Misi pertobatan dan Tantangan Politik Kekuasaan
Oleh: Marianus elki semit
Yohanes Paulus II mengatakan “Gereja memang harus berbicara mengenai persoalaan tersebut, karena Gereja dipanggil untuk menelaah tanda-tanda zaman dan mengartikannya dalam terang Injil, Gereja hadir sebagai pembela kemanusiaan“(Bdk.T.Krispurwarman Cahayadi. Hal. 2, kedilan dan perdamaian. 2017).
Gereja hadir bukan untuk menawarkan politik, namun Gereja hanya berbicara dari aspek moral agar martabat manusia tidak diabaikan dalam dinamika pergulatan, sosial, politik. Martabat dan hak asasi itulah yang dibela oleh Gereja, karena manusia adalah pribadi berharga dihadapan Allah dan diciptakan serupa dengan-Nya.
Gereja hadir di dunia untuk menyelamatkan manusia dan mencari yang hilang serta tidak memiliki harapan hidup akibat politik yang kian menggerogoti manusia ke dalam kegelapan. Oleh sebab itu marilah kita memperbaharui diri bahwa, kita adalah manusia yang saling menyapa dalam kasih Tuhan. Hanya dengan kasih-Nya dapat memampukan kita untuk tetap menjaga relasi antara sesama, karena politik bukanlah suatu pemenuhan hidup manusia melainkan suatu pelengkap mewarnai perjalanan hidup kita.
Yohanes Paulus II menegaskan bahwa Gereja sebagai pelayan keselamatan bukanlah suatu tubuh yang abstrak dan hanya memuat dimensi spiritual belaka. Greja hidup, berada dalam konteks sejarah dalam kehidupan dunia, tempat manusia hidup. Oleh karena itu, tugasnya berbicara mengenai hak-hak manusia, membela pribadi manusia yang diciptakan sebagai citra Allah (Hal.3). Gereja sangat antusias dengan keadaan manusia yang selalu dibelenggu oleh politik yang tidak beraturan. Politik membawa manusia itu pada sikap egois, tidak lagi memandang satu sama lain sebagai ciptaan Allah yang maha luhur.
“Politik tidak lahir di taman Firdaus, politik hanya terlahir setelah manusia terusir dari taman keabadian dan ingin hidup bersama dalam tatanan” (Majalah Gita Sang Surya. Hal, 9. 2019). Manusia pada zaman sekarang memanfaatkan politik untuk memperoleh kekuasaan, bahkan dengan beragam cara untuk mendapat suatu kedudukan layak, tanpa melihat atau menilik apa yang akan terjadi. Disinilah Gereja perlu hadir untuk memberi pencerahan bagi mereka yang menjadi korban politik, tidak memandang saudara atau pun keluarga dekat. Oleh karena itu, Gereja hadir untuk melindungi manusia yang menjadi korban dan memberi makna politik yang sesungguhnya.
Manusia menuntut keadilan atas Tindakan para pemimpin otoriter yang selalu dipengaruhi dengan janji manis dari mulut pemimpin. Para pemimmpin menggunakan segala cara untuk menarik simpati dari masyarakat. Masyarakat terlena dalam retorikanya yang penuh indah tanpa menilik konsekuensi dari semuanya itu. Pada akhirnya masyarakat memilih dia menjadi pemimpin, setelah dipilih, pemimpin lupa akan yang lain dan segala ucapan atau segala perjanjiannya dengan masyarakat. Kata-kata manis yang diucapkanya menjadi sirna dan semuanya hanya angin belaka.
Tentu sikap seperti ini tidak perlu diwariskan kepada generasi-generasi pada zaman sekarang, karena akan timbul persoalan dalam kehidupan masyarakat, terutama bagi kaum muda yang menjadi penerus Gereja dan negara. Oleh karena itu Greja hadir menegakan kedilan bagi manusia dan memberi pencerahan, serta pertobatan bagi para pemimpin-pemimpin otoriter. Kita harus sadar segala kebaikan orang lain terhadap kita, saling memberi antara satu dengan yang lain, sebagai perwujudan tindakan keadilan. Itulah sebenarnya keadilan dalam dunia politik agar terciptanya lingkungan yang adil dan damai sejahatera.
John Rowls mengatakan, tentang keadilan bahwa ”kebajikan utama institusi sosial, sebagaimana kebenaran dalam system pemikiran “. Setiap manusia memiliki kehormatan yang berdasarkan pada keadilan sehingga seluruh masyarakat sekalipun tidak membatalkannya. Kehidupan bermasyarakat sangatlah penting peran keadilan, terutama dalam berpolitik, orang yang tidak membalas kebaikan orang, orang itu adalah manusia seraka, tidak bermoral dan tidak beretika. kita sebagai manusia harus saling memperhatikan satu sama lain dalam kehidupan, baik dalam tatanan masyarakat atau pun bernegara.
Hidup sebagai manusia saling berpengertian dalam hal membalas segala budi baik orang lain terhadap kita atau pun terhadap orang lain. Hidup berpolitk bukanlah satu-satunya pegangan untuk memperoleh kebutuhan yang serba ada. Ketika berpolitik kita harus saling mengingat satu samalain, bukan hanya menipu satu sama lain atau mengingkari sebuah kesepakatan dalam hidup. Berpolitik baik akan membuat kita lebih matang dalam bertindak dan memutuskan segala sesuatu dengan bijak tanpa menimbulkan kericuhan atau pertikaian.
Berpolitik demi mementingkan kebutuhan diri sendiri dapat membawa manusia kepada kegelapan hati Nurani. Akibatnya manusia terjerjebak dalam keserakahan akan kekuasaan dan kedudukan sebagai pemimpin.
Kita sebagai agent of change sedang menata masa depan ini, harus mampu menjadi pemimpin ideal yang patut diteladani semua orang, tidak egois, otoriter terhadap masyarakat. Belajarlah dari Dia pemimpin yang penuh belaskasih kepada semua orang tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Marilah kita ciptakan dunia politik yang adil dan damai dalam semangat nilai-nilai pancasila.
Sebetulnya hal yang perlu disadari ialah diri sendiri. sangat jelas sekali apa yang disampaikan oleh Sokrates bahwa hidup yang tidak direfleksikan, semestinya tidak layak untuk dihidupi.
Hal yang sama pula dalam kitab suci (Yoh 8:1-10) tentang perempuan yang berzinah bagaimana orang-orang farisi mengadili seorang perempuan yang telah berzinah dihadapan Yesus. Namun Yesus mengetahui pkiran mereka, Dia berkata “barangsiapa di antara kamu tidak berbuat dosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu”. Pernyataan ini sebetulnya membawa kesadaran kepada manusia bahwa sangat penting hidup untuk melihat ke dalam diri sendiri dari pada melihat balok besar di mata sesama atau pun orang lain.
Gereja sinodal salah satu upaya dari Gereja untuk memulai memberantas secara perlahan-lahan politik yang marak terjadi di dalam kehidupan manusia di masyarakat.
Maksud Gereja sinodal ialah berjalan bersama sinodal berasal dari bahasa yunani sun artinya bersama dan hodos artinya jalan. Sinodal sebuah term katolik yang digunakan untuk mendeskrisipkan proses kolaborasi kerja sama dan diserment dalam semangat persaudaraan. Tujan yang hakiki cara hidup sinodal yakni menemukan metode yang terbaik bagi setiap manusia yang dibaptis untuk merealisasikan misi Gereja berpusat pada cinta kasih Allah dan keselamatan dalam Yesus Kristus.
Gereja sinodal menurut saya sebagai salah satu cara untuk membongkar pola hidup manusia dalam berpolitik serta lebih memandang satu akan yang lain Alter christi. Gereja sinodal memiliki sifat partisipatif artinya memiliki inisiatif tinggi dalam merangkul satu akan yang lain dalam nama Yesus Kristus sebagai senturm hidup manusia.
Oleh karena itu marilah kita Bersama-sama membanggun politik yang mementingkan kehidupan masyarakat tanpa menimbulkan perselisihan antara satu dengan yang lain, antara kelompok atau pun golongan-golongan tertentu (bonum commune).
Peganglah kepemimpinan itu dengan penuh kebajikan agar terciptanya suasana Makmur dan damai. Analogi yang dilakuan Yesus sebetulnya melahirkan teologi pertobatan bagi hidup manusia dari kematian menuju kebangkitan. Kiranya kesadaran akan keluhuran panggilan kita sebagai anak Allah dapat menjadikan kita sebagai agen pewarta cinta damai bagi sesama dalam setiap tugas dan pekerjaan masing-masing dengan ditopangi semangat iman, harapan dan kasih.
No comments:
Post a Comment