Iklan

Aku tetap menunggumu (Cerpen Isidorus Sungardi)

Friday, 17 February 2023 | February 17, 2023 WIB Last Updated 2024-04-03T16:18:48Z

 

Aku tetap menunggumu (Cerpen Isidorus Sungardi)

Oleh:Isidoras Sungardi

Sebuah simponi musik nan indah  ditemani oleh hembusan angin yang menerobos disetiap cela hamparan lama yang pernah digarap, seolah membawa dia tuk kembali menikmati masa usangnya. Menjalin kisah cinta di SMA adalah pergumulannya dengan dia yang sedang dirindukan sekarang ini. 


Jarak dan waktu  menjadi penghalang setiap tuntutan hati untuk kembali menemui dia. kenangan kisah cinta di SMA betul-betul  tak pernah terlupakan. Rindu selalu menemani, air mata pun terus membasahi pipi karena perpisahan yang tak pernah diketahui apa penyebabnya. Perpisahan yang belum pantas untuk menimpa diriku yang sangat setia mencintai dia. Namun, seperti itulah dunia ini melemparkan misteri ke dalam hidupku.


Lelah tak kuhiraukan. Apalagi hujan, panas yang hanya datang sekedar saja, aku sama sekali tidak mempedulikannya.  Sebab, hari demi hari aku bagaikan malaikat kecil yang terasing dari ciptaan Tuhan lainnya. Terkadang aku seperti jiwa yang bermesraan dengan kegelapan malam yang susah menemui setitik cahaya. Dan bahkan aku seperti filsuf yang mempertanyakan banyak hal dan kepada apa saja. 


Di bukit pun kulemparkan pertanyaan, begitu pula di laut, namun tak ada jawabannya. Mengapa dia dilahirkan bukan untuk diriku? Apakah aku tidak pantas untuk memiliki dia. Tuhan, bila takdir aneh ini masih memenjarakan ribuan impianku, tidak layakah aku bahagia di hadapan-Mu?


Rino adalah lulusan angkatan ke- 6 di SMP Negeri 9 Borong yang letakanya di Tilir-kecamatan Borong, kabupaten Manggarai Timur. Sekolah yang menjadi idaman bagi semua siswa yang menamatkan dirinya dari Sekolah Dasar. Ya! boleh dibilang sebagai salah satu sekolah Favorit. Kali ini Rino menyelesaikan sekolah menengah pertamanya dengan nilai yang memuaskan. Ia dikenal sebagai pribadi yang memiliki karakter ideal di mata guru-guru dan teman-temannya. Rino  adalah  sorang pencinta sastra. Sebagai pencinta sastra ia seringkali menulis berbagai karya-karyanya yang menarik untuk dibaca. 


Usai menamatkan Sekolah menegah pertama, ia pun ditawarkan oleh kedua orang tuanya untuk melanjutkan SMA di Kota terdekat, dengan alasan agar tidak terlalu jauh dengan mereka. Rino adalah anak satu-satunya dari keluarga tersebut. sebagai anak Tunggal ia tidak pernah dimanjakan oleh orang tuanya untuk membeli aksesoris-aksesoris seperti teman-temannya yang lain.


Tibalah waktunya bagi Rino untuk mendaftarkan diri di SMA. Kali ini ia bangun lebih awal dari biasanya, karena jarak antara tempat tinggal dengan sekolah membutuhkan waktu yang cukup yakni ditempuh dalam 10 jam kalau dengan sepeda motor. Ia merapikan seluruh berkas-berkas yang menjadi tuntutan dari sekolah, memanaskan mesin motor, dan menyiapkan diri untuk siap berangkat. Rino berpamitan dengan kedua orang tuanya dan pergi.


Udara pagi yang segar menemani perjalanan, hingga ia betul- betul menikmati drama hidup pagi ini. Pendasaran tuk berjuangpun semakin jelas dalam dirinya. Diri yang tak pernah berhenti tuk berpikir, melirik setiap peluang yang terjadi. Maaf ini bukan strategi seorang politisi. Menari dalam keaktifan tuk mengubah dunia. Menampar semua makhluk yang berjuang keras tuk ciptakan gelap dalam terang dan makhluk yang meraba setiap kekayaan yang ada. Tak ada yang tahu kecuali Dia yang berperan dalam dua dunia. Ia terus melangkah secara gaga tuk padamkan amarah, membaca peluang demi kebaikan generasi-generasi sesudahnya.  Hari ini menjadi hari pertama pembukaan pendaftaran sekaligus tes masuk dalam sekolah tersebut, sehingga Rino melaju sedikit cepat agar ia bisa mendahului peserta-peserta yang lain. 


Suatu keberuntungan bagi dirinya karena ia mendapat nomor antrian pertama. usai menyelesaikan segala urusan dengan sekertariat sekolah, ia pun perlahan memasuki ruangan test untuk menyiapkan batin, agar dengan mudah ia menegerjakan setiap soal yang  diberikan. Kali ini Rino dinyatakan lulus oleh pihak sekolah dengan nilai tertinggi dari semua peserta. Inilah kebanggan bagi dirinya karena perjuangannya selama ini tidaklah sia-sia.


Setelah dia mendengar informasi tersebut, tak sengaja ia melihat ke samping kananya, betapa kaget karena hari ini ia baru pertama kali melihat gadis cantik yang tak sepadan dengan semua gadis yang ditemuinya di dunia ini. Saat ini ia  jatuh cinta dengan seorang gadis yang belum diketahui asalnya dan juga namanya.  


Gadis yang mungkin menunaikan segala kehausan dan kealpaan dalam dunia rindu. Memenjarakan segala ego dan menanam pohon cinta yang tak pernah usang harumnya. Gadis mulus tak berbulu, juga kayanya tak pernah disentuh oleh keberengasan dunia. Gadis yang cukup belia dalam mengenal cinta. Dan dewasa dalam bertatap. Ya! Kecantikannya telah mencapai kematangan. 


Tak perlu dipoleskan lagi. Kecantikannya telah mencapai kesempurnaan. Rino terus mencuri pandang dengan gadis yang masih berdesak-desakan diantara peserta lainnya untuk melihat namanya dalam daftar peserta yang lulus. Sebuah senyum yang manja dilontarkan kepada dunia oleh perempuan bermata biru, berambut lurus, dan sederhana dalam berpakayan itu. Gadis yang hanya sejenak saja melululantakan hati seorang pejuang intelektual dan mungkin start untuk berburu cinta.  Gadis manja itu juga dinyatakan lulus.


Bernalar dalam kesederhanaan tentang dunia yang tak mudah dijangkau mata. Hayalan terus mengada-ada, pola pikir pun semakin sempit, yang hanya berkutat pada dunia rasa. Pandangan pertama memang menyulitkan, karena harus bergumul dengan rasa galau, nafsu dan diri yang tak ter-elakan lagi untuk dia terima. Inilah pergumulan pemula dari setiap orang yang baru menginjak masa pubertas. 


Masa tak sepolos didua tahun yang lalu. Dijeruji dalam kehampaan strategi. Untuk mengungkapkan isi hati pun terasa gagap. Tidur malam seakan berdua. Ide-lah yang mengada semuanya. Ingin memeluknya, berjalan bersamanya dikala bunyi bel istirahat. Memperkenalkan kepada teman-teman dan sampai pada strategi tukar kata sandi facebook. Semuanya itu hanya untuk memastikan ketulusan dalam saling mencinta.  Kini satu bulan lagi bagi Rino untuk berpisah dengan kedua orang tua yang sangat ia cintai. Satu bulan baginya adalah waktu yang sangat singkat. Waktu telah dijadikannya musuh, dan waktu pula telah dijadikannya sahabat, mengingat akan melihat dia yang bayangannya masih menghinggap di bola mata. 


Malam ini menjadi moment yang terakhir Rino untuk berada bersama keluarga dan besok ia akan berangkat. Malam telah berakhir. Pagi pun kembali menyapa, bahwa saatnya bagi Rino untuk pergi menempuh pendidikan baru di bangku SMA. Tentu sebuah kesedihan yang menyelimuti dirnya pagi ini. Air mata dari ibunya tak bisa dibendung. Pandanganpun tak seberapa jauh. Hanya doa mengiringi kepergian Rino. Kesepianlah yang ditinggalkannya dan dibawahnya serta. Dengan langkah yang cukup menyakinkan, Rino pun pergi meninggalkan ke dua orang tuanya. Lambaian tangan pun menjadi tanda dukungan untuk perjuangan Rino di masa SMA.


Kekaguman saat itu terus terbawa hingga saat ini. Hati bersikap otoriter ingin secepatnya merebut dia dari semua manusia yang mengalami jatuh cinta. Rangkaian kalimat perkalimat pun sebisa mungkin untuk meyakinkan dia. “Makhluk kecil mungkin sedang menertawakan aku, namun aku malas tau. Cintalah yang ku kejar. Akupun memaksa waktu agar jarumnya tak kelihatan keburuan untuk mencapai waktu berikut. Aku mau dunia ini hanya berkisar antara hati kehati, karena hatilah yang mengetahui kerinduan terdalam dari setiap “ada” yang berdaging dan bertulang, juga rasa yang membungkusnya.” Pinta Rino di dalam hatinya.


Sudah tiga bulan Rino menggeluti masa SMA. Kehadirannya dalam dunia cinta pun tak pernah absen. Dirinya seakan telah membongkar sebuah tembok besar yang menghalanginya selama ini. Hari ini ia berani untuk mengungkapkan isi hatinya dengan virgin. Ya! Virgin itulah nama gadis yang membuat Rino melahirkan sebuah perjanjian yang ia tuliskan dalam kamar kosnya. “Ketika engkau suatu saat menjadi miliku, bintang dan bulan akan kuraih. Dunia seluas ini sebisa mungkin tuk mengelilinginya. Intinya engkau ada di sampingku”. Virgin telah membuat Rino semakin berkomitmen.


Virgin..vi…virgin…. Rino memanggil virgin dari ujung ruangan kelas.


Ada apa Rino? Ko tumben kamu memanggil aku?


Senyum yang tulus dilemparkan Virgin kepada Rino. Senyum yang tidak pernah ia sembunyikan untuk setiap orang yang ia sapa. Senyum inilah yang melululantakan hati Rino. Vi… aku membutuhkan kehadiranmu untuk dua menit saja. Mendengar kata hatiku yang mungkin tertuju kepadamu. Dan kalau memang tidak menyentuh hatimu, biarkanlah kata-kata yang kusampaikan hari ini terbungkus rapi dalam pelukanku.  


Rino menampilkan kemampuannanya. Ketakutan tak ia rasa. Kebijakkan dalam berkata tak sempat ada endingnya. Berapi-api tuk menyampaikan rasa yang tak mau terpendam. Ratio membenarkankan perbuatanku hari ini. Hati apalagi. Kesukaanku adalah penerimaan akan diriku. 


Inilah keperibadian yang sesunggunya, yakni aku yang tak bertopeng. Hhh….hhhh…apa maksudmu Rin…ko kamu aneh sekali kelihatannya hari ini ya? Memangnya apa yang engkau mau sampaikan kepadaku? Ohh….rahasia ini ya? Seusai mendengar respon dari Virgin seakan membuat Rino semakin mengamini niatnya hari ini untuk secepatnya mengungkapkan isi hatinya kepada Virgin. 


Wanita cantik yang baru muncul di permukaan bumi itu. Vi…maaf sebelumnya…mungkin apa yang saya mau katakan saat ini merupakan duri bagimu…dan aku mau mengatakan yang sebenarnya…bahwa ketika aku melihat engkau pertama kalinya…mataku enggan untuk berkedip dan hati pun tak tenang untuk mengungkapakan bahwa aku jatuh cinta denganmu. 


Seketika itu pula suasana di sudut sekolah seakan membisu. Langit perlahan berawan. Burung pun tak tenang tuk tinggal dalam satu cabang. Ia berterbang tanda keberaniaannya tuk menjelaja semua pohon di belakang sekolah. Dan Rino sedang menunggu sebuah jawaban. 


Rin… terima kasih atas keberanianmu…. Terima kasih atas pandangan baikmu terhadap diriku sehingga engkau jatuh cinta padaku….dan aku juga mau mengatakan satu hal…bahwa sebetulnya aku juga ada perasan cinta terhadapmu….sejak pertama kali aku melihat engkau di sekolah ini aku terpanah dan terbawah oleh kenakalan mataku….dan dengan tulus ku katakan bahwa aku juga mencintaimu.


Seketika itu pula awan kembali menampilkan warna yang sebenarnya. Burung berkicau tak seperti biasanya. Hati Rino pun berkobar karena emas telah  digengaminya. Tanggal tujuh belas, bulan dua belas, dua ribu tujuh belas menjadi moment yang sangat membahagiakan bagi Rino karena emas yang sekian lama digalinya dengan perjuangannya yang cukup keras didapatnya juga. 


Rino dan Virgin merajuk cinta sejak di sudut sekolah. Kisah perjalanan cinta antara Rino dan Virgin semakin menunjukan kesetiannya. Tidak pernah terjadi masalah dalam kehidupan cinta keduanya. Setiap hari selalu berjalan bersama. membagi cerita. Sehingga mencapai puncak keduanya saling janji untuk sehidup semati. 


Kesetiaan cinta keduanya telah diketahui oleh teman-teman sekolahnya. Sehingga teman-temannya berpikir bahwa cinta mereka hanya akan berakhir dengan maut. Namun apa yang terjadi. Di suatu saat Rino meninggalkan Virgin tanpa mengetahui apa penyebabnya. Virgin diam seribu bahasa. Gagap yang terjadi. Seakan virgin merasa dunianya tak ada rasa lagi. Rino pergi tak kembali. 


Janji hanyalah sekedar janji. Harapan untuk hidup bersama seketika pupus. Betapa dalam duka yang ditanggung Virgin. Seakan duri menemani hidupnya. Tak ada lagi yang akan membelai rambutnya. Memberinya ucapan selamat malam. Apalagi kata sayang sudah tak dengar lagi. Virgin kehilangan semuanya. Hari demi hari, waktu demi waktu, Virgin mengalami kekosongan dalam hidup. Tidak ada satu pun yang dimilikinya bisa menghibur dan menyembuhkan hatinya yang terluka.


Virgin mengungkapkan kekecewaannya terhadap Rino melalui sebuah surat.


 Rino jika memang ini adalah benar kenyataan hidupku, biaralah aku terkubur bersamanya. Aku tak tahan lagi tuk berada di dunia ini. Sulit bagiku tuk menerima keadaan ini. Rino,,, apakah engkau tahu bahwa aku di sini tidak bisa hidup tanpamu. Aku bagaikan sebuah pelangi yang terbit di waktu yang salah. Dunia tak menghiraukan jiwaku yang tersesat di hutan kerinduan. 


Apalagi Tuhan seolah-olah aku bukan makhluk ciptaan-Nya. Aku di sini hanya  sadar ternyata engkau bukan lahir untuk diriku. Jika memang demikian menggapa engkau berupaya untuk membuat diriku nyaman bersamamu. Aku belum mampu melepaskanmu. Serasa duniaku hambar seketika, dikala mendengar engkau memilih jalan lain dalam kehidupan ini. aku hanya mengatakan satu hal, bahwa sampai kapanpun aku tetap menuggumu.”

Itulah isi surat yang dituliskan Virgin untuk Rino. Namun, apa yang terjadi dengan kisah selanjutnya? Maaf…  kita diajak untuk mengikuti episode selanjutnya.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Aku tetap menunggumu (Cerpen Isidorus Sungardi)

No comments:

Post a Comment

Trending Now

Iklan