"Semua yang Besar Dimulai Dari Sesuatu yang Kecil: Kisah Perjalanan Dari Malang Ke Pemalang"
Oleh: Efrem Danggur
inspirasiindo.com - Ada sebuah adagium klasik yang barangkali menarik untuk disimak yang mengatakan: “kehidupan kita saat ini ditentukan oleh keputusankita kemarin, dan hasil/capaian seperti apa besok tergantung apa yang kita kerjakan hari ini”. Setelah saya mempelajari dan memahami sepak terjang perjalanan hidup saya sejak dari kampung halaman (Flores-Manggarai) hingga berada di perantauan (Pemalang, Jawa Tengah), saya sepakat dengan penegasan pernyataan dari adagium di atas. Bahwa sesungguhnya kenyataan yang saya alami saat ini tidak terlepas dari pilihan dan tindakan serta keputusan sebelumnya.
Baca Juga: Santo Peregrinus Laziosi, OSM (1265-1345): Pelindung Penderita Kanker (Pestanya Dirayakan Pada 4 Mei)
Sekelumit perasaan bercampur-aduk persis setelah menyelesaikan tugas-tugas kuliah (puncaknya mengumpulkan skripsi-menyelesaikan ujian akhir semester viii dan ujian komprehensif) antara tetap bertahan di Malang, atau kembali ke Manggarai atau terus berlayar di rantauan, tempat asing tapi menjanjikan. Dilema kala itu.
Sabtu 11/06/2022, menjadi hari pelepasan dari tuntutan akademik (Mahasiswa STFT Widya Sasana). Pasalnya pada hari ini saya terakhir mengumpulkan teks final skripsi yang sudah di cetak. Ada rasa bangga yang tersembul dari dalam diri, saya juga merasa bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan, keluarga, para guru/dosen dan teman-teman atas doa dan dukungan, serta peneguhan amat berarti ketika saya dirundung kepasrahan serta mengarahkan saya untuk tetap menjadi lebih baik.
Sabtu, 18/06/2022 saya mulai jalan-jalan keluar dari rumah ternyaman (kos-simpang mega mendung, Malang) lalu berlibur (rehat sejenak selepas kuliah) antara lain ke Pandaan, sempat ke Magelang, Jawa Tengah selama 3 hari. Bagi saya ini adalah sejarah perjalanan terjauh. Saya merasakan sebuah kebebasan bepergian. Lantaran semasa kuliah enggan tuk bepergian keluar kota, sibuk dengan rentetan tugas paper dan revisi skripsi.
Baca Juga: Dialog antara Agama di Indonesia- Oleh: Efremtus Danggur
Jumat, 01/07/2022, tepat pukul 05.00 saya terjaga dari tidur lelap. Saya menjadi teringat akan pesan moral sebelum saya berangkat bertarung dengan waktu menjajak idealisme impian “porong uwa gula, bok leso; porong mose dia diang, jari tai”. Bagi saya ungkapan tersebut adalah cetusan harapan, asa dari orang-orang yang peduli, yang kemudian memacu saya untuk terus melaju mengarungi arus gelombang kehidupan. Saya lalu memutuskan untuk membuat lamaran pekerjaan. Melangkah keluar dari zona nyaman sebagai anak kos.
Sabtu, 02/07/2022, adalah hari dimana saya pertama kali pergi membawa lamaran pekerjaan (persisnya ke lembaga sekolah (2 lamaran di sekolah di Malang, 1 lamaran saya luncurkan ke salah satu sekolah di Surabaya). Setelah tiga lamaran di berikan, saya menghabiskan beberapa hari di Pandaan.
Rabu, 06/07/2022, Kabar sukacita itu pun tiba. Bahkan saya mendapati pekerjaan di tempat yang tak terpikirkan sebelumnya. Saya diterima di salah satu sekolah di Pemalang. Itulah hari yang penting, di mana saya berani memutuskan untuk siap dan mau berkarya di Pemalang sebagai seorang guru.
Baca Juga: BibleFor Kids (Keuskupan Malang): Anak mencintai Kitab Suci
Sabtu, 09/07/2022, pukul 15:30 saya berangkat dari Malang, Jawa Timur ke Pemalang, Jawa Tengah. Tadinya saya berpikir bahwa perjalanannya hanya menghabiskan seperempat hari (6 jam perjalanan) ternyata 2 kali lebih dari yang saya perkirakan. Saya tiba di Pemalang, Minggu, 10/07/2022 pikul 05.30 pagi.
Masa Transisi/Peralihan
Dari mahasiswa menjadi pendamping siswa, sekiranya demikian "peralihan" yang saya maksud. Meski perbedaannya tak begitu signifikan, tapi saya merasakan ada yang beda. Bedanya terpatri dalam beragam aspek, misalnya lingkungan baru, berelasi dengan orang-orang baru.
Senin, 11/07/2022, hari pertama saya masuk sekolah dan kali ini, berangkat ke sekolah bukan lagi sebagai mahasiswa tetapi pada porsi yang berbeda, sebagai pendamping-staf pengajar-guru. Hari ini adalah hari pertama saya menginjakan kaki di lembaga pendidikan (SD PIUS-Pemalang) dengan status baru yakni sebagai guru. Di depan pintu masuk ruang guru saya tertegun dengan sebuah tulisan : “semua yang besar dimulai dari sesuatu yang kecil”. Terima kasih.
Catatan sederhana ini akan menjadi penting, ketika suatu saat ingatan hendak bernostalgia dan bertanya sejak kapan aku ada di sini (Pemalang)?
Penulis berasal dari Flores-Manggarai.
Catatan sederhana ini akan menjadi penting, ketika suatu saat ingatan hendak bernostalgia dan bertanya sejak kapan aku ada di sini (Pemalang)?
Penulis berasal dari Flores-Manggarai.
No comments:
Post a Comment