUDI. Ada beberapa bidang yang perlu untuk 'dikawinkan' secara teratur dengan DUDI, mulai dari upaya penyelarasan kurikulum, mendatangkan pengajar tamu dari DUDI, ada sertifikasi kompetensi bagi siswa yang sudah magang, hingga keterserapan lulusan yang berbasis kompetensi di DUDI.  Untuk itu, SMK tidak boleh cepat puas, selalu berinovasi lebih sempurna lagi.

Baca: SDK W.R. Soepratman Tanjung Redeb Turut MeriahkanHari Jadi Kabupaten Berau

Tentu saja, kemampuan berkomunikasi adalah hal yang utama dalam menjalin kerja sama dengan DUDI tersebut. Saya kira, DUDI akan senang jika diajak berdiskusi tentang kebutuhan mereka dan mau berhubungan baik dengan pemerintah. DUDI yang punya mindset bahwa sumber daya manusia (SDM) adalah investasi yang sangat strategis dan fondasinya ada di dunia pendidikan, pasti mau bekerja sama.

Bagaimana pun juga, DUDI membutuhkan 'pasokan tenaga kerja yang berkualitas' yang umumnya dihasilkan oleh lembaga pendidikan vokasi yang kredibel. Jika proyek 'menggenjot' mutu lulusan SMK berhasil, dalam arti  sesuai dengan kebutuhan konkret DUDI, maka sangat mungkin DUDI berebut untuk bekerja sama dengan SMK tersebut.

Untuk mewujudkan cita-cita 'perkawinan massal' itu, Kemendikbud merancang dan menerapkan program SMK sebagai Center Of Excellence atau SMK Pusat Keunggulan (PK). Sebagian SMK di republik ini sudah dinilai 'mampu' menjalankan program itu. SMK Stella Maris Labuan Bajo, menjadi salah satu yang 'lolos' mengikuti program SMK PK itu.

Dalam dan melalui SMK PK, perubahan pengelolaan pendidikan yang berbasis pada kebutuhan DUDI, bisa terlaksana. SMK mesti tampil sebagai 'miniatur' dunia industri. Oleh sebab itu, lingkungan SMK ditata sedemikian agar etos dan budaya kerja dalam dunia industri bisa diadopsi secara kreatif oleh SMK.

Baca: Terusing Waktu (Puisi Maria S. Elu)

Ada perubahan paradigma yang radikal dalam pelaksanaan praksis pembelajaran SMK saat ini. Sama seperti pendidikan vokasi umumnya, SMK di berbagai belahan dunia berlomba merevitalisasi organisasinya menjadi pusat keunggulan (center of excellence). Mengapa?

Pendidikan vokasi pada dasarnya adalah pendidikan yang menyiapkan generasi muda untuk bekerja dan berwirausaha guna mendukung pertumbuhan ekonomi bangsa. Pendidikan vokasi tidak akan terlepas pada kegiatan industri dan ekonomi, baik pada skala kecil, menengah, maupun besar. Isu relevansi pendidikan vokasi kemudian menjadi topik yang tidak pernah usang dan menjadi permasalahan yang tidak pernah tuntas.

Dengan dikembangkannya center of excellence pada pendidikan vokasi, diharapkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya mis-match dan penurunan daya saing dapat dieliminasi sebanyak mungkin. Kendati demikian, tetap diakui bahwa tidak mudah untuk menjabarkan visi SMK sebagai pusat keunggulan itu.

Butuh ketelatenan dan spirit juang yang tak kenal lelah untuk mengimplementasikan skema 'SMK' sebagai pusat keunggulan itu. Tantangan terberatnya adalah bagaimana 'menciptakan iklim pendidikan' yang menyerupai sebuah perusahaan. Mengadopsi manajemen ala perusahaan, tentu membutuhkan biaya, waktu, dan tenaga yang tidak sedikit. Pelbagai infrastruktur penunjang agar 'model kerja DUDI' dapat diterapkan di SMK, harus tersedia.

Pada sisi yang lain, kualitas SDM para tenaga pendidik dan kependidikan, perlu ditingkatkan. Program peningkatan mutu SDM guru dan pembangunan sarana prasarana penunjang, harus seimbang. Atas dasar itu, tidak semua SMK di republik ini, termasuk di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), memenuhi kriteria untuk menjadi SMK PK itu.

Meski demikian, Kemendikbud terus mendorong agar semua SMK menjadi 'pusat keunggulan' dalam beberapa tahun ke depan. Saya kira, dorongan dan cita-cita semacam itu, sangat relevan dan urgen untuk konteks Indonesia. Masalahnya adalah SMK masih menjadi lembaga 'penyuplai penganggur' terbesar.

Ini sebuah realitas paradoks. SMK semestinya, tampil sebagai lembaga pencetak generasi siap kerja. Namun, dalam praksisnya masih ada 'gap' yang lebar antara pembelajaran di SMK dengan kenyataan konkret di lapangan. Tidak heran jika banyak lulusan SMK yang 'tidak dipakai' oleh DUDI sebab kompetensinya tidak sesuai dengan kebutuhan DUDI.

Menarik bahwa jumlah SMK di Mabar terus bertambah dari tahun ke tahun. SMK hadir di hampir semua Kecamatan di Mabar. Di satu sisi, ini sebuah fenomena yang sangat menggembirakan. Setidaknya, pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya mempunyai 'niat yang mulia' untuk memenuhi hak warga dalam mendapatkan pendidikan kejuruan yang baik di daerah ini.

Tetapi, pada sisi yang lain, kebanyakan SMK di sini, belum ditopang dengan fasilitas memadai sehingga memungkinkan dijadikan 'pusat keunggulan'. Bagaimana mungkin sebuah SMK menjadi pusat keunggulan, jika fasilitas elementer seperti gedung sekolah, tenaga pengajar bidang kejuruan, belum tersedia. Dari sisi kualitas, rasanya kita belum 'berhak bangga' sebab SMK yang ada di Mabar umumnya masih mencari bentuk.

Perkawinan massal dengan DUDI pun mengandaikan bahwa SMK 'memiliki perkakas perkawinan yang handal' sehingga actus perkawinan itu, menghasilkan buah yang unggul. Kendati demikian, seruan agar SMK kawin dengan DUDI, mesti ditanggapi secara serius sebab hanya dengan membangun tradisi kolaborasi yang produktif, SMK bisa 'tersambung' dengan DUDI. Lulusan SMK, diharapkan benar-benar dapat memenuhi standar yang diinginkan DUDI. Kita tidak ingin, SMK lari lain, DUDI bergerak ke arah yang lain juga.

Baca: Saverius Banskoan Cs dan Impian Desa Model di Boleng

Kita berharap 'pertemuan dengan pihak Sudamala Resort' sebagai salah satu DUDI di Mabar, benar-benar menjadi 'momen perkawinan' yang bersifat produktif. Perkawinan itu mesti bermuara pada lahirnya insan muda yang berkompeten dan berkarakter seperti yang 'diharapkan' oleh DUDI itu sendiri.

Para guru SMK Stella Maris, khususnya yang mengajar mata pelajaran produktif perhotelan 'ditantang' untuk menerapkan kurikulum baru hasil perkawinan dengan Sudamala Resort itu secara konsisten, kreatif, dan produktif. Kita tidak ingin perkawinan ini tidak membuahkan hasil atau mandul.

*Penulis adalah Staf pengajar SMK Stella Maris Labuan Bajo.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • "Perkawinan yang Produktif" (SMK yang Tersambung dengan DUDI)

No comments:

Post a Comment

Trending Now

Iklan