Iklan

Indonesia Maju: Selamatkan Kesehatan Fisik dan Mental Anak-anak Generasi Z Dari Renggutan Game

Saturday, 20 April 2024 | April 20, 2024 WIB Last Updated 2024-09-15T06:44:18Z

Oleh: Yulius Defri Sudi

Mahasiswa Pasca Sarjana STFT Widya Sasana Malang


Inspirasiindo.my.id. Secercah pengalaman menjadi seorang pendamping bagi sekelompok organisasi anak-anak muda di salah satu tempat di Kalimantan Tengah setahun yang lalu memberikan kepada saya sekelumit gagasan dan personifikasi tentang generasi Z. Saya mengamati bahwa setiap kali kami mengadakan pertemuan, ada kebiasaan yang kerap mereka lakukan, yaitu bermain game online bersama. Saya pun tergelitik untuk bertanya, “kalian buat apa sih, kok ribut sekali?” mereka pun dengan santai menjawab “biasa, pekerjaan anak generasi Z”. Yang mereka maksudkan adalah game. Jawaban ketus semacam itu kemudian tidak meminati saya untuk bertanya lebih lanjut. Tetapi jawaban ketus dan spontan itu mengingatkan  saya akan ciri dan karakter generasi Z yang pernah saya pelajari dan baca. Sekedar untuk berbagi pemahaman bahwa yang dimaksud dengan generasi Z itu merujuk pada mereka yang lahir pada tahun 1997 sampai 2012. 


Ada yang mengafirmasi bahwa ciri khas generasi Z itu dikenal dengan keakraban dengan teknologi, berpemikiran kritis, memiliki kesadaran sosial yang tinggi dan generasi siap mengubah dunia. Ciri khas semacam ini kiranya melahirkan citra rasa kebanggaan besar dan euforia positif bagi negara dan bangsa Indonesia, bahwa rupanya generasi pembawa perubahan telah lahir, dan dengan ini cita-cita Indonesia untuk menjadi negara maju siap tergapai. Tetapi pernyataan ini menyisakan suatu pertanyaan bagi kita; sejauh mana persiapan generasi Z saat ini siap untuk mengubah dan menciptakan kemajuan Indonesia? 


Saya sepakat bahwa generasi Z amat akrab dengan teknologi dan punya kecakapan dalam menggunakanya. Namun ada sebuah fakta saat ini yang cukup mengkhawatirkan dan mencemaskan saya dan barangkali anda juga, di mana sebagian besar dari generasi Z ini mengalami gangguan kesehatan fisik dan mental karena ketidakbijakan dalam memanfaatkan teknologi yang senantiasa mereka akrabi. Pernahkah kamu membuka youtube dan searching bagaimana implikasi game bagi kesehatan manusia. Saya amat kaget dan tersentak dibarengi rasa sedih dan empati yang begitu mendalam tatkala menonton dan melihat sekian banyak anak-anak remaja (generasi Z) mengalami gangguan fisik bahkan mental karena game. Bagaimana tidak, anak-anak yang sebetulnya punya potensial bagi masa depan bangsa dan negara Indonesia sedikit demi sedikit telah direnggut kesehatan dan mentalnya hanya disebabkan oleh game


Ketidaksehatan fisik dan mental tentu akan menurunkan bahkan menihilkan daya juang dan produktivitas seseorang. Ada beberapa macam gangguan kesehatan dan mental pada anak-anak generasi Z yang pernah saya nonton dan dalam berita-berita maupun video-video yang berseliweran di media digital. Misalnya, ada yang matanya membengkak, memerah, pucat dan bahkan keluar nanah, ada yang mengalami gangguan pada saraf motorik yang membuat tubuhnya terus bergerak di luar kendali dan perintah otaknya, ada yang berbicara non stop tetapi topik pembicaraannya sungguh tidak nyambung sama sekali, kesulitan dalam konsentrasi, insomnia (sulit tidur), sering kali menjadi apatis dan bisa kehilangan empati kepada orang lain. Ada yang secara mentalnya mengalami stress, tempramental, depresi, menjadi introvert dan anti sosial. Ini sungguh mengerikan! Menakutkan! Memprihatinkan! Kalau faktanya demikian bagaimana kelak nasib Indonesia. Kalau hal semacam ini terus terjadi, tentu dapat menyingkirkan persepsi generasi Z sebagai generasi pengubah dunia. Cita-cita menjadi indonesia emas bagaikan mimpi di siang bolong dan menjadi fatamorgana belaka.


 Apa yang menyebabkan fenomena semacam ini terjadi? Pantaskah kita mempersalahkan game dan jenis-jenisnya? Tentu sebuah kecerobohan yang fatal bila kita dengan angkuh mempersalahkan dan memojokan game dengan segala jenisnya. Game bukanlah yang menjadi penyebab pertama dan mutlak dari persoalan ini. Jangan lupa bahwa game punya manfaat positif bagi para pemain, antara lain adalah sebagai sarana rekreatif atau hiburan, meningkatkan kapasitas kognitif (artinya game dapat melatih kemampuan memecahkan masalah, logika dan daya ingat anak), Game, khususnya game online, dapat membantu anak berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman-temannya. Selain itu, ada berbagai jenis game yang menyediakan alat untuk mengeksplorasi ide-ide kreatif dan inovatif. Pendek kata, game dengan berbagai jenisnya tidak dapat menjadi dalang tunggal dan absolut yang merenggut kesehatan fisik dan mental anak-anak generasi sekarang.


 Menurut saya letak kesalahannya adalah terkait langsung dengan habitus, kebiasaan seseorang. Kalau anda mengamati bagaimana maraknya anak-anak muda saat ini yang berkecimpung dan berselancar dalam dunia game (offline maupun online), anda akan melihat bahwa anak-anak generasi saat ini sulit dan barangkali tidak dapat membedakan kapan waktu bermain, kapan harus melakukan hal-hal yang dapat membantu perkembangan dirinya, seperti menyediakan waktu belajar dan mengerjakan tugas, makan tepat waktu, berolah raga atau mengembangkan bakat-bakat dan sebagainya. Mereka tidak hanya bermain saat waktu-waktu senggang. Bahkan waktu dan saat makan bersama dengan anggota keluarganya masih saja di selingi dengan nge-game, waktu belajar pun acap kali diisi dengan game. Maka, sebetulnya penyebab seseorang mengalami gangguan fisik dan mental terletak pada habitus, kebiasaan bermain  game yang melampaui batas-batas waktu yang wajar. Artinya durasi atau lama waktu bermain yang terlalu lama dan panjang. Padahal menurut Para Ahli dari Universitas Oxford, Inggris di dalam penelitiannya, menegaskan bahwa sebaiknya seseorang itu tidak main video game lebih dari satu jam setiap hari. Penyebab lainnya ialah keseringan bermain game juga menarik para gamer terjebak dalam lubang kecanduan sehingga dia tidak mampu mengisi waktu-waktu kesehariannya untuk hal-hal yang produktif selain game.


Sungguh disayangkan juga bahwa kesadaran orang tua terhadap dampak negatif dari game bagi pertumbuhan anak-anaknya masih ringkih. Hal itu nyata di dalam pola kontrol yang cukup rendah. Orang tua seringkali membiarkan anak-anaknya untuk menikmati sensasi meleburkan diri dalam dunia game, terutama kurang memperhatikan waktu anak-anak untuk berselancar dalam dunia game. Hal itu terlihat di dalam video yang diunggah oleh orang tua yang menjadi korban gangguan kesehatan fisik dan mental, dengan mana banyak orang tua yang kesadarannya muncul saat di mana anak-anak mereka telah mengalami gangguan secara fisik dan mental. Kesadaran telat semacam ini tentu amat tidak berguna lagi bagi si orang tua dan anaknya itu, tetapi amat bermanfaat bagi  kita terutama sebagai sebuah pembelajaran dan edukasi. 


Seorang komedian Indonesia yang cukup inspiratif, Cak Lontong, pernah mengatakan bahwa “Pengalaman siapa pun adalah guru yang terbaik”. Artinya untuk dapat menjadi lebih baik, kita tidak perlu mengalami sendiri karena kita bisa belajar dari pengalaman orang lain. Apakah kita harus jatuh supaya bisa merasakan bahwa jatuh itu sakit. Mestinya kalau kita melihat orang lain jatuh sakit, di mana mereka menangis dan tidak dapat melakukan dan mengerjakan apa-apa, maka kita tidak perlu  jatuh untuk mengetahui bahwa jatuh itu sakit. Maka gimana caranya saya supaya tidak jatuh. Menurut saya ini sangat penting demi menghindari kemungkinan untuk jatuh pada kesalahan yang sama. Hendaknya pengalaman-pengalaman sebagian para remaja dan orang muda generasi Z yang kesehatannya direnggut oleh game, menjadi pengalaman kita semua.


Demi mengatasi dan mencegah masalah anak-anak yang kesehatan Fisik dan mentalnya di renggut oleh game, maka perlu menerapkan manajemen waktu bermain; pertama, batasi waktu bermain. Hendaknya para gamer menetapkan aturan waktu bermain yang wajar dan konsisten. Kedua, pilih game yang sesuai. Hendaknya pilih game yang dapat mendidik dan sesuai dengan usia. Ketiga, ciptakan aktivitas lain, artinya seorang gamer mesti punya kepekaan untuk menyediakan kegiatan-kegiatan lain yang menyenangkan dan bermanfaat bagi dirinya selain game.


Selain itu krusialitas peran orang tua dalam mendampingi anak menjadi titik sentral dalam bingkai pengawasan dan pengontrolan diri anak-anak. Harus diakui bahwa anak-anak membutuhkan pengawasan yang kondusif bagi terciptanya pertumbuhan diri yang baik. Oleh karena itu agar anak-anak tidak terjebak dalam kecanduan game dan untuk mencegah gangguan fisik dan mental, orang tua mesti memiliki beberapa kemampuan. Misalnya orang tua mesti mempunyai kapasitas dan kecakapan untuk memahami dampak positif dan negatif game bagi anak-anak. Orang tua juga harus mampu membimbing dan mengajarkan anak dalam menggunakan game secara bijak. Dengan ini orang tua menerapkan hubungan dan kaitan game dengan kehidupan sehari-hari. Dan orang tua mesti terus melakukan pengawasan terhadap anak yang dalam aktivitas bermain game. Melalui pengawasan ini orang tua dapat mengikuti dan mendiskusikan  apa yang anak pelajari selama bermain game.


Akhirnya, Generasi Z adalah generasi yang siap membawa perubahan. Dengan keterampilan, pemikiran, dan semangat yang membara, mereka akan menjadi penerus yang mengubah dunia menjadi tempat yang lebih baik. Hendaknya mereka yang termasuk dalam generasi Z ini menyadari kehadiran mereka sebagai penonggak dan agen-agen pembawa sukacita serta angin segar bagi negeri pertiwi ini yang cukup dahaga dengan impian menjadi negara maju. Demikian pula kehadiran orang tua kiranya menjadi aktor penting dalam mempersiapkan dan memotori generasi Z ini agar tetap sehat secara fisik dan mental sehingga mereka dapat bertumbuh dan berkembang dengan sempurna. Termasuk mengedukasi, menjaga dan membimbing anak-anak dalam bermain game


Kemajuan Indonesia ada di tangan kita!  Seorang mantan Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, dalam pidato kenegaraannya pernah mengatakan demikian, “jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tetapi tanyakan apa yang kamu berikan untuk negaramu” sebetulnya kata-kata Presiden Kennedy ini diinspirasi oleh kata-kata gurunya yang mengatakan bahwa “jangan tanyakan apa yang sekolah berikan kepadamu tetapi tanyakanlah apa yang saya berikan untuk sekolahmu”. Saya pun hendak menimba inspirasi dari kedua orang ini dengan maksud untuk membangun kesadaran para generasi Z bahwa kita punya andil untuk mengubah dan membawa perubahan bagi negara kita. Tanyakanlah dalam hati kita masing-masing, “Apa yang saya berikan untuk Indonesia?” Itulah sebab saya mengatakan “Kemajuan Indonesia ada di tanganmu”. Maka jangan biarkan potensi akan kreativitas dan produktivitas diri kita dipukul mati oleh game.



Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Indonesia Maju: Selamatkan Kesehatan Fisik dan Mental Anak-anak Generasi Z Dari Renggutan Game

No comments:

Post a Comment

Trending Now

Iklan