Oleh: Efremtus Danggur, S.Fil
InspirasiINDO.Com.-Malam hadir sembari melambaikan sunyi dan gulita sekaligus. Anak-anak melangkahkan kaki dengan pelannya. Di tangan ada sebatang lilin yang masih menyala. Mereka melangkah dengan gontai, tanpa tergesa-gesa. Tidak seperti biasanya mereka berlari-lari, suaranya pun lantang. Tapi kali ini berbeda. Hari ini Rabu 17/03/2023, dimana mereka memulai kegiatan retret.
Setelah beberapa waktu berselang tampak di beranda kapel rumah retret Santa Maria yang tadinya gelap gulita kini diterangi cahaya lilin yang berjejer. Meski cahanya remang-remang namun kelihatannya indah. Sementara itu anak-anak sedang khusuknya merangkai kata menulis refleksi. Dalam keheningan dengan bantuan cahaya lilin mereka berefleksi tentang hidup dan relasi mereka dengan orang lain, orang tua dan sesamanya.
Tantangan Baru
Saya ingin membagikan makna dibalik “apa yang kelihatan”. Apa yang kelihatan? Yang “kelihatan” yang saya maksudkan adalah kegiatan/aktivitas anak-anak yang sedang menulis refleksi dengan dibantu pencahayaan lilin dan bukan menempel jari pada layar android. Bahwasannya aktivitas ini (menulis) seakan membuat anak-anak jeda atau berhenti sejenak dari rutinitas harian mereka yang hampir pasti kebanyakan berlangsung “instan”, mengalir begitu saja. Nyaman berjam-jam dengan HP, youtube,scroll tiktokan, free fire, dan lain sebagainya.
Baca: Kiat Menulis Karya IlmiahPopuler
Menulis refleksi adalah saat-saat penting, di mana sesorang itu bisa berkecimpung dengan dirinya, memaknai, memahami arti kehadiran serta merenungi relasinya dengan orang lain, diri sendiri dan Tuhan. Mengapa demikian? Arus globalisasi seakan telah mengambil “semuanya” dari kita. Disadari atau tidak diskursus mengenai persoalan pemaknaan, karakter dan pola hidup sudah terkontaminasi oleh kuatnya arus globalisasi.
Anak-anak dewasa ini tidak sedikit cara hidupnya dipengaruhi media sosial dan tidak jarang pula cara padang dan pola pemahamannya mengikuti arus propaganda medsos. Fenomena ini tentu menjadi semacam polemik tersendiri bagi orangtua masa kini, sekaligus keresahan bersama.
Tantangan bagi orang tua hari-hari ini dalam upaya mengkonstruksi karakter yang mumpuni bagi anak-anak menjadi lebih kompleks. Kopleksitas tantangan bagi orang tua adalah pengaruh sosial yang ditawarkan melalui medsos. Tentu saja kita akui bahwa dalam banyak hal medsos amat membantu manusia. Namun dilain pihak ada pula konten yang justrus mendatangkan hal yang sebaliknya. Maka kebajikan, sikap kritis perlu dijaga dan diaplikasikan. Supaya semakin bijak dalam mendampingi, mendidik, memberikan dan menerima informasi.
Lilin Menyala di Malam Sunyi
Retret adalah sebuah upaya “kecil” berdapak besar terhadap pertumbuhan kepribadian seseorang. Dalam kegiatan retret dengan semangat hidup rohani seseorang dihantar pada sebuah “kursi” kebijaksanaan. Diharapkan dari situ ia melihat kenyataan hidup yang sudah pernah dilalui. Sesudahnya rekam jejak perjalanan yang “rusak” bisa dibetulkan, yakni relasi-relasi baik itu dengan sesama, orang tua maupun diri sendiri dibetulkan, diperbaiki.
Siswa-siswi kelas 6 SD Pius pemalang dan SD Maria Purwerejo telah memulainya. Di penghujung masa SD (terkhusus SD Pius Pemalang) mereka menimba spirit dari Sang Guru Sejati yakni Kristus. Anak-anak menyempatkan diri untuk mengalami keheningan, berkecimpung dengan cahaya yang suram, mereka belajar membedah, menarik diri dari cahaya semu dan kemudahan-kemudahan imitasi. Dalam hening dan remang cahaya mereka percaya Tuhan hadir untuk memaknai dan memberi berkat bagi mereka.
Baca: PelantikanPengurus Organisasi Kemahasiswaan Stkip Citra Bakti
Cahaya lilin adalah bahasa simbolis akan sebuah harapan pencerahan. Sama seperti lilin yang menyala demikkian harapannya bahwa anak-anak dapat menjadi “aset” generasi hari esok yang memberikan terang bagi yang lain, meluncurkan daya keasi yang unggul dan bermanfaat melalui cara hidup dan dalam setiap keputusan yang mereka ambil dalam hidup bersama di tengah masyarakat.
Saya kemudian membingkai saat-saat yang penuh makna tersebut dengan disertai keheningan yang khusuk itu dengan sebutan silence night.
Tulisan ini merupakan buah refleksi singkat saat ikut mendampingi retret siswa/I kelas 6 SD Pius pemalang di Rumah retret Santa Maria Parakan, sebuah rumah rohani yang dikelola oleh para Suster PBHK, 15-17 Maret 2023.
*Penulis, staf pengajar SD Pius Pemalang.
InspirasiINDO.Com.-Malam hadir sembari melambaikan sunyi dan gulita sekaligus. Anak-anak melangkahkan kaki dengan pelannya. Di tangan ada sebatang lilin yang masih menyala. Mereka melangkah dengan gontai, tanpa tergesa-gesa. Tidak seperti biasanya mereka berlari-lari, suaranya pun lantang. Tapi kali ini berbeda. Hari ini Rabu 17/03/2023, dimana mereka memulai kegiatan retret.
Setelah beberapa waktu berselang tampak di beranda kapel rumah retret Santa Maria yang tadinya gelap gulita kini diterangi cahaya lilin yang berjejer. Meski cahanya remang-remang namun kelihatannya indah. Sementara itu anak-anak sedang khusuknya merangkai kata menulis refleksi. Dalam keheningan dengan bantuan cahaya lilin mereka berefleksi tentang hidup dan relasi mereka dengan orang lain, orang tua dan sesamanya.
Tantangan Baru
Saya ingin membagikan makna dibalik “apa yang kelihatan”. Apa yang kelihatan? Yang “kelihatan” yang saya maksudkan adalah kegiatan/aktivitas anak-anak yang sedang menulis refleksi dengan dibantu pencahayaan lilin dan bukan menempel jari pada layar android. Bahwasannya aktivitas ini (menulis) seakan membuat anak-anak jeda atau berhenti sejenak dari rutinitas harian mereka yang hampir pasti kebanyakan berlangsung “instan”, mengalir begitu saja. Nyaman berjam-jam dengan HP, youtube,scroll tiktokan, free fire, dan lain sebagainya.
Baca: Kiat Menulis Karya IlmiahPopuler
Menulis refleksi adalah saat-saat penting, di mana sesorang itu bisa berkecimpung dengan dirinya, memaknai, memahami arti kehadiran serta merenungi relasinya dengan orang lain, diri sendiri dan Tuhan. Mengapa demikian? Arus globalisasi seakan telah mengambil “semuanya” dari kita. Disadari atau tidak diskursus mengenai persoalan pemaknaan, karakter dan pola hidup sudah terkontaminasi oleh kuatnya arus globalisasi.
Anak-anak dewasa ini tidak sedikit cara hidupnya dipengaruhi media sosial dan tidak jarang pula cara padang dan pola pemahamannya mengikuti arus propaganda medsos. Fenomena ini tentu menjadi semacam polemik tersendiri bagi orangtua masa kini, sekaligus keresahan bersama.
Tantangan bagi orang tua hari-hari ini dalam upaya mengkonstruksi karakter yang mumpuni bagi anak-anak menjadi lebih kompleks. Kopleksitas tantangan bagi orang tua adalah pengaruh sosial yang ditawarkan melalui medsos. Tentu saja kita akui bahwa dalam banyak hal medsos amat membantu manusia. Namun dilain pihak ada pula konten yang justrus mendatangkan hal yang sebaliknya. Maka kebajikan, sikap kritis perlu dijaga dan diaplikasikan. Supaya semakin bijak dalam mendampingi, mendidik, memberikan dan menerima informasi.
Lilin Menyala di Malam Sunyi
Retret adalah sebuah upaya “kecil” berdapak besar terhadap pertumbuhan kepribadian seseorang. Dalam kegiatan retret dengan semangat hidup rohani seseorang dihantar pada sebuah “kursi” kebijaksanaan. Diharapkan dari situ ia melihat kenyataan hidup yang sudah pernah dilalui. Sesudahnya rekam jejak perjalanan yang “rusak” bisa dibetulkan, yakni relasi-relasi baik itu dengan sesama, orang tua maupun diri sendiri dibetulkan, diperbaiki.
Siswa-siswi kelas 6 SD Pius pemalang dan SD Maria Purwerejo telah memulainya. Di penghujung masa SD (terkhusus SD Pius Pemalang) mereka menimba spirit dari Sang Guru Sejati yakni Kristus. Anak-anak menyempatkan diri untuk mengalami keheningan, berkecimpung dengan cahaya yang suram, mereka belajar membedah, menarik diri dari cahaya semu dan kemudahan-kemudahan imitasi. Dalam hening dan remang cahaya mereka percaya Tuhan hadir untuk memaknai dan memberi berkat bagi mereka.
Baca: PelantikanPengurus Organisasi Kemahasiswaan Stkip Citra Bakti
Cahaya lilin adalah bahasa simbolis akan sebuah harapan pencerahan. Sama seperti lilin yang menyala demikkian harapannya bahwa anak-anak dapat menjadi “aset” generasi hari esok yang memberikan terang bagi yang lain, meluncurkan daya keasi yang unggul dan bermanfaat melalui cara hidup dan dalam setiap keputusan yang mereka ambil dalam hidup bersama di tengah masyarakat.
Saya kemudian membingkai saat-saat yang penuh makna tersebut dengan disertai keheningan yang khusuk itu dengan sebutan silence night.
Tulisan ini merupakan buah refleksi singkat saat ikut mendampingi retret siswa/I kelas 6 SD Pius pemalang di Rumah retret Santa Maria Parakan, sebuah rumah rohani yang dikelola oleh para Suster PBHK, 15-17 Maret 2023.
*Penulis, staf pengajar SD Pius Pemalang.
No comments:
Post a Comment