Iklan

Aku Yang Terluka (Cerpen Adryan Naja)

Saturday, 27 August 2022 | August 27, 2022 WIB Last Updated 2022-08-28T02:34:07Z

 

Aku Yang Terluka (Cerpen Adryan Naja)

By: Adryan Naja

InspirasiINDO.com - Aldino duduk sendiri merenung diri di pojok rumahnya. Matanya menerawang ke sana sini. Hatinya tersesat oleh gambaran wajah yang kini memberi pilihan. Antara benci dan rindu harus diterima dan dipilihnya. Wajahnya pucat dan lesuh. Ingatannya kembali membuka lembaran kenangan-kenangan dengan pacarnya. Perempuan yang baik hati, murah senyum dan tulus mencintai siapa pun itu kini direnggut maut dan dibungkus kain kematian. Terlalu dini kutukan ini menimpa diriku.

Baca Juga: Gadis Terakhir(Cerpen Afri Ampur)

“Kepergianmu barangkali hukuman terbesar dalam hidupku. Engkau pergi tanpa pamit dan pesan apa pun padaku. Sintia,,, aku mengingatmu. Aku di sini merindukanmu”. Teriaknya yang sedikit kecewa dan rindu.

Dua tahun lalu, kekasihnya, Sintia, meninggal karena sakit berat. Dokter dan perawat seakan menjinakkan rasa geramnya dengan menyediakan obat kematian. Sintia meninggal karena kesalahan dokter dan perawat dalam memberi obat.

Barangkali ada di antara mereka yang tidak mengerti jeritan minta tolong disembuhkan dan melayani dengan sepenuh hati.

Aldino sedih dan duka tak berakhir pada hari-hari menyenangkan dalam hidupnya. Setiap waktu dirinya terseret keluar dari penjara kepasrahan dengan memberontak terus menerus. Entah Allah yang menciptakannya, karena takdir kematian diperuntukkan bagi orang yang sangat dicintainya atau berontak kepada kesedihan dan keputusasaannya karena kehilangan orang yang istimewa.

Apabila dalam hidup ini anda kehilangan seseorang yang sangat anda cintai, diamlah dalam luka. Jangan pernah memberontaknya. Karena semakin anda berontak, anda semakin terluka. (Pintanya dalam hatinya, agar menenangkan jiwa geramnya).

Air mata pun membentuk sungai kecil di pipi Aldino. Rasa sakitnya masih belum tersembuhkan. Tak ada satu pun yang mampu mengobati rasa sakitnya. Hari demi hari hidupnya dipenuhi sejuta penyesalan. Baginya kebahagiaan telah berakhir pada kematian kekasihnya. Penyesalan selalu muncul dari rahim ingatannya pada wajah cantik dan anggun serta bersikap tulus mencintai siapa saja yang datang dalam hidupnya. Sosok perempuan itulah yang selalu mengusik ketenangan batin Aldino. Apalagi jika dia mengingat kenangan-kenangan indah yang telah pergi bersama kehilangan kekasihnya.

Belum sembuh dari luka kehilangan kekasihnya, sekarang Aldino harus menanggung rasa cemas dan sakit lebih kejam meratapi kepergian bapanya. Bapanya dikabari meninggal di rumah sakit setelah menjalani perawatan intensif. Aldino yang sedang duduk sendiri di depan terasnya dikagetkan oleh berita duka meninggal ayahnya. Nada tangisan dari dalam rumah membisukan semangat Aldino. Adiknya perempuan menangis dan pingsan di depan pintu rumahnya. Suara tangisan ibunya terdengar jauh melantunkan ayat-ayat rindu. Aldino tak mampu lagi berbicara. Mulutnya seakan terlilit tali kematian nasibnya. Hatinya hanya ada benci dan dendam. Tuhan, mengapa Engkau lakukan ini sekejam ini padaku? Pertanyaan kecil Aldino di tengah resah hatinya. Lebih keras lagi teriaknya,,,

Tuhan, aku benci pada-Mu.

Kemarahan kepada Tuhan tidak bisa dibatasi. Tuhan terlalu jahat untuk membuat tangisan-tangisan meratapi kepergian orang yang teristimewa. Gumamnya dalam hatinya. Saat menjelang senja, mayat ayahnya harus diantar ke tempat pemakaman.

Aldino sengaja tidak ikut penguburan ayahnya. Baginya kebahagiaan dalam hidupnya telah dirampas habis oleh Tuhan. Dan dia tidak hendak melihat peti mayat ayahnya memberi penjelasan terakhir tentang kematian. Aldino meyakini bahwa kematian adalah cara Tuhan membalas dendam kepada orang-orang yang dianggap jahat di matanya.

Aldino harus menanggung beban berat. Ibu dan adik perempuannya harus dinafkahi. Aku mesti mencari pekerjaan baru demi menafkahi mama dan adikku. Pintanya sambil menatap wajahnya di cermin. Sembari bersandar di dinding kamarnya, Aldino mulai memikirkan apa yang akan dikerjakannya ke depannya.

Berat rasanya memikul tanggung jawab dalam hidup. Barangkali penderitaan terbesar dalam hidup seseorang adalah menanggung beban pikiran dan perasaan duka.

Duka citanya masih membekas dalam ingatannya. Sementara itu perhatian dari tetangga dan teman dekatnya semakin berkurang. Aldino harus menerima ejekan dari tetangganya. Anak miskin dan terlantar sering kali dijadikan bahan gosip tetangga. Miskin diduga sebagai orang yang tidak memiliki apa-apa untuk menentukan nasib. Kehidupan keluarga Aldiano sangat miskin dan melarat. Uang gajiannya hanya sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tak ada orang yang memperhatikan kondisi kehidupan keluarga mereka. Pemerintah terkadang berlaku munafik di depan masyarakat miskin dan anak-anak terlantar. Mereka sering kali menjadi orang tuli yang tidak pernah mendengar permintaan dari suara yang tidak sempat diungkapkan.

Terdengar lagi berita bahwa beberapa bulan lalu adik perempuannya diperkosa oleh oknum pejabat pemerintah di desanya. Sekarang adiknya mengandung bayi yang tidak disetujuinya. Aldino harus berusaha keras untuk mendapatkan hukuman setimpal bagi pelaku pemerkosaan adiknya. Sayangnya keadilan hanya diperuntukkan bagi orang yang mampu membelikan jas dan dasi untuk para pejabat. Usahanya untuk mendapatkan balasan kepada pelaku pemerkosaan adiknya berakhir sia-sia belaka. Karena, jaksa-jaksa pengadilan dikenyangkan oleh santapan lezat dari orang yang beruang. Rapuhnya hukum ditangan para borjuis. Sementara orang lemah dianaktirikan. Beban keluarga semakin besar dipikulnya.

Aldino berbadan kurus kering itu wajib membebaskan keluarganya dari sengatan kelaparan. Hari-hari demi hari tidak ada satu pun hari yang dilaluinya tanpa bekerja. Sebagai tukang kuli bangunan, uang gajiannya menafkahi mama dan adik perempuannya. Aldino sangat kuat dan tegar serta bertanggung jawab. Dia laki-laki yang pantas dijuluki sebagai manusia super.

Tubuhnya semakin hari semakin bertambah kecil dan lemah. Aldino jatuh sakit. Dia mengidap sakit ginjal. Tidak ada lagi yang bisa membantu keluarganya. Orang dekat dan tetangga di samping rumahnya sama sekali tidak menghiraukan sedikit pun atas kondisi kehidupan keluarga mereka.

Sebab, tidak selamanya orang yang berada bersama kita bisa membantu kita.  Ada orang yang hadir dalam kehidupan kita hanya untuk singgah menikmati sebentar saja, lalu pergi. Ada juga orang yang kita anggap baik dan dipercayakan akan memperlakukan kita seperti orang asing yang tidak pernah dikenal. Kita bisa diperlakukan buruk oleh orang yang ada di samping kiri-kanan kita dengan cara yang sederhana.

Baca Juga: Mahasiswa STP St. PetrusKeuskupan Atambua Mengikuti Acara Kuan Kefa Rider (KKRC)

Aldino tidak pernah patah semangat untuk membuat keluarganya bahagia. Perjuangan seseorang yang kuat tidak pernah lemah dalam keadaan apa pun. Apa pun yang terjadi akan membuat dia berusaha untuk melenyapkannya. Aku yang terluka adalah aku yang terlupakan oleh waktu dan keadaan. Aku terluka karena waktu dan keadaan. Dalam waktu aku terluka, dan dalam keadaan aku tersiksa dan terluka. Aku memohon, semoga luka-lukaku tidak melukaimu. Ungkapan terakhir Aldino sebelum kematiannya mengakhiri hidupnya.

 

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Aku Yang Terluka (Cerpen Adryan Naja)

No comments:

Post a Comment

Trending Now

Iklan