Oleh: Fr. Krisanto M. Lafu Babu, OSM
Tuhan
Dalam kemanuasianku yang
normal aku memuji Tuhan
Kuungkapkan Kata
indah dalam melodi dan iram hati
Dalam Lantunan Lagu
Dan Puisi Yang Diiringi Syair Klasik
Hati Bergema Ingin
Berjumpa Dengan-Nya
Rasa Terus Bergelora
Bagaikan Hempasan
Ombak Yang Terus Berkecamuk
Ada Seribu Kisah Dan
Peristiwa Yang Datang Dan Pergi
Tiada Kasih Yang
Indah Selain Kasih Tuhan
Alam Raya Karya
Tangan-Nya
Denyiut Nadi Bergetar
Dan Bersuara Tentang Dia
Yang Telah Melakukan Segalanya
Sungguh Ajaib
Karya-Mu Ya Tuhanku
Tak Ada Yang Dapat
Membandinginya
Hanya Kata Dan
Ucapakan Syukur
Yang Dapat
Kulantungkan
Mengingat
Kedhasyatan-Mu Ini
Aku Kagum Akan
Kasih-Mu
Kasih Yang Tidak
Mempertimbangkan Keuntungan
Dan Menyesali
Kerugian Serta Kemalangan
Tuhan Betapa Ajaib Kasih-Mu
KUTERIAKAN RINDU
Lambaian Tanganmu
Hanyut Sekejap Ditelan Kegelapan
Engkau Mengukir Rindu
Yang Telah Lama Bersahabat
Engaku Menghampakan
Hati Yang Telah Nyaman
Engkau Tidak Ada
Bedanya Dengan Penjahat Itu
Ku Terdiam seribu
Bahasa
Menangis Menahan
Rindu
Mengusik Derita Hati
Ini
Membuka Bendungan
Derita Cinta
Detak Jantung
Meringis Kesakitan
Menembusi Keramaian
Sudut Kota Itu
Tak Satupun Ikut
Menangisiku Nasib Ini
Engkau Yang Mudah
Berjanji Sulit Melakukanya
Rintikan Air Hujan
Membasahi Hati Yang Gersang
Dan Ingin Mengobati
Rindu
Yang Selalu
Mengoyahkan Tubuh
Namun Pijakanku Masih
Kokoh Kuat
Kutitipkan Doa Dalam
Rindu
Kuteriakan Cintaku
Kepada Rindu
Kubicara Seolah-Olah
Menyumpai Rindu
Semoga Rindu Bersemi
Memberi Kehidupan
KASIHAN NEGERIKU
Tetesan air hujan
yang t’rus membasahi tetumbuhan
Lembah sungai
bergelora tergenang air hujan
Tak membandingi
tetesan air mata rakyat
Yang terus meratapi alam
semesta yang kian ter-evolusi
Hatiku bagaikan tanah
tandus nan gersang
Ketika melihat alam
semesta yang tak lagi perawan
Bunyi kicauan burung
pun semakin asing kudengar
Mungkinkah
inikah zamannya metropolitan?
Mungkin aku berada di
kota city!
Namun banyak orang
tidak mau mengindahkan semua itu
Penggusuran
dimana-mana, penebangan tanpa alasan
Akhirnya beranjak
mengakibatkan erosi
Karena mengejar
rupiah yang semata sesaat
Membuat revolusi tak
berlandaskan reboisasi
Padang gurun hasil
dari lembah dan hutan rindang yang t’lah digundul
Air PAM hasil
renovasi dari sumber mata air yang telah hilang
Kasihan Negeriku kini
jadi padang belantara.
Menanggung derita tiada tara
Akan kekhilafan yang
tak disadari
No comments:
Post a Comment