Iklan

Di Sudut Selasar Kapel Syantikara

Monday, 27 February 2023 | February 27, 2023 WIB Last Updated 2023-09-18T15:41:00Z

 

Di Sudut Selasar Kapel Syantikara
Di Sudut Selasar Kapel Syantikara (foto: Dok. Pribadi)



Oleh: Sr. M. Ningsi Natalia Natasian

InspirasiINDO.Com-Ketika aku berjalan sembari mengamat – amati pemandangan yang indah di Syantikara, aku dikagetkan oleh “ hewan ” yang dibentuk dari tumbuhan. Aku mengayunkan langkah menuju ruang Yohanes, dan aku dikagetkan oleh suara “ Boromeus ” yang berkata “ Suster Natalia, senyum dikit, serius banget ”. Bruder yang adalah kenalanku saat Kubina [ via zoom ], berdiri di sudut selasar kapel Syantikara. Aku membalasnya dengan senyuman dan sedikit tawa, walau terhalangi oleh masker. Kataku padanya “ kalau dari sononya udah serius, mau gimana lagi ? ” terdiam, hening, dan menuju ruangan masing - masing.....

Keesokan harinya, di tempat yang sama; saya berjumpa dengan “Yohanes” yang langsung “menyerang” dengan ungkapan “kami thu suka Suster Natalia, karena saat zoom itu Suster Natalia; ramah, ceria, kalau bicara bahasanya tertata dan enak didengar. Kok sekarang jadi serius, sombong lagi”. Kataku “terima kasih, saya juga mengagumi sikapmu yang berani, dan bahasa mu juga tertata dengan baik”. Spontan dia berkata dalam tawa: i like you. Saya membalasnya: me too. Tanpa ada rasa yang lebih, kami hanyalah teman biasa yang kebetulan sama – sama dipilih oleh Allah untuk menjadi pelayan-Nya, sebagai seorang calon Bruder dan seorang calon Suster.

Baca: PelantikanPengurus Organisasi Kemahasiswaan Stkip Citra Bakti

Dengan hati yang berbunga, saya menikmati keindahan lingkungan di Syantikara, dan terhanyut dalam rasa kagum akan karya Tuhan yang luar biasa lewat orang – orang yang sangat kreatif. Aku dikagetkan oleh suara Romo Yam, yang mengajak untuk melanjutkan proses dengan materi: attachment style. Sesungguhnya materi ini telah saya peroleh saat di tahap Postulat dalam proses seksualitas yang diberikan oleh Romo Yam.

Namun tetap ada bedanya karena saat di Postulat, Romo Yam menjelaskan secara detail mengenai tahap – tahap perkembangan, termasuk gangguan yang dialami saat mengalami hambatan dalam perkembangan di masing – masing tahap. Itulah yang menjadi dasar yang kuat bagi saya dalam mengenali model attachment style yang saya miliki ketika berelasi dengan orang lain. Saya sangat terkesan dengan materi ini, karena dari materi ini, saya diajak untuk semakin mampu mengenal diriku; karena itulah harapan saya ketika di awal pertemuan dengan Romo Yam, beliau memberikan beberapa pertanyaan sebagai langkah awal untuk memulai proses Psiko-seksual. Salah satu dari pertanyaan itu ialah tentang harapanku, dan harapan saya ialah saya semakin mengenal diri saya dan mampu untuk menerima realitasku apa adanya. Memang, semua materi yang diberikan Romo Yam sesuai dengan kebutuhanku untuk semakin mengenal diriku; namun pada materi attachment style, ada kuesioner nya, jadi saya semakin antusias dalam mengikuti proses Psiko-seksual ini.

Saya merasa sangat beruntung, karena dipertemukan dengan dua pribadi yang merupakan suprise dari Tuhan. Kelompok ku menjadi perfect, karena keunikan yang dimiliki oleh kami ber-tiga. Yang satu memiliki kepribadian yang pemalu, satunya sedang-sedang (malu iya, pemberani iya), dan satunya pemberani. Umur kami berurutan; dari 20, 21, dan 22. Tinggi badan kami juga berurutan, dari rendah, sedang, dan tinggi. Pengalaman hidup kami dengan orang tua mirip – mirip, sekalipun pengalaman saya lebih dominan dengan orang tua asuh. Kami ber-tiga mempunyai hoby yang cukup sama, yaitu musik (gitar), dan tipe orang yang kami sukai pun mirip – mirip; diantaranya harus yang memiliki hoby musik, salah satunya gitar. Saya bersyukur, karena dalam kelompok kami, tidak ada yang mendominasi, tidak ada yang menunjukan sikap menuntut, mengeluh, ataupun mengatur-ngatur. Kami saling memahami sehingga mudah untuk saling mendengarkan.

Dalam perjumpaan 4 hari di samping selasar Kapel, kami tak bosan – bosan untuk saling mengapresiasi dan mengagumi satu sama lain dengan berbagai kisah hidup yang disharingkan. Kami begitu menikmati kisah – kisah menarik yang disharingkan. Sampai – sampai kami tidak menyadari bahwa waktu satu jam telah berlalu begitu cepat. Itulah akibat dari keseriusan kami dalam mendengarkan ketika seorang bersharing, dan juga keaktifan kami ketika ada unsur humor dalam sharing–sharing. Kami menjadi teman baik, yang harapannya saling mendukung agar tetap setia dalam panggilan hidup sebagai seorang selibat yang mampu mengekspresikan energi seksual secara bijaksana dalam pelayanan yang total, perjumpaan dengan sesama, dan setia dalam komitmen hidup ini. Kami diingatkan akan sosok formator kami masing–masing. Kami mengapresiasi cara mereka yang secara langsung maupun tak langsung sangat mendukung kami dalam menjalani panggilan sebagai calon biarawan/ti. Tersentak kami mengimajinasikan bagaimana kami menjadi seorang formator nanti, apakah kami mampu menghadapi calon–calon yang akan bergabung dalam kongregasi kami masing – masing? Apakah kami siap untuk mewujudkan energi relasional kami secara benar dan tepat? Tiba–tiba seorang diantara kami berkata: itu adalah urusan Tuhan, segala sesuatu ada waktunya, kata si Pengkhotbah.

Segala sesuatu ada waktunya; tibalah waktunya untuk berpisah, di hari terakhir dalam proses Psiko-seksual. Tidak ada perasaan sedih, nanti rindu; iya, bahagia; iya, karena nanti bertemu lagi. Seperti lirik lagu “tentang kita” menyimpulkan isi hati dari sebagian besar peserta yang hadir, yang mungkin dalam proses selama 4 hari, menemukan KRISTUS celana panjang atau Magdalena yang telah bertobat.

Kalau saya, relasi saya netral dan transparan. Dengan semua peserta saya berelasi yang wajar, tidak menjadi tuan ataupun hamba untuk seseorang dan dari seseorang. Seperti kata Romo Yam dalam captionnya dengan foto tangan terbuka yang diceritakannya, yaitu “ tadinya kupikir bahwa tangan ini akan indah bila hanya “memeluk” satu orang. Kini aku sadar bahwa tangan ini akan lebih indah bila “memeluk/merangkul banyak orang”. Ungkapan itu menggambarkan model attachment style saya dalam berelasi dengan orang lain. Saya mendapatkan pengalaman ber-rahmat dari Tuhan lewat sharing dari teman–teman kongregasi lain. Saya semakin diteguhkan dengan pengalaman mereka yang memotivasi saya untuk selalu mensyukuri apa yang telah saya alami di masa lalu, baik pengalaman membahagoiakan, maupun yang menyedihkan karena ternyata pengalaman yang saya miliki tak sebanding dengan pengalaman yang mereka alami.

Baca: PerasaanBahagia Hadir Karena-Mu

Di sinilah, saya menemukan bahwa kami saling melengkapi, ketika kami mampu untuk terbuka, dan secara khusus yang saya rasakan ialah; ketika saya mampu untuk rendah hati menerima sesama dan memahami, disitulah saya bertumbuh dan harapannya saya menjadi semakin matang dalam menjalani panggilan hidup sebagai seorang calon Puteri Bunda Hati Kudus, dan nantinya menjadi seorang religius Puteri Bunda Hati Kudus yang setia pada komitmen mencintai Yesus.

*Ulasan Refleksi di atas ditulis ketika penulis menjalani masa Novisiat tahun pertama.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Di Sudut Selasar Kapel Syantikara

No comments:

Post a Comment

Trending Now

Iklan