Oleh: Fr Isidoras sungardi, OSM
Manggarai adalah salah satu daerah yang terletak di bagian barat pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Masyarakat Manggarai telah dibangun oleh kultur, doktrin-doktrin ataupun kebiasaan yang telah tertanam (nilai yang diwariskan) secara lisan. Salah satu budaya Manggarai yang bertahan dan tentunya eksis sampai sekarang ini adalah budaya lonto leok.lonto leok adalah salah satu budaya Manggarai yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Budaya lonto leok bertujuan untuk menyelesaikan persoalan secara musyawarah dan mufakat. Persoalan yang dibahas adalah persoalan dari warga kampung ataupun masalah seputar rumah adat.
Persoalan itu akan dicari solusinya dengan duduk bersama (lonto leok) di rumah gendang (istilah untuk rumah adat Manggarai). Anggota masyarakat akan secara bersama berada di rumah gendang untuk mencari solusi dari suatu persoalan. Kegiatan ini dipimpin oleh tu’a golo (sebutan untuk tetua adat) yang didasarkan asas kebersamaan dan kedamaian.
Secara harafiah lonto berarti duduk dan leok berarti lingkaran. Maka lonto leok berarti duduk bersama-sama secara melingkar. Adapun penjelasan antara lonto dan leok. Mengapa harus mengambil sikap lonto (duduk) dalam pertemuan? sikap duduk menunjukkan kesopanan, saling harga menghargai antara satu dengan yang lainnya, dan agar lebih mudah untuk mengutarakan pendapat dengan bebas dan terbuka. Dan mengapa harus duduk secara melingkar (leok)? Duduk secara melingkar menunjukkan kekompakan dan kebersamaan yang tak tercerai beraikan. Andaikan sikap dalam pertemuan itu berdiri, maka yang terjadi adalah perpecahan, karena dengan mudah untuk melangkahkan kaki dan pergi dari ruangan pertemuan (rumah adat) apabila antara pendapat satu dengan yang lainnya tidak senada.
Dari Manggarai untuk Indonesia, mengajarkan satu nilai dari budaya lonto leok. Lonto leok akan mengajarkan kepada semua masyarakat tentang arti dari kebersamaan. Kebersamaan bukan hanya dilihat dari kehadiran yang lain, tetapi lebih dari itu, kebersamaan dipandang dari sudut terdalam perkumpulan masyarakat dalam memecahkan suatu persoalan atau masalah. Sama-sama memecahkan masalah, sama-sama merasakan pahit manisnya situasi yang terjadi dalam kehidupan dan terutama menciptakan kebaikan bersama (bonum commune). Kebaikan bersama akan tercapai dan dikecapi apabila memang setiap individu memiliki kesadaran akan kebersamaan.
Salah satu penyebab terjadinya persoalan-persoalan dalam masyarakat adalah kurang ditanamkan nilai kebersamaan. Kebersamaan dalam suatu masyarakat kerap kali direduksi dalam pengertian aku-engkau. Engkau bukan bagian dari tanggung jawabku, dan sebaliknya juga, aku bukan tanggung jawabmu. Pandangan ini melekat dalam diri masyarakat. Relasi dibangun di atas kepentingan dan kebutuhan. Ketika aku butuh engkau, di saat itulah aku menerima dan menjadikan engkau Keluarga. Sebaliknya pun demikian.
Banyak persoalan yang tidak sempat menemukan jalan keluarnya, karena dilatarbelakangi oleh sikap saling menutup diri, egois, dendam dan benci. Kita akui bahwa ini adalah kesombongan diri. Dapat ditarik kesimpulan bahwa melemahnya nilai kebersamaan karena setiap individu bersih kuku mempertahankan argumen dan merasa nyaman dengan kesendiriannya. Realitas itu memperlihatkan kemandekan masyarakat Manggarai (dalam konteks khusus) dan seluruh masyarakat Indonesia (dalam konteks umum).
Maka, meningkatnya kesadaran akan kebersamaan dimulai dari kesadaran diri dalam masyarakat. Bahwa aku tidak bisa hidup tanpa mereka, tanpa dia dan tanpa engkau. Di sinilah terbentuknya suatu fondasi dari setiap relasi. Karena itu, kebersamaan hendaknya dikemas dari kesadaran yang mendalam akan pentingnya berada bersama yang lain. Nilai kebersamaan mencakup di dalamnya, sopan santun, pengakuan terhadap pihak lain, saling memaafkan, saling peduli, saling mengayomi dan saling menyapa. Oleh karena itu, nilai kebersamaan membawa dampak yang signifikan bagi peningkatan kehidupan bersama dalam masyarakat.
orang Manggarai harus memiliki rekognisi serta bangga dengan para leluhur. Para leluhur Manggarai mempunyai ide yang cemerlang. Berpikir jauh tentang kehidupan. Segala idenya ataupun doktrin bukan hanya doktrin konservatif yang kaku untuk masa lampau, tetapi eksis untuk saat ini dan masa yang akan datang. Budaya lonto leok sifatnya bukan utopia tetapi telah nyata dalam kehidupan orang Manggarai hingga kini. Budaya itu lahir bukan karena kesepakatan satu orang melainkan semua masyarakat Manggarai yang lahir pada zaman itu dan untuk mempertahankannya pula bukan urusan seseorang saja ( tua golo) melainkan semua masyarakat. Disinilah letak kebersamaan yang diajarkan kepada kita.
Budaya Manggarai dilahirkan dari rahim kebijaksanaan, rahim yang penuh kreativitas yang bertujuan untuk kepentingan hidup bersama tanpa adanya manipulasi dan saling mengingkari ataupun sifatnya kompetitif dalam kehidupan. Kebersamaan itu lahir dari kekuatan cara berpikir nenek moyang, dan haruslah kita membanggakannya.
Kebanggaan itu harus dinyatakan. artinya segala nilai yang tersirat maupun tersurat dalam budaya lonto leok betul-betul menunjukkan bahwa kita cinta akan kebersamaan. Dan kebersamaan itu tentu telah diwujud nyatakan dan ditegakkan oleh nenek moyang, sehingga lahirlah segala macam doktrin yang diwariskan hingga saat ini.
Apakah nilai dari budaya lonto leok mengalami dekadensi? Budaya lonto leok sedang berjalan pada dunia yang demikian. Matinya nilai dari suatu budaya, dikarenakan oleh ketidakmampuan anak cucu untuk memaknai, dan merawat setiap nilai budaya yang diwariskan oleh nenek moyang. Sungguh disayangkan, apabila kita mengingkari nilai- nilai yang sudah lama ditanam, dan syarat dengan makna dan mulai menganut budaya baru yang nilainya masih di dunia imajinasi, dan apalagi pula Nilai itu sangat kontradiksi dengan nilai yang telah ada.
Kita tidak dilarang untuk mengikuti arus zaman. Sikap dan sifatnya manusia dinamis dan itu harus diakui, tapi nilai budaya lonto leok ( kebersamaan) harus terus kita kembangkan dan nyatakan, istilahnya harus mengakar dalam diri.
Nilai kebersamaan yang tertuang pada Budaya lonto Leok lebih menunjukkan suatu semangat kerja sama. Semangat inilah yang perlu kita jaga. Sikap kerja sama adalah sikap yang harus dipolarisasi secara terus menerus agar setiap persoalan dapat menemukan fatwanya. sangat menarik, apabila kita mengkaji lebih jauh tentang budaya lonto leok.
Menariknya justru terletak pada ketidak ekspairnya untuk masa yang akan datang. seseorang akan lebih muda menemukan solusi dari suatu masalah, apabila melibatkan beberapa orang untuk menukar pikiran demi terselesainya problem yang sedang dihadapi. Adapun problem yang acap kali dialami oleh masyarakat selama ini, yang belum sama sekali mencari solusinya.
Kendala ini dipengaruhi oleh keegoisan diri yang kebablasan. Apabila semua pribadi siap membuka diri dengan budaya lonto leok, maka suatu kepastian akan cepat menemukan solusinya. Mencari solusi dari suatu persoalan tidak lepas pisah dari jalur kebersamaan yang berada dalam kondisi damai, tenang dan tidak terlampau emosi. Jalan damai didasarkan atas suasana persaudaraan.
Spekulasinya adalah keberadaan budaya lonto leok haruslah dipertahankan oleh semua pihak, dan masyarakat Manggarai khususnya. Spekulasi ini tentunya berangkat dari realitas. Pada tempat ini bukan diajak untuk semata-mata bersikap etnosentrisme melainkan membawa nilai dari budaya lonto leok dalam kehidupan sehari-hari, di mana pun kita berada, apapun status dan profesi kita, dan siapa pun kita. Sehingga, budaya lonto leok tetap terus mengayomi kita dalam suasana persaudaraan dan kekeluargaan. Komprensinya terus dijaga agar prahara yang datang silih berganti tidak dengan mudanya menghanyutkan dan merusak kemapanan dalam kehidupan bersama. Cintailah budaya lonto leok. Cintailah sesama. Cintailah budaya.
No comments:
Post a Comment