Iklan

Merawat Cinta Menggapai Cita (Refleksi Poferello)

inspirasiindo
Wednesday, 21 September 2022 | September 21, 2022 WIB Last Updated 2022-09-22T02:55:17Z
Merawat Cinta Menggapai Cita (Refleksi Poferello)


Indahnya persatuan di tengah keberagaman adalah hal yang patut dibanggakan di bumi ini. Setiap orang menyadari diri sebagai kaum yang terpanggil untuk merajut kebersamaan di tengah berbagai perbedaan. Dalam hal ini, perbedaan dan kemajemukan dipahami sebagai harta yang bernilai yang mesti dirawat dan dikembangkan demi kebaikan hidup bersama. Dasar penggerak yang mendorong setiap orang mewujudkan hal ini sesungguhnya adalah meneladani dan menghidupi apa yang telah ditunjukkan oleh Yesus.  Ia tampil sebagai pribadi yang terbuka dan membuka diri terhadap perbedaan di tengah manusia. Dan apa yang ditunjukkan-Nya itu atas nama cinta dan demi cinta kepada manusia. Cinta Yesus tentunya bersumber pada dasar relasi mesra dengan Bapa di Surga. Indahnya sebuah relasi yang berlandaskan cinta sungguh mendatangkan kebahagiaan. Panggilan hidup sebagai orang yang terpanggil juga akan semakin kokoh ketika cinta Tuhan menjadi dasar yang mesti dihayati setiap waktu.

Kini dan di tempat ini, sebagai orang yang terpanggil aku bersama dengan saudara-saudara yang lain sekomunitas sungguh merasakan getaran cinta dari Dia Sang Pemanggil. Pilihan untuk hidup membira bukan berarti suatu ekspresi penolakan terhadap barang-barang duniawi. Tetapi, segala yang ada dan terjadi di sekitar menjadi sarana dan pendukung yang memacu aku untuk menggapi dan menghidupi cinta Tuhan. Inilah mimpi berbalut kerinduan dari kami sebagai kaum muda di tempat ini. Sebab, bukanlah suatu kebetulan kami ada di tempat ini dengan segala perbedaan dan keunikan masing-masing. Tetapi di atas semuanya itu adalah suatu keharusan bahwa kekuatan cinta mesti menjadi kekuatan bersama. Semuanya disatukan oleh cinta dan demi cinta yang sama. Dan Tuhan sendiri adalah Cinta itu. Tetapi, satu pertanyaan sederhana yang menggugat lagi menggugah adalah bagaimana menghayati cinta sejati di tengah perbedaan dalam sebuah kebersamaan?

        Perjalanan panjang dalam hidup membiara menjadi sebuah teka-teki yang tidak akan terjawab secara tuntas. Setiap pilihan yang sudah dipikirkan secara matang, belum tentu menjadi jaminan untuk kebahagiaan abadi. Dan kini mungkinkah sebuah pilihan hidup membiara ini sungguh merupakan garis tangan yang sudah ditentukan? Ataukah pilihan ini hanya merupakan sebuah pelarian semata atas ketidaksanggupan menghadapi genjatan dunia luar? Pertanyaan “mengapa” semestinya menjadi pertanyaan yang sangat menukik untuk dicari dan dimaknai jawabannya. Selanjutnya, jawaban “ya” juga semestinya menjadi kekuatan untuk siap menerima konsekuensi yang akan dihadapi. Sebab, setiap jawaban pasti menghadirkan situasi suka dan duka, tawa dan tangis, piluh dan canda tawa. Itulah dinamika sebagai konsekuensi dari sebuah jawaban sekaligus pilihan. Namun pertanyaan lanjutannya juga adalah apakah setiap jawaban “ya” tersebut merupakan ungkapan kemurnian hati atau hanya sebatas ungkapan bibir saja? Ketidaksesuaian antara apa yang dikatakan dengan bisikan suara hati sesungguhnya awal suatu kegagalan dalam sebuah panggilan. Sebab, suara hati adalah dasar dan kompas ke mana seseorang akan melangkah. Seseorang yang sungguh mengikuti apa kata hatinya akan mencapai keberhasilan. Maka benar apa yang dikatakan oleh Susana Tamaro seorang novelis Italia, ‘pergilah ke mana hati membawamu.’ Ungkapan ini tersirat sebuah makna, bahwa hati adalah dasar dan pedoman ke mana arah dan tujuan seseorang dalam hidupnya. Dan dalam konteks hidup panggilan, hati itu adalah Tuhan sendiri. Dengan demikian, seseorang yang setia mendengarkan suara hari, berarti siap diarahkan dan dibawa oleh Tuhan sesuai rencana-Nya.

            Namun, aku sangat menyadari kisah perjalanan panggilan ini sungguh unik lagi menantang. Sebab, aku tidak hanya mengalami dan menghadapi situasi bahagia dan menarik saja. Tetapi, beragam pengalaman duka dan aneka persoalan menghimpit dan menerpaku. Bahkan dalam kehidupan komunitas pun berbagai kebingungan harus aku hadapi. Aku tidak mengerti mengapa semuanya terjadi bahkan harus terjadi. Imbasnya aku kadang gagal fokus sehingga menciptakan sekaligus menghadirkan kesalahan dalam diri.  Singkatnya, ada banyak hal yang kurang kupahami di tengah keberagamanku di komunitas ini. Namun, dengan adanya cinta semuanya bisa ditepis. Cintalah yang menghadirkan dan menopang kebersamaan di tengah berbagai situasi yang menggembirakan, pun pada saat kebersamaan itu menyesakkan dada. Oleh karena itu, ada bersama dalam sebuah kelompok atau komunitas harus terus menghidupi cinta dengan cara saling memberi diri kepada sesama. Ingat Pesan Sang Guru Cinta, ‘tidak ada kasih yang lebih besar dari seseorang yang menyerahkan nyawa untuk sahabat-sahabatnya.’ Mari merawat kebersamaan dengan cinta yang tulus dalam pemberian diri yang total kepada sesama demi cita-cita.

In The Name Of Love.

 

Penulis: Poferello

Editor: Adel

 

 


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Merawat Cinta Menggapai Cita (Refleksi Poferello)

No comments:

Post a Comment

Trending Now

Iklan