Oleh: Theo Julius Padang
InspirasiINDO.Com-Tidak banyak manusia yang berhasil menemukan kebahagiaan di Bumi ini karena terjebak dalam lingkaran dualitas: senang dan susah, benci dan sayang, puas dan kecewa, dan sebagainya, yang sangat tergantung pada realitas di luar diri. Hal ini terjadi karena manusia memiliki ego atau rasa keakuan. Ego adalah identitas diri yang terbentuk dari kerja fungsi pikiran saat manusia hidup dengan tubuh fisik, dianugerahi otak lalu memiliki kesadaran spiritual.
Ego membuat manusia merasa berbeda dari orang lain dan pada titik ekstrimnya, membuat manusia cenderung memandang dirinya sebagai pusat dunia. Ego menjadi sumber kesengsaraan karena menjadi dasar munculnya hasrat tanpa ujung. Banyak manusia mengharapkan hidup selalu sesuai dengan keinginan egonya. Saat ego menguat, manusia cenderung memaksa agar hidup sesuai dengan kepentingan, keinginan, harapan, dan idealismenya. Ego yang tidak terkendali adalah akar penderitaan. Keterkendalian ego adalah kunci untuk menghindari penderitaan. Saat hidup tidak sesuai dengan yang dipikirkan atau tidak sesuai dengan keinginan ego, saat itulah penderitaan muncul.
Baca: Kisah Keseruan Libur Natal dari Beberapa Siswa Kelas Enam SD PIUS Pemalang
Engkau menjadi kecewa dan berdukacita karena engkau punya pengharapan kuat tentang hidup yang semestinya terjadi. Engkau punya banyak keinginan dan idealitas, bahwa hidup mesti berjalan begini dan begitu. Itulah pangkal penderitaan karena nyatanya yang terjadi dalam hidup tidak sesuai dengan gambaranmu, prasangkamu dan harapanmu. Engkau juga ingin orang lain berlaku seperti idealitasmu; engkau menuntut mereka untuk hidup seperti yang engkau mau. Saat itu semua tidak terjadi engkau menjadi susah dan menderita. Sesungguhnya, akar dan segala penderitaan adalah egomu sendiri yang penuh tuntutan tanpa menyadari bahwa engkau tidak layak mendapatkan apa yang engkau tuntut.
Baca: Awalnya coba-coba, begini ungkapan dua mahasiswi STP St. Petrus kala menjuarai event menulis cerpen
Oleh karena itu, cara untuk melepaskan diri dari akar penderitaan, termasuk luka hati, adalah dengan meluruhkan ego. Jangan lagi memaksakan keinginan, harapan, idealitas, dan harapan. Fokuslah pada proses, teruslah memperbaiki tindakan, pikiran, dan perkataanmu, hiduplah sebaik mungkin, dan jangan terlalu memikirkan hasil. Terima semua yang terjadi, karena itu adalah manifestasi dari keadilan alam semesta. Matematika alam semesta tidak pernah salah dalam memberikan input lalu menghasilkan output yang tidak berkeadilan. Lepaskan prasangka-prasangka itu. Lepaskan egoisme dengan belajar hidup taat pada petunjuk Tuhan yang ada di dalam hatimu. Belajar hidup hanya mengikuti kehendak jiwa yang paling murni, bukan terpengaruh oleh hasrat egoistik yang dibentuk oleh imajinasi dan ilusi.
Baca: UnitPIUS Pemalang dan Kreasi Tarian Nusantara
Semua luka jiwa, khususnya kekecewaan pada kehidupan dan amarah terhadap hal-hal yang dianggap sebagai sumber masalah, hanya bisa disembuhkan dengan menata pola pikirmu. Engkau harus mulai memahami bahwa sumber masalah sebenarnya adalah keakuanmu, hasrat egoistikmu sendiri. Tak peduli bagaimana engkau menganggap dirimu orang baik, jika engkau hidup untuk memenuhi hasrat egoistikmu, maka engkau akan terus mengalami ketidakselarasan.
Tujuan jiwa yang paling murni adalah mencapai kesadaran penuh, sebagai puncak evolusi dari setiap jiwa. Teruslah hidup konsisten untuk memenuhi tujuan itu. Jika ada kejadian yang membuatmu sadar bahwa kamu telah menyimpang dari jalan, segeralah kembali, dan fokus pada jalan yang selaras.
No comments:
Post a Comment