Banyak
hal yang sedang aku pikirkan. Namun yang sedang aku kawatirkan adalah tugas
pembawa renungan pada hari Sabtu besok. Yah, besok tugas pembawa renungan
adalah aku. Aku yang demam panggung, dan kurang percaya diri, apakah bisa
membawakan renungan di depan banyak orang? Isi pikiranku makin bergejolak,
ketika memikirkan banyak orang yang akan menghadiri ibadat besok.
"Ayo
selesaikan terlebih dahulu renungannya. Renungan itu harus sesuai bacaan Injil
besok dan harus sesuai dengan konsep, konten dan konteks", kata sahabatku
yang sedaritadi menemaniku menikmati senja sambil belajar. "Soal itu
gampang. Yang sulit bagiku sekarang adalah apa yang harus saya perbuat supaya
saya tidak demam panggung?" jawabku sambil melanjutkan tulisan yang sempat
terhenti saat aku merenung tadi. "Tarik napas lewat hidung, hembuskan perlahan-lahan
lewat mulut. Aku yakin kamu pasti bisa" jawab sahabatku sambil membelai
punggungku.
Setelah
mendengar ucapan sahabatku, aku sedikit percaya diri, kalau aku bisa.
Limabelas
jam telah berlalu. Saat yang aku tunggu-tunggu dan yang membuat aku tekanan
tinggi telah tiba. Hari Sabtu, 27 November 2021. Ibadat Sabtu, dan yang
membawakan renungan adalah aku. "Menjaga Iman Dengan Tetap Berdoa Dan
Berbuat Baik, Agar Mampu Berdiri Di Hadapan Anak Manusia", itulah judul
renunganku. Keringat halus membasahi kameja merah maron yang aku kenakan,
ketika ayah LP II (sebutan untuk dosen PA-ku yang adalah seorang Romo) bertanya
"apakah pembawa renungan sudah siap?" Aku hanya menjawab ia aku siap,
dengan pipiku yang perlahan-lahan memerah.
Saat
aku di perhatikan oleh sahabat-sahabatku. Ketika itu juga, ayah berkata sambil
membelai rambutku "anakku pasti bisa. Aku percaya itu". Aku merasa
segala kekhawatiran yang dari kemarin terus menghantuiku, perlahan menghilang.
Di tambah lagi ketika aku disemangati oleh teman-temanku. "Aku yakin aku
bisa".
Lantunan
orgel lagu pembuka dimulai. Tandanya bahwa ibadat segera dimulai. Aku awali
semuanya dengan tanda salib. Setelah melewati beantifon antifon dan bacaan
Injil yang aku sendiri bacakan, sampailah pada bagian yang aku tunggu-tunggu.
Renungan. Sebelum naik ke ambo, aku ikutin kata sahabatku kemarin. Tarik napas
lewat hidung, kemudian hembuskan perlahan-lahan lewat mulut, sambil berbicara
dalam hati, aku bisa, aku bisa, aku bisa.
Beberapa
menit kemudian ibadat telah selesai. Tidak kusangka, renungan yang aku bawakan
menarik untuk para pendengar. Satu kebahagiaan tersendiri bagiku, karena
akhirnya aku mampu berbicara di depan banyak orang, khususnya di depan
teman-temanku dan ayah LP II.
Aku
sadar bahwa untuk melakukan sesuatu, kita harus percaya diri dan itu harus
berasal dari diri sendiri. Terutama mendengarkan motivasi, masukkan dan
kritikan dari orang lain. So, dengarkanlah orang-orang yang memotivasimu untuk
melakukan hal-hal yang menantang bagi dirimu.
No comments:
Post a Comment