Iklan

Luka Di Bulan Juli (Cerpen Fr. Isidoras Sungardi)

Saturday, 22 October 2022 | October 22, 2022 WIB Last Updated 2022-10-23T05:02:14Z

 

Luka Di Bulan Juli (Cerpen Fr. Isidoras Sungardi)
Luka Di Bulan Juli (Cerpen Fr. Isidoras Sungardi)

Oleh: Fr. Isidoras Sungardi                  

Pada suatu senja duduklah aku di bale-bale yang letaknya persis di samping halaman tengah kampungku. Ngepulan asap rokok selalu menemaniku. Kopi Manggarai asli selalu ada di sampingku. Mataku tak terpejamkan menikmati indahnya senja dan angin yang selalu datang merayuku tuk merasakan betapa segar tiupannya yang serba manja.  Ia seakan mendukung suasana hati yang kualami hari ini. 

Sore ini tak terbiasanya ramai seperti ini, hingga  anak-anak pun seakan tuli tuk mendengar panggilan dari orang tua mereka. Suasana senja membuat aku terkesima tuk kembali ke masa laluku yang serba indah sebelum bulan juli. Kurasakan sapaan manja saat itu  hingga masuk ke dalam lubuk hatiku dan terngiang hingga saat ini. 

Aku merasakan suasana yang tak sempat kuraih di waktu yang lalu, di bulan juli, sungguh indah, tapi mengapa aku tak menyatu dengan suasana senja hari ini. aku merasa duniaku seakan di pasung oleh rasa. Tapi aku belum mengetahui apa yang sebetulnya terjadi. Aku terus berusaha tuk berbalik menyatu dengan setiap tegukkan kopi manggarai dan senja yang selalu menampakkan keindahannya. 

Pikiranku mengawang, membawah aku pada ingatan akan pristiwa luka di bulan juli. Bulan yang sungguh menyakitkan. Pengharapan untuk bangkitpun di bulan itu tak ada lagi dalam catatan harianku.

Aku bahkan  masih menyimpan dendam dengan dia yang pergi tak berpamitan denganku. Ia pergi tak kembali. Kepergiannya hanya menyimpan ruang tak berucap, lembar putih tak bertuliskan apa-apa. Sungguh aku seorang laki-laki yang pernah dihina oleh cara.  

“Dar, kamu ada di sini?”. Seketika itu mulutku ditutup oleh tangannya Daran. Ia tak membiarkanku tuk melanjutkan pertanyaanku kepadanya. Aku hanya melihatnya seketika lalu aku pergi. Ia perempuan yang pernah menyakiti hatiku di bulan juli dulu. Perempuan yang menyimpan luka tak berucap namun membekas. Menyatakan cinta tak bertanggungjawab. Itulah perempuan yang menyapaku sore ini. Ada apa dengannya sehingga ia kembali?

“Cukuplah melangkah Ceril! berhentilah! Berilah aku kesempatan untuk berbicara denganmu. Aku tahu rasa sakit yang engkau alami di bulan juli karena ulahku. Aku pergi tak sempat berpamitan denganmu. aku hanya meninggalkan seuntain rasa sakit yang kau alami. Aku kembali untukmu.” 

Daran mengataknnya semuanya ini dengan penuh ketulusan. Apakah itu benar? Jangan-jangan ia kembali menyimpan luka yang kedua kalinya.  

Aku terus melangkah. tak menghiraukan rayuan Daran yang serba enak didengar. Namun kenapa ia dengan nekatnya terus mengejarku bahkan ia memohon hanya semenit saja tuk berpapasan dengannya. Hanya mengatakan alasan ia pergi.

“Cil aku mohon ya cil! aku mau mengatakan yang sebenarnya tentang menggapa aku tak sempat berpamitan denganmu. Aku pergi bukan tanpa cinta. Aku tetap mencintaimu. Aku bahkan rela tak menerima seseorang yang dijodohkan oleh orang tuaku demi kamu. Di bulan juli itu bukan hanya kamu yang merasakan sakit hati Cil. aku juga. Aku dipaksakan oleh orang tuaku tuk sekolah di luar negeri. Aku bersiteguh untuk tidak pergi. Namun mereka terus memaksa aku. Sebagai seorang anak tentu saya patuh kepada mereka. Kalaupun tidak, maka aku tidak diizinkan untuk kuliah. Kini, aku telah menyelesaikan kuliahku dan aku kembali tuk selamanya bersamamu.”

Senja itu perlahan sirna. Melambaikan tangannya tuk berpamitan denganku. kopi Manggarai sebentar lagi akan habis dalam gelas yang berukuran satu mili meter panjangnya. Rokok sempuran kulihat hanya tinggal sebatang. Anak-anak saling berpamitan tuk kembali ke rumah mereka. Lampu disetiap rumah mulai menyala tanda malam akan segera tiba. 

Kondisi hatiku saat ini masih terbelenggu ketidakpercayaan akan alasan Daran pergi meninggalakan aku di bulan juli dulu dan ia kembali untuk bersamaku lagi. Aku tetap melangkah tak menghiraukan Daran.

Melihatnyapun bagiku tak ada kesempatan lagi, apalagi untuk kembali bersamanya. Mugkin luka lagi yang kualami. Jam menunjukan pukul 18.30. Daran masih meneruskan perjuangannya untukku berhenti tuk mendengarkan apa sebetulnya yang terjadi. Namun, aku masih ragu dengan semuanya ini. apakah ini hanya mimpi yang sempat nyata, dan sebentar lagi akan sirna. Itulah ketakutanku sore itu. 

Langkahku perlahan cepat hingga ada jarak yang cukup  jauh antara aku dan Daran. Daran mungkin sudah merasa lelah. Ia pun berhenti. Mengusap keringat yang sempat membasahi pipinya. ia pun pergi meninggalakan tempat yang tak sempat membuatnya bahagia.

“Ceril! Darimana saja kamu ? kamu tidak istirahat ya? Bukankah Besok kamu pergi cek kesehatan?” Mama terus memarahiku. Ya…Karena besok jadwalku untuk cek kesehatan, sebagai salah satu tuntutan untuk masuk ke perusahan ternama di Jakarta. Aku telah menyelesaikan kuliahku di surabaya di tahun 2019. Untuk mendapatkan pekerjaan di kampungku sangatlah susah. Sebulan yang lalu aku mendapat informasi dari temanku di Jakarta bahwa ada pekerjaan untukku. Aku mau bekerja di Jakarata. Lalu bagimana ceritaku selanjutnya dengan Daran?

Aku pernah membaca tulisan dari seorang motivator yang mengatakan “Akan tetapi, kita harus cepat dan berani dalam mengambil sebuah keputusan, untuk menghindari banyak hal yang akan dilewatkan jika terlalu lama dalam mengambil keputusan. Dalam hidup ini kita memang kerap kali dihadapkan dengan berbagai pilihan yang bisa membuat kita kesulitan untuk memilihnya.” Kata-kata ini memotiavi langkahku untuk secepatnya pergi dari tanah Flores. Menghindari rasa sakit yang sekian lama tak terobati.

Satu tahun kemudian…..

Perjalanan pekerjaanku di Jakarta sungguh menyenangkan. Aku sudah punya  mobil sendiri. Rumahku yang ada di pulau Flores sebentar lagi akan selesai dibangun. Inilah yang membahagiakanku. Satu hal lagi yang sungguh membahagiakan. Aku sudah menikah dengan seorang perempuan berdarah Jawa dan syukurlah aku dikarunia seorang anak. Luka di bulan juli telah  terobati. Namun, mengapa sosok Daran selalu hadir dalam mimpiku. Aku seingkali ngelamun di tempat kerja. Berpikir apa yang sedang terjadi dengan Daran di tanah Flores.

“Ceril….ini aku Daran ….orang yang pernah menyakiti hatimu” suara itu tak asing lagi bagiku rupanya itu Daran. Aku keluar dari kantor kerjaku dan mencari asal suara yang memanggilku. “Pak…bukankah ada seseorang yang memagilku ya?” tanyaku kepada sorang securiti. 

“Ya pak dia seorang permpuan namanya Daran dan tadi aku menyuruhnya untuk tunggu sebentar di ruangan tamu.”  

Aku pun secepatnya menemuai Daran. Sungguh suatu kejadian yang tak pernah kusangka bahwa sosok yang ada di depanku adalah Daran yang pernah ku cinta dan pernah menyakiti hatiku.

“Daran apa yang sedang kamu lakukan di tempat ini?” Daran pun menyatakan yang sejujurnya. ia menginginkan  cinta antara aku dan dia tak dibiarkan pergi begitu saja. Ia berkehendak agar akau dan dia kembali ke pulau Flores. Pulau yang penuh kenangan katanya. Namun apalah daya cintaku telah tertambak pada perempuan yang berdarah Jawa. 

Daran pun pergi meninggalkanku. Sampai sekarang aku belum tahu ke manakah ia pergi saa itu. 

Namun…adalah sebuah kesedihan yang mendalam bagiku saat ini ….aku mendapat informasi,  bahwa Daran telah meninggal dunia. Sepucuk surat ia titipkan untukku.

Ceril! Aku merasakan sakit yang mendalam disaat engkau tak menerimaku lagi.

Mungkin ini juga yang kau alami di bulan juli dulu . Maafkanlah atas semua keslahanku, karena telah menyakiti hatimu. Aku tahu  bahwa kita tak akan pernah lagi bersama. Aku pergi dengan pengharapan yang tak kunjung dikabulkan. Pengharapanku untuk bersamamu seketika sirna karena ku tahu engkau telah memiliki pendamping hidup. sebelum aku menutup tulisan dalam lembaran putih yang tak berharga ini, sekaligus perpisahanku dengan engkau,  aku mau mengatakan satu hal; bahwa aku mencintamu selamanya. oleh  Karena tak ada waktu lagi untuk kita berjumpa di dunia ini, aku doakan semoga di surga nanti kita akan bertemu lagi. Love you ceril……..

 from Daran

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Luka Di Bulan Juli (Cerpen Fr. Isidoras Sungardi)

No comments:

Post a Comment

Trending Now

Iklan