Oleh: Fr. Vitus., OSM
Sekilas Tentang Indonesia Dewasa Ini
InspirasiINDO.com-Menyimak fenomena-fenomena sosial Indonesia dewasa ini yang diwarnai kegaduhan, konflik, pertentangan pendapat, pemberontakan, persoalan SARA (suku, agama, ras dan budaya) dan hal lainnya merupakan persoalan pelit dan rumit yang belum terselesaikan. Ada sekte, golongan, kelompok tertentu mau memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ada elit-elit politik tertentu hanya mengejar kepentingan pribadi atau kelompoknya dengan cara menindas kepentingan bersama. Praktek Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN) dan sistem Hukum lemah telah lumrah di Indonesia. Berbagai bentuk diskriminasi, seperti rasisme, anarkisme, radikalisme, fanatisme, konservatisme, kenakalan, kebanalan, kebrutalan sering terjadi. Dalam agama pun pertumbuhan spiritualitas kejahatan, ideologi-ideologi ekstrem-radikal semakin meningkat. Paham-paham baru yang hadir di tengah keramaian masalah sosial mengangkat diri untuk mengacaukan identitas dan integrasi bangsa. Hal tersebut membuat negeri tercinta ini semakin berduka cita.
Baca Juga: Maria dalamGenggaman Allah (Sebuah Percakapan Hati)
Terlepas dari soal di atas. isu hangat yang masih segar dalam ingatan kita saat ini di Indonesia ialah kesenjangan yang amat dalam antara yang kaya dan yang miskin, antara pemilik modal (kapitalis) dan buruh, antara mayoritas dan minoritas, antara etnis pribumi dan etnis pendatang. Di samping itu juga, banyak masyarakat yang tercebur dalam sikap individualime, tergelincir dalam kolam liberalisme kebaratan, nyaman dalam sikap egoisme, tenggelam dalam arus globalisasi, doyan materialisme, serta terjebak dalam sikap apatisme. Gaya hidup life style seturut perkembangan zaman namun, sering kali menjempolkan gaya barat. Salah satu penyebab maraknya kekacauan dewasa ini adalah kedangkalan dan kapra yang keliru tentang hidup bersama dalam satu societas. Minimnya kesadaran dan tanggung jawab terhadap hidup bersama, yang ada di kepala “semau gue dan suka-suka gue.” Merupakan bencana besar yang melanda negeri ini dan belum tuntas ditangani oleh Negara.
Mentalitas-mentalitas dewasa ini sebagaimana telah diuraikan di atas, tidak mencerminkan semangat dan daya juang para Founding Fathers Bangsa dan Negara Indonesia. Sikap-sikap tersebut pada akibatnya dapat mengoncang-gancingkan Pancasila sebagai weltanschauung Indonesia serta mempolarisasi Gotong Royong sebagai ciri khas kehidupan manusia Indonesia. Soekarno dalam pidatonya saat rapat besar tanggal 1 Juni 1945 mengatakan: Kita hendak mendirikan suatu negara “semua buat semua”. Itu artinya Negara bukan milik satu orang, kelompok dan golongan tertentu, tetapi milik semua masyarakat Indonesia. Semangat, jiwa, dan roh negara “semua buat semua” itu adalah Gotong Royong. Gotong royong pada hakekatnya adalah “Kodrat” masyarakat Indonesia.
Menurut Soekarno “Gotong royong” adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-membantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama! (Lih. https://id.wikiquote.org/wiki/Sukarno). Tulisan ini bertujuan menelaah makna fiosofis “gotong royong” yang digagas oleh Soekarno. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang harus dikupas selanjutnya, yaitu; apakah gotong royong menurut Soekarno? Apa makna filosofis gotong royong? Bagaimana praktis gotong royong dalam kehidupan manusia Indonesia dewasa ini?
Konsep “Gotong Royong” Soekarno
Soekarno adalah proklamator dan presiden pertama Republik Indonesia. Ia salah satu tokoh pemikir besar cikal bakal berdirinya Indonesia merdeka. Gagasan dan pemikirannya berciri reflektif filosofis dan intelektualitas. Cakrawala berpikir dan pengetahuannya sangat dalam, tajam dan kritis. Salah satu kontribusi besar yang mengandung makna filosofis ialah philosofische grondslag (bahasa Belanda) atau weltanschauung dari Indonesia merdeka. Philosofische grondslag itulah dasar, pundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya, di atasnya didirikan Negara Inedonesia yang merdeka, kekal dan abadi. Weltanschauung artinya di atas mana kita mendirikan Indonesia.( Lih. Teks Lengkap Pidato Soekarno Tentang Dasar Negara, Dalam, Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1995,). Baik philosofische grondslag maupun weltanschauung kedua dalam bahasa Indonesia artinya “Dasar”. Di atas “Dasar” apa mendirikan Indonesia atau apa “Dasar” Negara Indonesia.
Dalam rapat besar pada 1 Juni 1945, perihal pembicaraan lanjutan tentang Dasar Negara Indonesia, Soekarno mengatakan Kita mendirikan suatu Negara “semua buat semua.” Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya, tetapi “semua buat semua.” Ia juga mengutif Otto Bauer soal Natie “Bangsa”. Dalam buku Bauer Die Nationalitatenfrage mengatakan “Eine nation ist eine aus schiksalsgemeinschaft erwachesene characktergemeinschachaft.” Artinya (Bangsa adalah satu persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib).
Soekarno menggagas Dasar atau weltanschauung yang kemudian di atasnya didirkan Negara Indonesia Merdeka, kekal dan abadi. Dasar atau Weltanschuung itu adalah Gotong Royong. Indonesia sebagai Negara dan sebagai suatu Bangsa Besar berdiri di atas dasar atau weltanschauung yakni Gotong Royong.
Konsep Gotong Royong Soekarno merupakan perasan atau rangkuman dari lima prinsip awal yang digagas dan diajukannya sebagai Dasar Negara Indonesia. Kelima prinsip itu diberinya nama Pancasila. Pancasila artinya Panca: Lima, dan Sila: Asas atau Dasar. Pancasila: lima asas atau lima dasar. Lima prinsip dasar yang digagas Soeharto adalah 1) Kebangsaan Indonesia, 2) Internasionalisme atau perikemanusiaan, 3) Mufakat atau demokrasi, 4) Kesejateraan social, 5) KeTuhanan. Dari lima prinsip ini Soekarno peras menjadi tiga atau Trisila. Trisila itu yakni 1) socio-nasionalisme. Prinsip ini merupakan perasan dari dua dasar pertama yaitu kebangsaan dan internasiomalisme, kebangsaan dan perikemanusiaan. 2) socio-democratie. Prinsip ini hasil perasan dari dasar demokrasi dan kesejateraan. Meski pancasila diperas menjadi Trisila, ternyata Trisila diperas lagi menjadi Ekasila. Lebih lanjut Soekarno menegaskan secara lebih dalam; “Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan “gotong royong”. Negara Indonesia yang kita dirikan haruslah Negara Gotong Royong! Alangkah hebatnya! Negara Gotong Royong!” (Teks lengkap pidato Soekarno)
Lantas apakah gotong royong menurut Soekarno?
Soekarno menjelaskan bahwa “Gotong royong” adalah faham yang dinamis, lebih dinamis dari “kekeluargaan”. Kekeluargaan adalah salah satu faham yang statis, tetapi gotong royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan, itu yang angggota yang terhormat Soekarjo; satu Karyo, satu gawe. Marilah kita menyelesaikan karyo, gawe, pekerjaan amal ini, bersama-sama! Gotong-royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua,keringat semua buat kebahagian semua. Holopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama! Itulah gotong royong!
Mengapa harus Gotong Royong?
Pada hakekatnya Soekarno menginginkan Indonesia “semua buat semua!” Lebih mendasar gotong royong sejatinya hakekat dan ciri khas manusia Indonesia. Soepomo, Hatta, dan Yamin pun mengatakan hal yang sama. Soekarno sama sekali tidak mengimpor paham asing sebagai dasar Indonesia. Gotong royong ini khas milik manusia Indonesia, di dalamnya ada kerja sama, musyawarah, dan rasa saling menghargai. Penjelasan Soekarno, Soepomo, Yamin dan Hatta soal gotong royong di asalkan pada “kodrat” manusia Indonesia yang selalu hidup dalam suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan. (Agustinus W. Dewantara, ALangkah Hebatnya Negara Gotong Royong; Indoneisa Dalam Kacamata Soekarno).
Jika mengkaji secara teliti gagasan “gotong royong” Soekarno dan konsep “negara ideal” Plato maka, keduanya mempunyai korelasi. Menurut Plato negara kacau karena dipimpin orang-orang yang selalu mengejar ambisi dan tidak tahu apa yang baik bagi negaranya. Mereka ini selalu mengejar kepentingan pribadi diatas kepentingan umum. Mencari popularitas diri. Seharusnya menurut Plato hidup kenegaraan harus menjamin kebaikan dan keadilan masyarakat polis. Keadilan apabila terciptanya keadaan selaras berbagai tatanan lapisan masyarakat. Masyarakat adil adalah masyarakat yang dipersatukan oleh tatanan harmonis. Tiap-tiap warga polis memperoleh kedudukan sesuai kodrat, tingkat pendidikan, atau profesi. Negara ideal menurut Plato memiliki tiga bagian yaitu, 1) golongan penjamin nasfkah (para petani, pedagang, tukang, buru, pengemudi, dan pelaut) mereka ini menjamin kelansungan hidup polis atau masyarakat. 2) Para Penjaga. Mereka ini pengawas dan pengatu golongan pertama agar tidak memikirkan kepentinganya. Golongan ini selalu mengabdi pada kepentingan umum. 3) Para Pemimpin. Diambil dari penjaga, yang mendalami filsafat, polis dipimpin oleh filsuf. Tujuan negara ideal Platon adalah hidup kenegaraan yang baik dan berkeadilan. Keadilan apabila ketiga golongan dalam negara itu menjalankan serta memenuhi tugas dan kewajibanya selaras dengan hak masing-masing. Finalitas Negara ideal Platon adalah City of justice “Negara yang berkeadilan” di dalamnya tentu ada bonum commune “kebaikan bersama.”
Landasan dasar mencapai tujuan hidup kenegaraan itu adalah gotong royong, kerja sama untuk tujuan dan kebaikan bersama. Benang merah antara “Gotong Royong” soekarno dengan “negara ideal” Plato adalah Finalitas atau tujuan. Baik gotong royong maupun negara ideal mempunyai tujuan akhir yaitu hidup kenegaraan atau hidup besama dalam satu polis yang berkeadilan. Menurut Soekarno dan Plato hidup Kenegaraan harus didorong oleh semangat, jiwa, roh gotong royong-bekerja sama untuk mencapai kebaikan bersama dan keadilan bersama. Kerja sama menciptakan harmonisasi, persatuan, kedamaian, dan keadilan serta menjamin kesejateraan bersama dalam societas.
Telaah Filosofis Gotong Royong
Soekarno mengatakan “Negara Indonesia yang kita dirikan haruslah Negara Gotong Royong!”
Pada hakekatnya gotong royong merupakan karakteristik kehidupan manusia Indonesia. Gotong royong membumi di Indonesia sejak dahulu kala. Satu karyo dan satu gawe (bekerja sama) ada sejak manusia mulai saling mengenal satu sama lain dan membentuk hidup bersama. Semangat kerja sama memungkinkan mereka dapat bertahan hidup meski serba berkekurangan. Contoh pada zaman dulu mereka bekerja sama dalam berburu hewan sebagai sumber makanan. Mereka sama sekali buta huruf dan tidak mengenal sekolah. Mereka hanya berguru pada pengalaman gotong royong atau kerja sama. Dari pengalaman itu mereka belajar bahwa kerja sama itu baik. Dari situlah Kebiasaan Gotong royong diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi, sehingga menjadi budaya dan ciri kehidupan manusia Indonesia.
Hal yang mau ditekankan di sini bahwa “Gotong Royong” bukan tiruan atau impor dari luar tetapi, “dari sononya” telah ada di Indonesia. Foot note atau referensi utama Gagasan gotong royong Soekarno adalah realitas konkrit-riil, atau konteks kehidupan masyarakat Indonesia itu sendiri. Gotong royong merupakan dasar dari negara Indonesia “semua buat semua.”
Soekarno menginginkan agar Indonesia menjadi tempat yang layak dan aman untuk hidup bagi semua manusia yang berpijak di atasnya. Soekarno paham betul soal masyarakat plural Indonesia. Oleh karena itu, sangat tidak tepat jika Indonesia dikuasai oleh sekte tertentu, kelompok atau golongan tertentu. Salah fatal jika mengakui agama sendiri dan menanggap kafir yang lain. Baik mayoritas maupun minoritas, baik yang kaya maupun yang miskin, baik etnis pribumi maupun pendatang hendaknya saling menerima dan menghargai satu sama lain. Sebab, pada dasarnya kemerdekaan Indonesia adalah perjuangan semua buat semua, keterlibatan dan partisipasi semua masyarakat indonesia. Bukan perjuangan Islam buat Islam, bukan perjuangan Kristen buat Kristen, tetapi perjuangan bersama untuk kebaikan bersama. Kebersamaan dalam kemajemukan hendaknya memungkinkan segala perbedaan dapat diterima dan dihargai. Justru bersatunya Indonesia karena perbedaan. Kerja sama adalah salah satu cara menciptakan harmonisasi dan kedamaian dalam masyarakat plural yang syarat kacau. Mengedepankan kemanusian jauh lebih berguna dari pada mempertahankan kekunoan teks suci dan ideologi konservatif. Negara semua buat semua yang dilandasi semangat, roh dan jiwa gotong royong mau mengangkat martabat semua manusia Indonesia. Dalam gotong royong ada kerja sama untuk kebaikan bersama atau bonum commune. Dapatlah dikatakan bahwa, gotong royong seseungguhnya “Kodrat” manusia Indonesia yang membentuk tujuan bersama.
Gotong rotong adalah “Kodrat” Manusia Indonesia. Artinya gotng royong tidak hanya ciri yang menggambarkan kehidupan masyarakat Indonesia, tetapi kodrat masyarakat Indonesia adalah gotong royong. Memang gotong royong lebih dinamis dari pada keluarga bersifat statis. Pada dasarnya jiwa gotong royong pertama muncul dan tertanam kuat dalam keluarga. Rasa kekeluargaan dan harmonis persaudaraan memampukan seseorang memandang yang lain sebagai saudara. Yang lain adalah keluarga, yang lain adalah saudaraku. Keberadaan dan kehadiran yang lain adalah keberadaan dan kehadiran diri aku. (Armada Riyanto, Relasionalitas Filsafat Fondasi Inetrpretasi: Aku, Teks, Liyan, Fenomen, (Yogyakarta: Kanisius, 2018). Dalam relasi yang penuh keakraban kekeluargaan, semua saling bekerja sama, tolong menolong satu dengan yang lain tanpa pamrih. Itulah yang dinamakan gotong royong. Gotong royong menggambarkan suatu bentuk relasi melampaui segala sekat-sekat pemisah. Gotong royong menjadi jembatan penghubung, titik temu semua perbedaan menjadi satu. Semangat,jiwa dan roh gotong royong tidak mempertanyakan engkau dari mana, engkau agama apa, sukumu apa, budayamu apa dan sebagainya yang merujuk pada perbedaan-perbedaan. Dalam gotong royong tidak ada perbedaan. Tidak ada Aku, tidak ada Engkau, yang ada adalah Kita. Finalitas dari gotong royong adalah kebaikan bersama atau bonum commune.
Gotong royong sebagai karakteristik dan kodrat manusia Indonesia menempatkan kemanusiaan di atas segala-galanya dalam hidup bersama. Spirit gotong royong pertama-tama tidak mau melihat yang lain menderita. Hal ini didorong oleh kemampuan melihat yang lain sebagai saudara dan keluarga. Gotong royong menyingkirakan segala perbedaan dan melenyapkan sikap egoistis, indivudualisme dan sikap apatis. Yang lain adalah diri Aku. Pendek kata gotong royong mengedepankan nilai kemanusiaan dari pada pengakuaan terhadap segala perbedaan-perbedaan yang ada.
Gotong royong adalah perasan, rangkuman, sari pati, dari Pancasila sebagai weltanschauung Indonesia. Gotong royong sebagaimana kodrat hidup manusia Indonesia adalah material. Pancasila merupakan cetusan intelektual dari yang materiil menjadi formal. Pancasila bertolak dari gotong royong sebagai realitas konkrit manusia Indonesia kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk ilmiah. Pancasila lebih berciri formalis. Jadi menurut saya, gotong royong dan Pancasila keduanya adalah weltanschauung Indonesia, karena keduanya sama, sehakekat. Letak persamaan keduanya adalah jika Pancasila dibahasakan secara sederhana maka sebutannya Gotong Royong. Sebaliknya jika Gotong royong dibahasakan secara teknis atau ilmiah maka sebutannya adalah Pancasila. Dalam hal ini, Soekarno ragu-ragu. Pada saat yang sama Ia sebut Pancasila sebagai weltanschauung Indonesia di satu sisi dan gotong royong juga weltanschauung Indonesia di lain sisi. Tetapi, pada akhirnya Ia tetap mengajukan Pancasila sebagai weltanschuung Indonesia. Menurut hemat saya, gotong royong sebagai weltanschauung Indonesia jika dilihat dari aspek material. Namun yang perlu digarisbawahi dari semangat, jiwa dan roh gotong royong adalah nilai atau makna filosofis realitas kehidupan manusia Indonesia. Dari tinjauan-tinjauan di atas terdapat tiga makna atau nilai filosofis yang terkandung dalam gotong royong yang bertolak dari relitas konkrit hidup manusia Indonesia. ketiga tinjauan filosofi itu yakni; pertama, Gotong royong merupakan karakteristik, ciri atau corak kehidupan manusia Indonesia. Kedua, Gotong Royong adalah kodrat Manusia Indonesia. Ketiga, Gotong Royong menempatkan kemanusiaan di atas segala-galanya.
Gotong Royong Dan Hidup Dewasa Ini
Soekarno pernah mengatakan "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri."[1]
Dewasa ini ditandai oleh kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Kemajuan dahsyat dalam berbagi bidang kehidupan masyarakat sangat terlihat jelas dengan munculnya berbagai kemajuan dan perubahan dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Lantas, kita patut bertanya, apakah masih ada makna filosofis gotong royong saat ini? Saat ini gotong royong masih ada, tetapi makna dan cara merealisasikan ke dalam kehidupan sehari-hari berubah seturut peribahan zaman. Gotong royong dewasa ini adalah gotong royong berciri matematika. Artinya ada perhitungan, spekulasi untung rugi, penuh tawar menawar. Tenaga diperjual-belikan, ditentukan angka-bilangan “rupiah/uang”. System kerja sama zaman sekarang dibagi dalam kelas-kelas. Ada kelas pemodal dan kelas pekerja. Dalam kelas ini ada kesenjangan. Terkadang upah pekerja sangat kecil dibandingkan tenaga yang mereka kerahkan untuk bekerja. Hal itu suatu bentuk pemerasan tenaga. Di lain itu, terlihat jelas
Jika melihat semangat daya juang para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia (RI) melawan para penjajah, para founding Fathers membentuk dan memproklamirkan kemerdekaan RI. Semangat para pendahulu digerakkan oleh roh dan jiwa Gotong Royong. Di dalam gotong royong itu ada kerja sama, persatuan-bersatu, hidup bersama yang rukun dan damai walaupun dalam ruang kemajemukan. Mereka bersama-bersatu mengusir penjajah dan mendirikan negara Indonesia. Mereka bersama-sama bekerja sama. Gotong royong bukan berarti lemah, tidak mampu, kekurangberanian, kurang percaya diri, dan tidak mandiri (Agustinus W. Dewantara, ALangkah Hebatnya Negara Gotong Royong; Indoneisa Dalam Kacamata Soekarno, Yogyakarta: Kanisius, 2017), tetapi mengungkapkan sikap persaudaraan. Sehingga, dalam gotong royong terwujudlah sikap saling menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Orang-Orang dulu melakukuan Gotong royong atau bekerja sama mengedepankan kemanusiaan. Sedangkan praktik gotong royong dewasa ini lebih mengedepankan kepentingan dan keuntungan pribadi. Orientasinya adalah uang, bisnis berbalut mafia. Hal-hal seperti ini menandakan cacatnya nilai kebangsaan yang dijiwai oleh semangat gotong royong.
Praktik gotong royong atau “kerja sama” dewasa ini cendrung menyimpang perikemanusiaan tetapi condong mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan bersama. Berikut ini beberapa masukan menanggapi atau menyikapi praktik gotong royong atau kerja sama dewasa ini. 1) gotong royong atau kerja sama hendaknya menjamin keadilan dan bonum commune kebaikan bersama. Hindari kerja sama tapi manipulasi, mafia, eksploitasi tenaga pekerja besar-besaran tetapi upah kecil. Sikap jujur daan terbuka harus menjadi dasar dalam kerja sama. Jangan jadikan kerja sama untuk kepentingan privat dari pada kepentingan kolektif. 2) Gotong royong dengan menggunakan prinsip matematika haruslah sama-sama menguntungkan. Jangan hanya menguntungkan pihak sebelah tetapi untung semua buat semua. 3) Kerja sama membangun hal-hal positif dan menjamin keadialan dan kesejateraan bersama.4) Kerja sama dengan menjujung tinggi nilai kemanusiaan. Penerjemahan kerja sama dalam praktik kehidupan sehari-hari boleh berubah seturut zaman yang berubah-ubah tetapi prinsip dasar kerja sama haruslah dipenggan teguh. Kembali ke akar semngat, jiwa dan roh gotong royong yaitu mengedepankan kemanusiaan. Kerja sam hendaknya menempatkan Manusia di atas segala-galanya.
Baca Juga: MENCINTAIMU TERUS!
Penutup
Gotong royong pada hakekatnya Kodrat manusia Indonesia. gotong royong menggambarkan betapa manusia-manusia Indonesia sadar dan tahu betul bahwa membangun kemanusiaan jauh lebih penting dari pada membangun untuk mengedepankan perbedaan perbedaan yang ada. Dalam Gotong royong keberadaan dan kehadiran yang lain adalah keberadaan dan kehadiran diri aku yang lain. Yang lain itu manusia sama seperti aku. Yang lain itu saudaraku, keluargaku. Itulah mengapa cetusan gotong royong dipahami sebagai bekerja sama untuk kebaikan bersama bonum commune. Kiranya tulisan ini bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat plural yang syarat kacau agar lebih melihat kemanusiaan dari pada focus pada perbedaan-perbedaan yang ada. Demikian hal dunia dewasa ini yang selalu memakai prinsip tidak ada yang gratis agar tetap mengutamakan kemanusiaan dari pada kepentingang pribadi.
No comments:
Post a Comment