Iklan

"Aku sudah keluar hari ini, mungkin kemarin, aku tidak tahu"

Redaksi
Thursday, 11 August 2022 | August 11, 2022 WIB Last Updated 2022-08-11T14:39:32Z
 
"Aku sudah keluar hari ini, mungkin kemarin, aku tidak tahu"

"Aku sudah keluar hari ini, mungkin kemarin, aku tidak tahu"
Oleh: Fredrikus Jehaman
        Aku sudah keluar hari ini, mungkin kemarin. Aku tidak tahu.Salah mengambil keputusan? Gegabah? Terburu-guru? Atau bahasa medis, prematur? Psikolog, alam bawah sadar? Spiritual, salah discernment?
          Dua hari bukanlah waktu yang cepat, meski bukan waktu yang lama juga. Barangkali waktu yang tepat. Meski yang terakhir adalah jawaban alternatif atau apalah, pembelaan diri, mungkin. Tetapi keputusan harus kuambil. Mungkin juga dua hari hanya angka. Yang kalau diperdebatkan tidak ada gunanya. Siapa yang membuat kalender? Apakah benar? Apa dasarnya? Astaga kita selama ini diperbudak oleh hasil rancangan orang, pendahulu. Atau terjebak dalam spiritualitas dan kebenaran masa? Sederet pertanyaan masih bisa kita barisan atau paling tidak ajak baris.
       Mari bercerita!, atau mengarang? Ini tentang seorang manusia, yang konon katanya homo viator. Kata mereka. Telah lama berkala  menyusuri lorong terang yang penuh dengan kenyamanan dan tidak ada krikil, katanya dan sabda penonton.  Ya selama tujuh tahun akan berjalan dalam kenyamanan. Segalanya bulan hanya tersedia tapi dapat kunikmati sepuas hati. Barang milik sendiri toh.
         Perjalanannya ringan, kuk yang dipasang ringan. Sebab Dia yang memanggil lemah lembut kata buku saleh, atau mungkin suci.
         Tetapi mengapa tinggalkan kenyamanan? Pertanyaan yang menarik, bukan? Saat aku bertanya mengapa aku meninggalkan kenyamanan tersirat bahwa aku berada dalam arena pertarungan (antara kegelisahan dan kekaguman). Logikanya kalau aku berada atau katakanlah bermukim dengan kenyamanan tak mungkin aku bertanya. Bertanya selalu mulai dari kegelisahan. Jawabannya adalah pencarian. Bukan kepastian. Saat aku bertanya mengapa aku tinggalkan kenyamanan, tampak bahwa aku sedang gelisah meski bermukim dalam kenyamanan. Atau paling tidak bertetangga dengan kenyamanan.
       Aku gelisah tentang dunia dimana aku bermukim. Aku gelisah, mampukah aku? Kata mereka aku mampu. Tapi dari aku sendiri? Di sinilah persoalannya? Aku tak mau, bukan tak bisa memberi jawaban, apalagi mengamini kata-kata mereka. Bagiku kata-kata mereka menguburkan aku hidup-hidup. Motivasi mereka bagiku seperti kain kafan yang membungkus diriku. Aku memang hangat, tapi aku menolak mati. Ahh... apakah itu sebuah kejahatan? Tidak disengaja atau direncanakan. Aku teringat tentang promotheus dan sisipus. Dua sosok dalam mitologi yunani yang menerima hidup yang absurd. Nihil, bukan aku sedang mencari makna.
       Aku kagum. Yah. Teringat mata kuliah pengantar filsafat di semester satu. Kata dosen ku filsafat mulai dari kekaguman. Apa hubungannya? Mungkin, sekali lagi mungkin aku harus meninggalkan apa yang telah kuyakini, dipercaya. Bukankah ini jalan menuju pencerahan, kebijaksanaan, kebebasan dan kemerdekaan.
        Waktuku telah habis, mungkin hari ini atau mungkin kemarin, aku tidak tahu? Aku perlu lahir lagi.
 
 
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • "Aku sudah keluar hari ini, mungkin kemarin, aku tidak tahu"

1 comment:

Trending Now

Iklan