Iklan

MENCINTAIMU TERUS!

Catatan Kecil Sang Musafir
Tuesday, 30 August 2022 | August 30, 2022 WIB Last Updated 2022-09-15T12:14:35Z

 MENCINTAIMU TERUS!https://www.popbela.com/relationship/dating/anisya-fitrianti/hal-yang-bikin-pria-kehilangan-wanita

I

InspirasiINDO.com-Malam pertama, semenjak jubah yang Kau anugerahkan aku lepas dengan penuh syukur sebab diri yang mahalemah di hadapan kemahakusaan-Mu, aku habiskan dengan menatap langi yang diam dan tenang dalam keagungannya. Semuanya terasa lengang. Seakan bisikan angin yang senantiasa menyenggol dedaunan mawar itu bungkam dan pergi berkhalwat dalam keheningan. Aku bukannya kecewa atau menyesal dengan langkah yang telah kuambil. Hanya, kesendirian yang menyata dalam keramaian begitu kurasakan malam ini. Waktu rasanya tak bergerak. Semuanya berhenti. Tanpa merasa kasihan.

            Tapi diatas semuanya, diatas segala sepi yang kadang membunuh sebagian manusia dan menempatkannya ke alam setengah hidup, aku bangga pada Tuhan yang tiada pernah membiarkanku gamang dan membusuk dalam permenungan sekali lagi, lagi, dan seterusnya, dan seterusnya. Di sisiku ia hadirkan begitu banyak orang yang mencintai-mengagungkan kebebasan dan kebaikan yang seharusnya meraja di atas bumi dan kekal di surga. Orang-orang hadir dalam keutuhannya dan memberi arah seperti empat penjuru yang senantiasa menuntun manusia dalam peziarahan hidup entah ke timur, barat, selatan, utara, dan pelbagai lainnya. Orang-orang yang menghormati segala apa yang kita putuskan di tengah dunia yang dijamuri keumuman dan belenggu keseragaman. Orang-orang yang memulyakan kebebasan dan kemutlakan fungsi kehendak bebas yang mengalir dari Tuhan, Yang Tertinggi, tanpa pemaksaan dari-Nya, sepenuhnya ada pada manusia untuk memilih yang mana.

            Sejatinya, kita sama. Menjalani pilihan yang satu, dan membiarkan yang lain dijalani oleh mereka yang memilih untuk menempuhnya. Kita sama-sama dalam peziarahan menuju ke: entah ke mana, tak ada kesepakatan, tak ada kepastian, tak ada kemutlkan! Kita semua hanya berarak menuju ke ‘alam masa depan’ yang kabur namun pelan-pelan kita gariskan sendiri dengan bantuan bimbingan dan rahmat Sang Ada. Saat ini aku benar-benar bahagia dan bertekad untuk benar-benar menceburkan diri dalam fenomena hidup yang menuntut perjuangan, harapan, cinta, dan Tuhan.

            Di penghujung malam pertama ini, ketika matahari sedikit menyiasatkan sinarnya agar menembus kaca gelap itu, aku semakin sadar bahwa aku dan siapapun berada dalam pilihan, dan aku bersukacita dalam apa yang telah kurangkul sendiri kendati terikat dengan sejarah panjang hidup yang selalu berada dalam keramaian. Aku berikhtiar untuk memaknai hidup yang baru saja kumulai dengan menantang semua ketidakpastian dengan sepenuhnya-seutuhya: jiwa, raga, tubuh, mimpi, harapan, semuanya!

            Mari kita memulai semuanya. Aku akan berjuang mati-matian. Semoga Tuhan selalu mengiringi langkah yang tak mungkin tanpa-Nya, hati yang tak utuh tanpa sentuhan-Nya, otak yang low memory tanpa cahaya suci-Nya, dan mimpi yang mengambang tanpa koneksi dengan kehendak-Nya yang pasti. Tuhan, Sang Ada yang kepada-Mu aku bergantung-berpartisipasi, Aku “meninggalkan” Engkau untuk Engkau!

Malang, dikontrakan, hujan tumben turun, 10 Juni 2022!

           

 

II

Tiga hari setelah aku mengembalikan rahmat istimewa yang dianugerahkan Tuhan padaku, jubah itu, sebab aku memilih jalan lain yang juga dilengkapi rambu-rambu yang menuntun diriku menuju-Nya, kamu memutuskan untuk pergi.

***

Janjimu tiada lagi berarti. Binasa bersama pengkhianatan yang sulit namun dengan mudah kamu limpahkan pada aku yang mencintaimu. Aku paham alasanmu tak dapat kutentang. Tapi, harus kamu tahu aku tak pernah menjadikanmu sebagai sebab dari keputusan yang telah kugumuli sejak sekian lama dan pada akhirnya kutetapkan dengan mantap. Bukankah aku sering mengatakannya padamu, Jey, perempuan terlalu lembut untuk dijadikan alasan dan sebab. Dan aku tidak akan pernah berpaling dari jalan terberi nan luhur ini hanya karena tatapan anggun para wanita. Pikirmu ini alasanku, dan kamu adalah satu di antara perempuan yang kau maksudkan sendiri. Jey, dalam hal ini kuberani menentangmu. Kamu salah. Tak apa. Aku tak ingin memperpanjang perdebatan yang tidak akan berujung ini. Kamu telah sering kali kubisiki bahwa namamu bukan alasan dari semua kepergian yang ditentang separuh semesta ini.

Aku mencoba menerima kepergianmu yang menurutku terlalu banyak meninggalkan luka yang tak sesingkat jatuh cinta tuk disembuhkan. Sudahlah. Urusan sakit hati akulah ahlinya. Kamu tahu sendiri selama lima tahun aku pernah memendam luka karena ditinggal pergi tanpa kata-kata penjelasan yang menenangkan hati. Apalah artinya lagi duka yang kau buat. Aku pasti bisa mengatasinya, tak peduli berapa lama waktu yang kubutuhkan. Aku terkadang masih berniat memperjuangkanmu meski kamu tak lagi memberi kesempatan untuk bertemu seperti malam-malam yang kita habiskan bersama di tengah riuhnya kota ini.

Kepergianmu terlampau cepat,

Seperti embun yang lenyap saban pagi,

Tak sempat kucegat,

Lenyap dan pergi,

 

Tapi, sejuta rindu masih terbungkus rapi,

Dalam hati yang selalu terarah padamu,

Wahai kekasih yang setulus merpati,

Maukah kamu sedikit peduli padaku?

 

Atau hanya pura-purakah dirimu,

Menjebakku pada kubangan cinta nan dalam,

Amboi aku berpaling dari tatapmu,

Lekaskah cinta kita terlelap diam,

 

Aku harap kamu sedikit peka pada malam,

Saat aku kamu bersua di sepanjang jalan!

14/06/2022

 

Tapi makin hari-hari aku menjadi sadar, tak berlebih jika kusamakan diri dengan para rahib yang menemukan kepastian, bahwa aku memang tak pantas buat wanita yang sepertimu. Kamu adalah yang paling baik hati yang kukenal. Istimewa dimata siapa pun yang mengenalmu. Dikagumi semua yang berkisah denganmu. Sedang aku, hanyalah lelaki biasa yang pandai bercerita di atas kertas bersama pena yang tintanya hampir habis. Aku tak mungkin bisa membahagiakan dirimu, sebab kita sama sekali tak serasi untuk bersanding. Malahan pernah bertemu denganmu saja aku merasa tak pantas. Aku lebih pantas mencintaimu dari jauh dan memelukmu dalam doa-doa demi bahagiamu bukan agar kau bersamaku. Ah! Siapakah diri ini sehingga berkesempatan memegang wajahmu pun memelukmu dalam heningnya malam?

Sejatinya,

aku adalah manusia yang mau ini itu,

seolah-olah takdir adalah makanan cepat saji,

yang dihidangkan tanpa tungku api,

Sejatinya,

aku adalah makhluk bumi yang paling genit,

merayu Tuhan bak seorang paling suci,

sejatinya, dan seterusnya dan sebagainya...

*duniaentah_keanehan_kebahagiaan_..

 

Semuanya berlalu. Kini aku menjalani hidup sebagaimana orang lain menghadapinya. Bergerak dari idealis ke realis, dari nyaman ke mau diganggu. Menjadi biasa sebisa dan sebiasanya. Aku tak berharap apa-apa. Selain menjadi pagi yang meniadakan malam juga memberi kesegaran pada dunia dengan embun yang menyisahkan sejuk basah pada dedaunan, aku juga akan menjadi senja yang layak untuk dikenang banyak orang. Bukan mau dipuji. Hanya aku mau nisanku lebih berharga agar sakit hati yang pernah kualami tak kubawa samai mati dan menjadi penghuni surga yang paling murung. Aku mau menjadi penghuni surga yang paling bahagia dari pada para malaikat sebab meninggalkan beribu kisah indah laiknya senja yang pernah aku dan kamu kagumi bersama pada hati orang-orang yang pernah kupeluk dengan kasih.

“Mencintai tanpa harus memiliki adalah kata akhir yang menjadi penutup dari kisah cinta yang tak seindah skenario Romeo & Juliet. Kata-kata yang sama menjadi tanda keikhlasan bahwa kita meninggalkan seseorang bukan karena tak mencintainya tetapi karena takut membuatnya semakin menjauh karena memang kita bukan sosok yang pantas buat dirinya. Yang pasti, seperti yang kusadari setelah ke sekian kalinya terluka, seseorang meninggalkan kita karena sebuah alasan. Entah apa. Kadang itu diceritakannya secara pasti dan terbuka. Lainnya hanya diam, tak membalas pesan, atau sekadar bilang: ia, hm, atau paling menyakitkan emoticon-emoticon yang bisa saja dipilih begitu saja tanpa kesesuaian antara hati dan jari yang menyentuh juga mengirimnya. Tapi semua itu tidak apa-apa. Apakah kepergian seseorang merenggut pula hidupnmu. Aku pernah berpikir untuk menjauh dan melarikan diri hingga tak lagi berpapasan dengan seseorang yang pernah kita cintai tapi meninggalkan kita dengan alasan yang dapat diterima meski tetap sulit. Namun, aku sadar, takdir akan mempertemukan kita yang apa yang baik. Bagi orang percaya seperti diriku: Tuhan akan mempertemukanku dengan siapa ia mau; bagi yang tidak percaya: Yang tertinggi akan menuntun mereka pada hati yang tepat!”

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • MENCINTAIMU TERUS!

No comments:

Post a Comment

Trending Now

Iklan