Oleh:
Adryan Naja
Tak sengaja ruang pertemuan itu seakan
menjadi awal dari perjalanan menuju kecurigaan ini. Mengapa engkau datang ke
tepi pertanyaanku yang tidak pernah diminta untuk menanti hadir di saat aku
berada di balik bayangan wajahmu? Kedatanganmu waktu itu, dengan segenap ke-dirianmu melemparkan aku
ke dalam tubir penyesalan ini. Waktu itu, kepolosan dan kejujuran tak bisa
dibedakan secara sederhana, namun sangat absolut sesuai gambaran yang kau
lakoni itu. Aku tersenyum dikala kau menatapku dengan tatapan tajam untuk ke
sekian kalinya.
Aku tidak bermaksud membatalkan
misteri-misteri yang tidak terungkap dari semua perhatianmu terhadap diriku,
tapi aku hanya melihat kenyataan bahwa ada hubungan antara tatapanmu dengan bayangan
kesadaran ini yang selalu membuatku merasakan kesepian di saat kau tak lagi
berada bersamaku. Ah,,,, hampir saja aku terseret keluar dari kamar-kamar
kemauanku tuk menemukan bagaimana sebenarnya diriku Ketika berhadapan dengan situasi-situasi
tertentu pada hari itu. Kau tampaknya tak peduli dengan keinginanku tuk
menjadikan orang asing bagi engkau. Senyum manismu bagaikan gula merah buatan
nenekku seakan menguasai seluruh perhatianku. Engkau begitu pandai menarik
seribu kesadaranku keluar dari antisipasiku.
*****
Di batas waktu terang hari ini atau sering
kau sebut senja seakan melemparkan keraguanku pada saat-saat di mana aku
menemukan kesendirian itu sebagai bentuk kesempurnaan eksistensiku. Engkau
pasti paham maksud dariku. Semestinya kecurigaanku tidak seharusnya menimpa
pada peristiwa waktu pertama kali kita saling menatap dan menyapa. Karena itu,
sangat mencurigakan sekali mengapa aku selalu mencurigakan dirimu. Tidak,,,,
ada yang tidak beres dengan pertemuan waktu itu. Waktu itu, saat kumenatap
engkau, ternyata engkau telah menatapku mendahului tatapanku. Wajah polos
berkilau sinar cahaya senja selalu merekam jejakmu dalam ingatanku. Kau sangat
cantik dan manis sekali, anggun dan mempesona. Engkau bagaikan pelangi di senja
hari, tanpa bayangan namun kau selalu terbayang. Hanya saja kau sengaja menyembunyikan diri agar tidak terlalu
optimis dengan keelokan paras cantikmu. Mungkin engkau adalah seorang wanita
bijak dan berwibawa. Kau tidak terlalu sibuk untuk mendandan apalagi
memodifikasi diri agar terlihat seperti artis. Bukannya engkau sinis dengan
penampilan “dini”, tapi karena mungkin engkau lebih mencintai apa yang ada dari
pada apa yang diadakan. Ah, bagiku juga tidak terlalu penting definisi cantik
yang diagung-agungkan oleh para lelaki zaman sekarang.
*********
Ka, salam kenal ya, namaku Ny. Dengan lugas
dan santun engkau memperkenalkan dirimu denganku. Oh ya, halo enu Ny, namaku
Christie. Kamu dari mana ya, tanyaku kembali padamu. Oh ya ka, asalku dari kampung
Mentari, ka. Oh gitu ya, kamu cantik sekali enu Ny, aku senang melihat senyuman
manismu. Tegasku, tanpa ada ragu dan gugup. Hehehehe,,,, mksih ya kak,... Kamu tertawa
mendengar kata-kataku. Kak,,,, bolehkah aku mengajak kk untuk bersenang-senang
di sini ya,,,,oh ya boleh sekali Ny. Aku sebenarnya merasa nyaman berada di
sampingmu enu Ny. Pintaku dalam hati.
********
Engkau memulai kisah singkat itu dengan menarasikan
ketiadaan seseorang di saat-saat kita membutuhkan yang lain. Ka,,,, sejujurnya
aku senang sekali berada dan berkenalan dengan kk hari ini. Bagiku hari ini
adalah hari yang spesial dalam sejarah hidupku. KK hadir dan berada dalam
pengalamanku, bagiku inilah alasan mengapa aku dan kk berada di sini hari ini. Maaf
ya ka, aku terlalu lancang. Oh,,, tidak apa-apa Ny,,, malahan aku senang sekali
ketika berada bersamamu dan berkenalan denganmu di sini. (Kembali aku merayu
agar kau tidak terlalu kaku dan tegang dalam menjelaskan semua tentang dirimu).
Terima kasih ya ka, sapamu kembali. Ya, sama-sama Ny. Jawabku.
Baca Juga:
Berharap Seperti Kemarin
Ka,,,jujur ya, aku senang sekali melihat
wajah kk, saya merasa bahwa kaka itu laki-laki yang baik, bijak dan dewasa
serta sopan. Kk kuliah di mana ya? Tanyamu kembali. Sambil tersenyum, aku
menjawab, Ny, saya tinggal di seminari. Oh,,, pantas ya, kelihatan sekali baik
dan elegan seorang seminarisnya. Ih,,,Ny ni biasa-biasa saja ya. Sebetulnya aku
ini laki-laki yang biasa-biasa saja Ny. Mungkin karena penampilanku yang
sederhana atau karena wajahku yang terlihat lugu dan polos membuat engkau tetap
memuji diriku. (Candaku dalam hati). Seketika itu juga, nada telfon handphoneku
berdering memanggilku pulang ke biara. Ny,,,,Romo rektor biara memanggilku
pulang ke biara, ada tugas yang harus saya lakukan sekarang ini. Maaf ya,,,,,sambil
merapikan penampilanku, aku bergegas pulang ke biara. Wajahmu seakan tertimpa
beban seribu pengalaman buruk. Tampaknya engkau benci dan benci sekali dengan
kepergian diriku. Air matamu mulai jatuh dari langit kelopak matamu. Aku masih
sempat melihat wajah sedih dan seduh menimpa seluruh dirimu waktu itu. Ketika
aku menyapamu pulang, engkau tidak sedikit pun menyentuh rasa cinta dengan
perpisahan. Ah,,, engkau pasti benci dengan perpisahan. Maaf ya Ny, dunia kita
berbeda. Dari jauh aku menatapmu yang sedang menatap kepergianku. Mungkin saja
kau tidak terlalu suka aku pergi dari rasa senang dan nyaman serta bahagimu di
waktu singkat itu.
**********
Hari demi hari, mungkin engkau menyimpan
rasa yang sama seperti rasa yang kumiliki saat itu. Engkau pasti merindukan aku
kembali untuk berada bersamamu. Dan aku jujur, aku masih merindukan kehadiran
dirimu. Tapi, aku hanya ingin memelukmu dalam doa-doaku. Ny,,, sebetulnya tidak
ada takdir yang dapat menenunkan pilihan kita. Setiap saat, kita selalu
dipertemukan dengan sesuatu yang berbeda. Tak ada yang bertahan lama dari semua
yang hadir dan ada. Setiap kali ada yang hadir pasti akan ada perpisahan.
Setiap kali ada yang berpisah pasti akan ada yang hadir. Jangan pernah
mengharapkan agar ada waktu yang pasti untuk kita kembali. Tidak ada Ny. Tidak
ada satu pun yang mampu memecahkan ketidakpastian dalam hidup ini, Ny.
**********
Hidup kita sebenarnya mengalir dari setiap
ketidaktahuan kita. Kita tidak bisa memastikan kepastian terjadinya sesuatu
yang tidak pasti. Dan justru karena ketidakpastiannya yang membuat kita tidak
bisa memastikannya. Tapi, mungkin saja, sesuatu yang tidak pasti, pasti terjadi
di saat yang tidak pasti. Inilah “ketersituasian” dalam ada dan waktu, Ny. Tak
mungkin kita bisa menjelmakan kemauan kita terjadi pada saat-saat yang paling
kita butuhkan. Ny, bukannya aku tidak mengerti dengan perasaanmu. Tapi, aku
hanya memberikan kesaksian tentang kebenaran bahwa hidup ini hanyalah bayangan
dari kesia-siaan yang diciptakan sendiri.
Sekarang kau jauh di tempatmu berada. Aku
tidak berharap agar ada waktu untuk menulis lagi kisah tentang kita. Pertapaan
hidup ini tercetus dari realitas kesendirian dan jarak-jarak yang kita buat
untuk dikenang. Namun, bayangan dirimu tak kulupakan, Ny.
*********
Setiap waktu, aku tak pernah tuntas
mencari tahu tentang dirimu. Bahkan di setiap harapan dan khayalanku, bayangan
dirimu seakan kenyataan yang ada secara niscaya, yang mengharuskan diriku
meramu waktu memahat kepastian tentang kehadiran dirimu. Mungkin dalam
dugaanku, kau adalah misteri yang telah terlanjur saya miliki, karena dengan
seluruh ketotalitasan keadaan dirimu menampakkan kepastian tentang
ketidakpastian ini. Ya, tidak lebih dari sekedar penampakan, yang sebentar lagi
pasti hilang. Namun, aku tetap terus memahat makna dari setiap waktu penampakan
dirimu dalam rinduku. Aku terus berjalan di atas ranjang rasa curigaku sendiri.
Menatap wajahku berkali-kali di cermin, hendak melihat setetes kesadaran akan
citra dirimu yang sempat menyapa ragaku. Tentang dirimu tak ada kata terakhir
untuk mengakhiri tentang kisah singkat waktu itu. Waktu demi waktu jiwaku pergi
ke tepi rasa yang kau ciptakan dalam rindu. Gunung-gunung dan bukit
kecurigaanku telah kulalui seperti kumelewati setiap waktu tanpa batas. Masih
jauhkah engkau? Mengapa engkau dilahirkan hanya untuk membuat pilihan-pilihan
menimpa diriku? Mungkin inilah karma yang menentukan hakikat terdalam dari
pilihan manusia bahwa rasa takut untuk memisahkan diri dari dugaan sangat sulit
dari pada menerima segala sesuatu tanpa ada rasa curiga. Bagiku kau masih milik
kecurigaanku.
Masih jauhkah engkau? Mengapa engkau dilahirkan hanya untuk membuat pilihan-pilihan menimpa diriku?
ReplyDeleteI really enjoy reading your short story, can you make a short story that tells about the departure of a father forever, while chatting with the final lecture.
Please😇
Di batas waktu terang hari ini atau sering kau sebut senja seakan melemparkan keraguanku pada saat-saat di mana aku menemukan kesendirian itu sebagai bentuk kesempurnaan eksistensiku. mantap e. lanjutkan.
ReplyDelete