Iklan

Aku Yang Demam Panggung (Cerpen Aneta Y. Uruk)

inspirasiindo
Monday, 12 September 2022 | September 12, 2022 WIB Last Updated 2022-09-18T02:14:49Z

Aku Yang Demam Panggung (Cerpen Aneta Y. Uruk)


Ketika senja menyapa di ufuk barat, aku duduk termenung di teras depan asrama milik kampusku.

Banyak hal yang sedang aku pikirkan. Namun yang sedang aku kawatirkan adalah tugas pembawa renungan pada hari Sabtu besok. Yah, besok tugas pembawa renungan adalah aku. Aku yang demam panggung, dan kurang percaya diri, apakah bisa membawakan renungan di depan banyak orang? Isi pikiranku makin bergejolak, ketika memikirkan banyak orang yang akan menghadiri ibadat besok.

"Ayo selesaikan terlebih dahulu renungannya. Renungan itu harus sesuai bacaan Injil besok dan harus sesuai dengan konsep, konten dan konteks", kata sahabatku yang sedaritadi menemaniku menikmati senja sambil belajar. "Soal itu gampang. Yang sulit bagiku sekarang adalah apa yang harus saya perbuat supaya saya tidak demam panggung?" jawabku sambil melanjutkan tulisan yang sempat terhenti saat aku merenung tadi. "Tarik napas lewat hidung, hembuskan perlahan-lahan lewat mulut. Aku yakin kamu pasti bisa" jawab sahabatku sambil membelai punggungku.

Setelah mendengar ucapan sahabatku, aku sedikit percaya diri, kalau aku bisa.

Limabelas jam telah berlalu. Saat yang aku tunggu-tunggu dan yang membuat aku tekanan tinggi telah tiba. Hari Sabtu, 27 November 2021. Ibadat Sabtu, dan yang membawakan renungan adalah aku. "Menjaga Iman Dengan Tetap Berdoa Dan Berbuat Baik, Agar Mampu Berdiri Di Hadapan Anak Manusia", itulah judul renunganku. Keringat halus membasahi kameja merah maron yang aku kenakan, ketika ayah LP II (sebutan untuk dosen PA-ku yang adalah seorang Romo) bertanya "apakah pembawa renungan sudah siap?" Aku hanya menjawab ia aku siap, dengan pipiku yang perlahan-lahan memerah.

Saat aku di perhatikan oleh sahabat-sahabatku. Ketika itu juga, ayah berkata sambil membelai rambutku "anakku pasti bisa. Aku percaya itu". Aku merasa segala kekhawatiran yang dari kemarin terus menghantuiku, perlahan menghilang. Di tambah lagi ketika aku disemangati oleh teman-temanku. "Aku yakin aku bisa".

Lantunan orgel lagu pembuka dimulai. Tandanya bahwa ibadat segera dimulai. Aku awali semuanya dengan tanda salib. Setelah melewati beantifon antifon dan bacaan Injil yang aku sendiri bacakan, sampailah pada bagian yang aku tunggu-tunggu. Renungan. Sebelum naik ke ambo, aku ikutin kata sahabatku kemarin. Tarik napas lewat hidung, kemudian hembuskan perlahan-lahan lewat mulut, sambil berbicara dalam hati, aku bisa, aku bisa, aku bisa.

Beberapa menit kemudian ibadat telah selesai. Tidak kusangka, renungan yang aku bawakan menarik untuk para pendengar. Satu kebahagiaan tersendiri bagiku, karena akhirnya aku mampu berbicara di depan banyak orang, khususnya di depan teman-temanku dan ayah LP II.

Aku sadar bahwa untuk melakukan sesuatu, kita harus percaya diri dan itu harus berasal dari diri sendiri. Terutama mendengarkan motivasi, masukkan dan kritikan dari orang lain. So, dengarkanlah orang-orang yang memotivasimu untuk melakukan hal-hal yang menantang bagi dirimu.

 

Penulis: Aneta Yuliance Uruk

(Mahasiswi STP St. Petrus Keuskupan Atambua)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Aku Yang Demam Panggung (Cerpen Aneta Y. Uruk)

No comments:

Post a Comment

Trending Now

Iklan