Oleh: Fredy Ndalung., S.Fil
(Pengajar SDK Santo Yosef-Kediri)
InspirasiINDO.com. Saya sebagai umat kristiani yang percaya kepada Kristus merasa bangga dan selalu bertanya akan tindakkan-Nya yang tidak kumengerti. Saya merasa bangga karena Allah mengasihi diriku yang hina dengan sepenuh hati-Nya. Dia mengasihiku bukan karena aku telah melakukan karya-karya besar, bukan karena kebaikanku, bukan karena doa-doaku tetapi semata karena Rahmat-Nya yang mau bekerja dalam diriku manusia yang rapuh dan berdosa.
(Pengajar SDK Santo Yosef-Kediri)
InspirasiINDO.com. Saya sebagai umat kristiani yang percaya kepada Kristus merasa bangga dan selalu bertanya akan tindakkan-Nya yang tidak kumengerti. Saya merasa bangga karena Allah mengasihi diriku yang hina dengan sepenuh hati-Nya. Dia mengasihiku bukan karena aku telah melakukan karya-karya besar, bukan karena kebaikanku, bukan karena doa-doaku tetapi semata karena Rahmat-Nya yang mau bekerja dalam diriku manusia yang rapuh dan berdosa.
Siapa pun dia tidak mampu meyelamatkan dirinya sendiri dari dosa karena usahanyanya. Manusia mengalami keselamatan karena Allah yang menghendakkinya. Allah menghendakki agar semua orang diselamatkan. Selamat dalam arti bahwa kodrat kekudusan manusia yang sekian lama kotor karena dosa kini dipulihkan kembali dalam Rahmat Allah. Dalam hal inilah kebanggaanku tercurah.
Baca Juga: Bahteraku Widya Sasana dan Senyum suci (Puisi)
Merefleksikan Rahmat Allah yang tercurah atas kehidupan manusia, maka kita dapat mengatakan bahwa Kasih Allah tidak hanya terbatas dalam konsep trasenden, tidak ingin bersemayam dalam keagungan-Nya, tidak tersembunyi untuk Diri-Nya sendiri tetapi menembus ruang dan waktu tempat saya berpijak saat ini. Konsekuensi keterbukaan Allah terhadap dunia adalah Dia mengambil bagian dalam kehidupan dunia kecuali dalam hal dosa. apa artinya kecuali dalam dosa?
Allah hadir dalam dunia, hadir dalam kodrat kemanusiaan yang awali, dalam kodrat kekudusan manusia sehingga dia terbebas dari dosa. Kehadiran-Nya di dunia sesuatu yang mungkin bagi aliran dualistis. Aliran ini membuat pemisahan antara yang materi dan yang Ilahi. Materi itu jahat, kotor, gelap. Ilahi itu suci, kudus, mulia, agung dan sebagainya. Karena itu, bagi mereka Allah tidak akan pernah masuk ke dalam dunia karena eksistensi-Nya yang Suci, agung, kekal, sempurna, tak terjamah, dan sebagainya. Dalam hal ini, mereka mau menyangkal inkarnasi yang berdampak pada tak adanya konsep penebusan yang dilakukan Allah lewat Penderitaan, salib dan kebangkitannya. Imanku dalam balutan gereja universal menolak konsep pemikiran itu. Bagi Gereja yang juga adalah diriku, Allah sungguh masuk dalan realitas ruang dan waktu.
Dengan demikian, mengakui perisitiwa inkarnasi dan kebangkitan. Kehadiran Allah ke dalam dunia menyapa setiap insan yang rapuh dan jiwa yang haus akan kebenaran. Kekuatan Kasih dari sang Kasih itu mengalir tak henti bak air sungai kecil yang selalu mengalir membasahi jiwa yang kering dan haus. Tuhan bersabdah “Marilah kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat, aku akan memberikan kelegaan kepadamu” (Mat. 11:28). Kalimat ini tampak singkat namun penuh makna. Kalimat itu bukan sebuah kalimat basa-basi atau sebuah spekulasi tanpa makna tetapi sebuah suara yang mengandung seruan mengajak insan-insan lemah untuk selalu tinggal dalam Kasih-Nya dan mengambil bagian di dalam kebahagiaan-Nya.
Jadi, kalimat itu merupakan kalimat Kasih. Setiap “hati” yang mengenal Kasih itu akan mendengarkan seruanNya, “hati” yang mengenalNya akan selalu haus sehingga mempunyai kerinduan untuk selalu “bercakap-cakap” bersama-Nya dalam keheningan, mempunyai kerinduan untuk selalu berjumpa dengan Dia. Mengapa demikian? Karena hati yang mengenal Dia telah tergores oleh keelokkanNya dan pada akhirnya di mana Dia berada hati yang mengenalnya juga akan berada di sana.
Orang Yang saya banggakan itu turun dari Tahta-Nya dan masuk dalam sejarah dunia lewat misteri inkarnasi. Dia adalah Yesus Kristus. Dia Pribadi Kedua dalam “komunitas” Tritunggal Maha Kudus. Dia yang mengambil rupa seorang manusia. Ketika Dia mengambil rupa seorang manusia pada saat itu juga ada banyak hal yang harus diubah dan ditinggalkan-Nya. Dia meninggalkan Kemuliaan-Nya untuk sementara, Dia tidak mempertahankan kesetaraan dengan Allah, dan kini Dia yang tidak bersejarah dan tak terbatas waktu masuk dalam sejarah dan terbatas oleh waktu bersama berlalunya waktu yang terbalut oleh berbagai pengalaman hidup, Dia sang pencipta hadir dalam dunia ciptaan-Nya, Dia yang dulunya tak tertampung kini tertampung dalam rahim manusia dan bumi pertiwi, Dia yang agung menjadi sederhana.
Singkat kata, Dia mengambil bagian dalam proses hidup manusia. Melalui siapakah dia mengalami atau mengenakan kodrat kemanusiaan-Nya. Apakah Dia turun langsung ke dunia dalam rupa seorang manusia yang dewasa? Kitab suci memperlihatkan bahwa Dia dilahirkan oleh seorang perawan. Dengan demikian, Dia mengenakan kodrat manusia-Nya dari manusia ciptaanNya. Dia lahir sebagai bayi yang lemah. Dia memilih Maria.
Baca Juga: Bahteraku Widya Sasana dan Senyum suci (Puisi)
Merefleksikan Rahmat Allah yang tercurah atas kehidupan manusia, maka kita dapat mengatakan bahwa Kasih Allah tidak hanya terbatas dalam konsep trasenden, tidak ingin bersemayam dalam keagungan-Nya, tidak tersembunyi untuk Diri-Nya sendiri tetapi menembus ruang dan waktu tempat saya berpijak saat ini. Konsekuensi keterbukaan Allah terhadap dunia adalah Dia mengambil bagian dalam kehidupan dunia kecuali dalam hal dosa. apa artinya kecuali dalam dosa?
Allah hadir dalam dunia, hadir dalam kodrat kemanusiaan yang awali, dalam kodrat kekudusan manusia sehingga dia terbebas dari dosa. Kehadiran-Nya di dunia sesuatu yang mungkin bagi aliran dualistis. Aliran ini membuat pemisahan antara yang materi dan yang Ilahi. Materi itu jahat, kotor, gelap. Ilahi itu suci, kudus, mulia, agung dan sebagainya. Karena itu, bagi mereka Allah tidak akan pernah masuk ke dalam dunia karena eksistensi-Nya yang Suci, agung, kekal, sempurna, tak terjamah, dan sebagainya. Dalam hal ini, mereka mau menyangkal inkarnasi yang berdampak pada tak adanya konsep penebusan yang dilakukan Allah lewat Penderitaan, salib dan kebangkitannya. Imanku dalam balutan gereja universal menolak konsep pemikiran itu. Bagi Gereja yang juga adalah diriku, Allah sungguh masuk dalan realitas ruang dan waktu.
Dengan demikian, mengakui perisitiwa inkarnasi dan kebangkitan. Kehadiran Allah ke dalam dunia menyapa setiap insan yang rapuh dan jiwa yang haus akan kebenaran. Kekuatan Kasih dari sang Kasih itu mengalir tak henti bak air sungai kecil yang selalu mengalir membasahi jiwa yang kering dan haus. Tuhan bersabdah “Marilah kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat, aku akan memberikan kelegaan kepadamu” (Mat. 11:28). Kalimat ini tampak singkat namun penuh makna. Kalimat itu bukan sebuah kalimat basa-basi atau sebuah spekulasi tanpa makna tetapi sebuah suara yang mengandung seruan mengajak insan-insan lemah untuk selalu tinggal dalam Kasih-Nya dan mengambil bagian di dalam kebahagiaan-Nya.
Jadi, kalimat itu merupakan kalimat Kasih. Setiap “hati” yang mengenal Kasih itu akan mendengarkan seruanNya, “hati” yang mengenalNya akan selalu haus sehingga mempunyai kerinduan untuk selalu “bercakap-cakap” bersama-Nya dalam keheningan, mempunyai kerinduan untuk selalu berjumpa dengan Dia. Mengapa demikian? Karena hati yang mengenal Dia telah tergores oleh keelokkanNya dan pada akhirnya di mana Dia berada hati yang mengenalnya juga akan berada di sana.
Orang Yang saya banggakan itu turun dari Tahta-Nya dan masuk dalam sejarah dunia lewat misteri inkarnasi. Dia adalah Yesus Kristus. Dia Pribadi Kedua dalam “komunitas” Tritunggal Maha Kudus. Dia yang mengambil rupa seorang manusia. Ketika Dia mengambil rupa seorang manusia pada saat itu juga ada banyak hal yang harus diubah dan ditinggalkan-Nya. Dia meninggalkan Kemuliaan-Nya untuk sementara, Dia tidak mempertahankan kesetaraan dengan Allah, dan kini Dia yang tidak bersejarah dan tak terbatas waktu masuk dalam sejarah dan terbatas oleh waktu bersama berlalunya waktu yang terbalut oleh berbagai pengalaman hidup, Dia sang pencipta hadir dalam dunia ciptaan-Nya, Dia yang dulunya tak tertampung kini tertampung dalam rahim manusia dan bumi pertiwi, Dia yang agung menjadi sederhana.
Singkat kata, Dia mengambil bagian dalam proses hidup manusia. Melalui siapakah dia mengalami atau mengenakan kodrat kemanusiaan-Nya. Apakah Dia turun langsung ke dunia dalam rupa seorang manusia yang dewasa? Kitab suci memperlihatkan bahwa Dia dilahirkan oleh seorang perawan. Dengan demikian, Dia mengenakan kodrat manusia-Nya dari manusia ciptaanNya. Dia lahir sebagai bayi yang lemah. Dia memilih Maria.
Dari wanita inilah Dia memperoleh kodrat manusia-Nya dalam kerja samanya dengan Roh Kudus. Kerjasama Maria dan Roh Kuduslah Allah kemudian “terbentuk”dalam rahim Maria. Berkaitan dengan hal itu, Santo Montfort dalam bukunya Bakti Sejati (BS) mengatakan “Allah Roh Kudus adalah mandul di dalam Allah, karena tidak menghasilkan pribadi Ilahi yang lain, tetapi melalui Maria, yang telah telah diambil-Nya untuk menjadi mempelai menjadi subur” (BS.20). Hal yang mau dikatakan adalah Bunda Maria berkenan di hadapan Allah dalam proyek keselamatan yang direncanakan-Nya.
Aku bertanya dalam hati; Mengapa Allah harus memilih Maria? Mengapa Allah Putra datang ke dunia harus melalui Maria?
Aku bertanya dalam hati; Mengapa Allah harus memilih Maria? Mengapa Allah Putra datang ke dunia harus melalui Maria?
Engkau yang Kudus, pencipta alam semesta mau dikandung dan tunduk kepada “mawar” fana itu yang suatu saat akan layu dan mati?
Mengapa Engkau mempersempit MahakuasaanMu di dalam dia, membiarkan dia “membentukmu” dalam rupa seorang bayi mungil. Apa kelebihan Maria sehingga Allah mesti memilihnya?
Tidak adakah mahluk lain yang lebih pesona dari dia? Keraguan ini juga pernah di alami oleh pemikir-pemikir tertentu yang berdampak pada posisi maria yang telah melahirkan Yesus. Mereka melihat Maria itu hanya ibu Yesus selama Dia berada dunia ini. Maria tidak mempunyai konsekuensi dari misteri Inkarnasi. Dalam hal ini, mereka menolaknya sebagai Bunda Allah. Bukan tidak mungkin keraguan mereka adalah produksi akal budinya. Karena itu, mereka tak mampu masuk lebih jauh dalam suatu misteri Ilahi. Itulah sekirannya yang terjadi dengan pamikir-pemikir itu. Demikian pun dengan keraguanku.
Setiap pertanyaan yang kulontarkan di atas ternyata proyek ratioku yang terbatas dalam ruang dan waktu, terbatas dalam lingkaran dunia nyata. Merenungkan lebih dalam misteri terpilihnya Maria oleh Allah, saya menemukan bahwa Allah memilih Maria karena Allah mengenal Maria jauh sebelum dia dilahirkan ke dunia ini. Bagi Dia, Maria sosok yang tepat untuk mengandung dan melahirkan Sang Kasih itu.
Setiap pertanyaan yang kulontarkan di atas ternyata proyek ratioku yang terbatas dalam ruang dan waktu, terbatas dalam lingkaran dunia nyata. Merenungkan lebih dalam misteri terpilihnya Maria oleh Allah, saya menemukan bahwa Allah memilih Maria karena Allah mengenal Maria jauh sebelum dia dilahirkan ke dunia ini. Bagi Dia, Maria sosok yang tepat untuk mengandung dan melahirkan Sang Kasih itu.
Dalam Maria Sang Kasih yang sebelumnya berada dalam kesatuannya yang trasenden telah masuk dalam sejarah kehidupan manusia lewat Maria pilihan Allah itu. St. Montfort mengatakan “melalui Maria Allah datang dan meraja di dunia ini” (BS. no.1). Dengan demikian, kehadiran Yesus ke dunia lewat Maria sudah dikendakki Allah sejak awal, sebelum dunia diciptakan, Maria sudah berada dalam rencana kesatuan Allah Tritunggal Maha Kudus dalam kesatuan-Nya yang transenden di tetapkan sebagai Ibu Tuhan. Merenungkan pertanyaan yang ada, saya mengakui rencana Allah atas Maria bukanlah dimengerti dalam tataran ratio tetapi harus diakui lewat iman berdasarkan pada ajaran Gereja.
Baca Juga: UpacaraPembukaan OSPEK Mahasiswa STP St. Petrus Keuskupan Atambua
Meskipun demikian, ada sejuta keraguan berkaitan dengan peran Maria dalam mencapai kekudusan. Kita tidak menyangkal fenomena bahwa banyak orang mengatakan bahwa Maria itu kurang mempunyai peran penting untuk menghantar manusia kepada kekudusan. Sehingga penghormatan mereka kepada Maria pun kurang mereka lakukan dan bahkan tidak sama sekali. Mereka lebih memilih untuk datang secara langsung kepada Yesus Sang empunya kekudusan itu. Berhadapan dengan pemikiran seperti itu cobalah kita melangka lebih dalam untuk melihat posisi Maria dalam rencana keselamatan Allah.
Kita merenungkan Allah yang Kudus dan tak terjamah mau mengenakan kodrat kemanusiaanNya dari seorang wanita yang berdarah manusia. Fenomena itu merupakan suatu pengalaman yang luar biasa dan mengagumkan karena tidak dapat dipahami oleh nalar manusia. Dan yang paling penting adalah Maria yang terpilih untuk itu. Hal itu bukan suatu kebetulan tentunya tetapi karena rahmat Allah yang bekerja di dalam manusia.
Baca Juga: UpacaraPembukaan OSPEK Mahasiswa STP St. Petrus Keuskupan Atambua
Meskipun demikian, ada sejuta keraguan berkaitan dengan peran Maria dalam mencapai kekudusan. Kita tidak menyangkal fenomena bahwa banyak orang mengatakan bahwa Maria itu kurang mempunyai peran penting untuk menghantar manusia kepada kekudusan. Sehingga penghormatan mereka kepada Maria pun kurang mereka lakukan dan bahkan tidak sama sekali. Mereka lebih memilih untuk datang secara langsung kepada Yesus Sang empunya kekudusan itu. Berhadapan dengan pemikiran seperti itu cobalah kita melangka lebih dalam untuk melihat posisi Maria dalam rencana keselamatan Allah.
Kita merenungkan Allah yang Kudus dan tak terjamah mau mengenakan kodrat kemanusiaanNya dari seorang wanita yang berdarah manusia. Fenomena itu merupakan suatu pengalaman yang luar biasa dan mengagumkan karena tidak dapat dipahami oleh nalar manusia. Dan yang paling penting adalah Maria yang terpilih untuk itu. Hal itu bukan suatu kebetulan tentunya tetapi karena rahmat Allah yang bekerja di dalam manusia.
Peristiwa demi peristiwa dalam kehidupan Yesus, Maria tidak pernah lari jauh dari Yesus tetapi selalu ada. Sejak peristiwa kelahiran sampai pada peristiwa salib Maria selalu tampil bersama dengan Yesus. Hal itu, mau menunjukkan bahwa kehadiran Maria sungguh sudah telah direncanakan Allah. Dengan demikian, Maria mendapat penghormatan secara Khusus di hadapan Allah. Sehingga kita pun berani mengatakan bahwa Maria mempunyai peran penting bahkan sangat diperlukan dalam mencapai kekudusan yang telah diperjuangkan Sang PutraNya untuk manusia.
Berkaitan dengan hal itu, Santo Montfort mengajak orang untuk datang kepada Yesus lewat Maria, “kita tidak cukup suci untuk sampai secara langsung kepada Allah yang mahakudus dan kalau kita takut menghadap Yesus secara langsung yang adalah Allah karen keagunganNya yang tak terhingga maka baiklah kita berani memohon bantuan dan perantaraan doa Bunda Maria yang baik hati dan penuh kasih sayang, dia tidak akan menolak siapapun yang mau datang kepadanya; di dalam dia doa kita mempunyai kuasa karena Maria memohonkannya kepada Putranya yang apasti tidak akan menokanya” (BS 85).
Berkaitan dengan hal itu, Santo Montfort mengajak orang untuk datang kepada Yesus lewat Maria, “kita tidak cukup suci untuk sampai secara langsung kepada Allah yang mahakudus dan kalau kita takut menghadap Yesus secara langsung yang adalah Allah karen keagunganNya yang tak terhingga maka baiklah kita berani memohon bantuan dan perantaraan doa Bunda Maria yang baik hati dan penuh kasih sayang, dia tidak akan menolak siapapun yang mau datang kepadanya; di dalam dia doa kita mempunyai kuasa karena Maria memohonkannya kepada Putranya yang apasti tidak akan menokanya” (BS 85).
Pemikiran dan sikap hidup orang beriman Kristiani yang mengesampingkan peran Bunda Maria merupakan buah refleksi yang dangkal. Mungkin lebih tepatnya kita mengatakan orang yang belum mengenal teologi Kristiani. Dalam nada yang sama, Montfort mengkritik sikap angkuh dari orang yang mengabaikan peran maria, “apakah kita cukup suci untuk mempersatukan diri denganNya secara langsung berdasarkan kekuatan kita sendiri? Yesus dalam segala hal sama dengan Bapa memiliki keagungan yang tak terhingga” (BS 85).
Moment tragedi Kalvari merupakan langkah yang amat menentukan bagi Maria sebagai sosok yang menjadi model bagi umat beriman. Kepercayaan Allah Putra kepada Maria sebagai Bunda Gereja suatu tanda yang mengungkapkan bahwa Maria sungguh berkenan di hadapan Allah sehingga dia pun ditentukan untuk menjadi ibu, guru, untuk umat Allah. “ibu, inilah anakmu”(Yoh 16:26) dan kepada para muridNya Dia Bersabda “inilah, Ibumu” (ay.27).
Baca Juga: "Teristimewa, Bersinar, Penuh Cinta" (Spirit Dibalik Semangat SDK Yos Sudarso Kertosono Dalam Karnaval 2022)
Maria bagiku seorang ibu yang setia pada tugas yang diberikan kepadanya. Kepercayaan Allah untuk mengandung, melahirkan, merawat, mendidik Yesus, Allah Putra telah dia jalan dengan penuh penyerahan diri dalam kesetiaan. Hal yang sama akan dia lakukan terhadap umat manusia yang percaya kepada putranya.
Moment tragedi Kalvari merupakan langkah yang amat menentukan bagi Maria sebagai sosok yang menjadi model bagi umat beriman. Kepercayaan Allah Putra kepada Maria sebagai Bunda Gereja suatu tanda yang mengungkapkan bahwa Maria sungguh berkenan di hadapan Allah sehingga dia pun ditentukan untuk menjadi ibu, guru, untuk umat Allah. “ibu, inilah anakmu”(Yoh 16:26) dan kepada para muridNya Dia Bersabda “inilah, Ibumu” (ay.27).
Baca Juga: "Teristimewa, Bersinar, Penuh Cinta" (Spirit Dibalik Semangat SDK Yos Sudarso Kertosono Dalam Karnaval 2022)
Maria bagiku seorang ibu yang setia pada tugas yang diberikan kepadanya. Kepercayaan Allah untuk mengandung, melahirkan, merawat, mendidik Yesus, Allah Putra telah dia jalan dengan penuh penyerahan diri dalam kesetiaan. Hal yang sama akan dia lakukan terhadap umat manusia yang percaya kepada putranya.
Maria akan membimbing, mendengarkan, merawat, melindungi, membantu umat beriman yang menyerahkan diri kepada Yesus lewat tangan suci sang Bunda. Pada akhir tulisan ini, dalam semangat Santo Montfort mengajak kita semua untuk datang kepada Maria, Maria pun akan senang dan memperkenalkan kita pada putranya tanpa cacat. “Kalau Allah mau datang ke dunia ini melalui Maria apa salahnya kita juga datang kepada Maria datang kepada Allah”.
Penulis adalah, Alumni STFT Widya Sasana-Malang
Penulis adalah, Alumni STFT Widya Sasana-Malang
No comments:
Post a Comment