Iklan

Membongkar Kejahatan Politik Kepentingan Di Indonesia Berdasarkan Perspektif Filosofis Franquis De Sade

Thursday, 6 October 2022 | October 06, 2022 WIB Last Updated 2023-09-19T15:24:02Z

 

Membongkar Kejahatan Politik Kepentingan Di Indonesia Berdasarkan Perspektif Filosofis Franquis De Sade


Oleh: Adryan Naja

Pengantar

Tema tentang politik merupakan salah satu tema diskusi yang terus menerus dibahas dan diperdebatkan. Tema ini sangat menarik dan masih hangat untuk dikaji secara mendalam. Sebab, ada banyak hal yang perlu diperhatikan dan digali secara kritis-filosofis demi menemukan sesuatu yang baru dan bisa melahirkan satu gramatika kesadaran baru. Hal ini pada gilirannya bermaksud untuk membuka pintu pengalaman Negara yang dipenuhi oleh sejuta kenangan-kenangan buruk. Ada banyak ketimpangan dan kecelakaan dalam permainan politik. Ketimpangan-ketimpangan tersebut muncul di balik sikap individualistis. Halnya ialah bahwa setiap figur politik atau para politisi mempunyai dorongan untuk berkuasa dan kehendak untuk mengejar kenikmatan, kesenangan, kepuasan dan kemewahan pribadi. Politik dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi. Hal inilah yang turut membidani lahirnya segala masalah dan kegagalan di Indonesia.

Politik di Indonesia selama ini berada dalam kurungan kepentingan pribadi. Bahwasanya politik dipakai sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Mereka (para politisi) berusaha dan bekerja keras untuk mencari kemewahan pribadi. Barangkali hal inilah menjadi penyebab utama terjadinya kemunduran dalam berbagai bidang kehidupan Negara. Kebohongan dan kemunafikan yang bercokol dalam diri figur politik menjadi ujung tombak yang menikam kemajuan bangsa. Manipulasi di panggung rakyat yang dipermainkan oleh figur-figur elit politik mengikis nilai-nilai luhur bangsa dan cita-cita bangsa. Ada pun hal lainnya yang tidak sempat diungkapkan dalam tulisan ini. Barangkali hal itulah yang mendistorsikan segala kebenaran tentang politik di Indonesia selama ini.

Membaca dan menyikapi fenomena tersebut, penulis dalam tulisan ini hendak membongkar kejahatan-kejahatan politik kepentingan di Indonesia dengan berpijak pada kultur Pemikiran Franquis De Sade. De Sade adalah seorang filsuf sadistis yang menelanjangi manusia dari kepalsuan yang telah lama disembunyikan secara rapi dalam pandangan-pandangan bahwa manusia itu berkodrat baik. Menurut De Sade, manusia itu jahat. Sebab, dorongan dasar dalam diri manusia yang menggerakkan seluruh perjalanan hidupnya ialah hasrat-hasrat seksualnya. Hasrat seksual yang dimaksud oleh De Sade adalah hasrat untuk memperoleh kepuasan, kenikmatan dan kesenangan pribadi dengan cara menyakiti dan melukai orang lain. Mengikuti pemikiran tersebut, penulis melihat bahwa cara yang digunakan oleh para pejabat atau figur-figur politik di Indonesia selaras dengan pemikiran De Sade. Bahwa usaha untuk mencapai kepuasan, kenikmatan dan kesenangan serta kemewahan pribadi dicapai dengan cara yang sadis yaitu, dengan cara mencuri atau korupsi atau dengan cara-cara lainnya yang bisa menghancurkan masyarakat dan Negara.

Baca: PelatihanSertifikasi Kompetensi di SMK Stella Maris

Dalam tulisan ini, penulis tidak mengulas secara detail filsafat sadisme De Sade, tapi hanya mengadopsi dasar pandangannya untuk dijadikan referensi dalam mengelaborasi tentang fenomena politik di Indonesia ini. Oleh karena itu, di bawah ini akan diuraikan secara singkat mengenai pemikiran Franquis De Sade.

Riwayat Hidup Dan Filsafat Sadisme De Sade

Franquis De Sade dengan nama Donatien Alphonse Franquis De Sade lahir pada 2 Juni 1814, di Paris, Perancis. De Sade meninggal di Hôpitaux de Saint-Maurice, Saint-Maurice, Perancis pada 2 Desember 1814. Franquis De Sade adalah salah satu penulis novel erotis yang menyibak kodrat dasar manusia. Menurutnya, manusia tidak hanya berkodrat rasional; yang memiliki pikiran dan hati. Tapi, manusia menurut Sade adalah makhluk yang berkodrat irasional; didorong oleh kehendak dan hasrat untuk memperoleh kepuasan, kenikmatan dan kesenangan yang tinggi. Pemburuan kenikmatan dan kesenangan serta kepuasan diri merupakan dorongan yang menstimulasi perziarahan manusia dalam mencari kebahagiaan dalam hidup. Karena itu, dapat dikatakan bahwa manusia adalah konsekuensi alami dari hasrat dan dorongan seksualnya yang terlempar ke dalam ruang pertemuan dengan segala realitas kehidupan. Usaha dan upaya keras manusia hanya ingin mewujudkan apa yang mendorongnya untuk melakukan apa yang membuatnya merasa nikmat dan puas dalam hidup ini. Mengejar kenikmatan dan kesenangan serta kepuasan dan kemewahan hidup merupakan cetusan dasar eksistensi manusia sebagai makhluk yang belum penuh. Manusia selalu berusaha agar mencapai kepenuhan dalam hidup. Agar mencapai suatu kepenuhan, kepuasan, manusia mempunyai potensi untuk berbuat apa yang dianggapnya baik dan bisa memberi kepuasan dan kenikmatan, walaupun untuk memperoleh kepuasan tersebut manusia bisa menjadi neraka bagi yang lain, kata Sartre. Dia bisa melukai yang lain dengan cara yang sadis, brutal dan ekstrem demi kepentingan dan kepuasan diri sendiri. Karena itu, De Sade dijuluki sebagai pemikir sadistis. Teori sadismenya menggambarkan pengalaman, perasaan dan idenya yang dituangkannya dalam tulisan-tulisannya.

De Sade hendak menyibak kodrat manusia dari sisi hewani. Bayangannya ialah bahwa sisi hewani manusia tidak lebih dari binatang-binatang liar yang memangsa hewan lain, dan mencari kenikmatan, kesenangan dan kepuasan diri dengan cara menaklukkan dan melukai yang lain. Dalam menunjukkan hal ini, Sade menggambarkannya dengan kehidupan seksual manusia. Menurutnya, ketika seseorang ingin mencapai kepuasan, kenikmatan dalam hubungan seks harus melakukan cara-cara sadis; mencekik, memukul, menempeleng, dan cara sadis lainnya yang dapat melukai pasangannya. Seperti yang dikutip oleh Reza Wattimena tentang teori sadisme De Sade, dikatakan bahwa manusia adalah makhluk-makhluk seksual yang tujuan hidupnya mendapatkan kenikmatan tertinggi, walaupun kenikmatan itu membutuhkan rasa sakit di dalamnya. (Reza Wattimena, Filsafat Anti Korupsi, Yogyakarta; Kanisius, 2012).

Praktek sadisme dalam hubungan seksual erat kaitannya dengan masokisme. Praktek tersebut biasanya dilakukan untuk mencapai kepuasan dan kenikmatan dengan cara menyakiti pasangannya. Misalnya, dengan melakukan tindakan kejam, ganas, kasar dan tindakan brutal lainnya terhadap pasangannya. Dengan mempraktikkan tindakan penyimpangan seksual atau perlakuan seksual abnormal seseorang dapat mencapai puncak kenikmatan dan kepuasan hasratnya. Mengikuti pemikiran De Sade tersebut, dorongan seksual di dalam diri manusia merupakan dorongan yang kuat dan dahsyat yang mampu melenyapkan kewajaran dan kenormalan manusia dan bahkan bisa menghancurkan yang lain. Inilah hasrat gelap dan sisi hewani manusia yang selalu memberontak secara terus menerus. Untuk mengatasi hal tersebut, manusia harus bisa mengontrol diri.

Hal lain yang perlu diperhatikan tentang pemahaman De Sade mengenai teorinya dapat ditinjau dari latar belakang hidupnya. Fenomena yang melatarbelakangi lahirnya paham sadisme De Sade barangkali lahir dari pengalaman hidupnya. Hidupnya secara kasar dapat dikatakan sadis. Pasalnya ialah Sade tenggelam dalam kenikmatan dan kesenangan seksual. Perlakuannya terhadap pasangan seksnya dalam berhubungan seks boleh diadopsi dari tulisan-tulisannya. Bahwa De Sade terkategori sebagai subjek sadistis; yang memperlakukan pasangan seksnya dengan cara yang paling sadis. Tulisan-tulisannya yang bermuatan erotis mempertunjukkan suatu kebenaran universal mengenai manusia pada umumnya. Hasrat seksual dalam diri manusia barangkali seperti gambaran kehidupan dan pemikiran De Sade. Bahwa manusia secara kodrati didorong oleh kehendak dan hasrat seksualnya untuk mencari kenikmatan dan kesenangan dalam hidup. Hal itu pada gilirannya mempengaruhi kerangka konsep manusia dalam memahami tentang kebahagiaan. Kebahagiaan diproyeksikan ke dalam hal-hal yang membuat seseorang senang, nikmat dan puas dalam hidup ini.

Baca: MisaPembukaan Tahun Ajaran Baru Tk,Sd,Smp Pius Pemalang Tahun Ajaran 2022/2023Berlangsung Hikmat

Mencari kepuasan, kenikmatan dan kesenangan serta kemewahan dalam hidup ini manusia tidak bisa menyangkal dirinya bahwa perbuatan-perbuatan jahat terhadap yang lain diboncenginya untuk sampai pada titik terakhir dari keinginan-keinginannya. Tujuan utama manusia adalah hendak mencapai kebahagiaan. Manusia dalam penziarahan menuju kebahagiaan secara salah memasukkan apa yang membuatnya senang, nikmat dan puas dalam hidup menjadi ukuran dan barometer arti dan makna kebahagiaan. Hal inilah yang membuat manusia tidak lebih dari bintang liar yang selalu menginginkan kenikmatan dan kesenangan serta kepuasan dalam dunia ini. Maka dari itu, dapat diketahui bahwa potensi kejahatan dalam diri manusia lahir dari rahim kehendak dan hasrat gelap. Kejahatan itu akan melebar dan meluas dalam seluruh ruang rindu manusia yang senantiasa dianggap banal atau wajar untuk bertindak sadis terhadap sesama.

Relevansinya Dengan Kehidupan Politik Di Indonesia

Membaca fenomena politik di Indonesia yang saat ini marak didiskusikan secara filosofis oleh para kaum intelektual terdapat banyak ketimpangan yang perlu dibongkar secara terus menerus. Tulisan ini pun hendak menyibak kodrat politik yang mendayai semangat kecurangan dan kejahatan dalam berpolitik. Dengan meletakkan dasar pemikiran penulis pada Perspektif filosofis Franquis De Sade, penulis menemukan unsur esensial yang turut membidani lahirnya ketimpangan dan kejahatan dalam politik. Penulis hendak menegaskan cikal bakal terjadinya kanker kegagalan Negara dalam membangun masyarakat yang sejahtera dan makmur. Akan tetapi, sebelum melangkah ke dalam titik masalahnya, pertama-tama penulis akan menguraikan secara singkat tentang politik.

Politik pada hakikatnya adalah baik. Sebab politik memuat nilai-nilai vital Negara dan meninggikan derajat tujuan dan cita-cita bangsa. Politik selalu berkaitan erat dengan cara-cara yang dapat mengatur tatanan kehidupan bersama dalam Negara terutama dalam mewujudkan sebuah bentuk kehidupan Negara yang tersusun secara sistematis dan konstruktif. Politik dapat dikatakan juga sebagai representasi dari kesadaran bersama masyarakat dan pemerintah untuk membangunkan dinasti kesejahteraan masyarakat dan Negara. Maka, drama politik dibuat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan Negara akan kesejahteraan dan kemakmuran. Politik pada umumnya hasil dari kesadaran akan pentingnya menciptakan ruang relasional dalam ruang publik. Arahannya ialah agar terhubungnya relasi antara masyarakat dan pemerintah dalam menata kehidupan Bangsa dan Negara. Dalam konteks ini, hendak menegaskan bahwa masyarakat dan pemerintah memiliki niat dan keinginan untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan serta bonum commune. Aristoteles dalam teorinya mengarahkan pandangan masyarakat tentang politik. Bahwa politik menurutnya berarti menciptakan kehidupan masyarakat dan Negara ke arah yang lebih baik. Maksudnya ialah politik bukan semata-mata suatu pertarungan hasrat pribadi demi kepentingan pribadi, tetapi representasi dari hasrat bersama demi kepentingan bersama atau bonum commune. Oleh sebab itu, kegiatan berpolitik secara praktis mengambil kesadaran akan pentingnya peranan bersama, baik figur politik atau pun masyarakat untuk membangun kehidupan Negara yang maju dan sejahtera.

Terlepas dari hal di atas, kita tidak bisa menyangkal segala kenyataan yang sering terjadi dalam dunia politik di Indonesia. Politik di Indonesia sudah sangat lama memelihara kejahatan-kejahatan yang berbasis politik kepentingan. Politik kepentingan selaras dengan konsep sadisme De Sade. De Sade dalam teorinya menjelaskan bahwa manusia pada dasarnya mempunyai kecenderungan untuk mengejar kenikmatan, kesenangan dan kepuasan pribadi. Ada unsur esensial yang mendorong hasrat untuk memperoleh kepuasan, kenikmatan dan kesenangan pribadi yaitu, keinginan untuk memiliki dan menikmati apa saja yang bisa membuat seseorang merasa nikmat dan senang. Politik kepentingan pun dibangun di atas hasrat pribadi atau kelompok. Pada gilirannya hal tersebut dapat mendorong seseorang untuk mencuri atau korupsi, bertindak sadis dan brutal demi kepentingan pribadi.

Berdasarkan pemikiran De Sade, dapat dijelaskan bahwa hasrat untuk memperoleh kepuasan, kenikmatan, kesenangan dan kemewahan pribadi menjadi sasaran utama para figur politik bertarung di pemilu. Lebih lanjut lagi, kecenderungan tersebut diproyeksi oleh hasrat-hasrat dalam diri yang selalu menginginkan kenikmatan dalam hidup. Karena itu, mereka memakai cara sadis, kotor dan jijik untuk memperoleh kepuasan dan kemewahan pribadi. Dengan bertindak jahat dan sadis mereka menghancurkan tatanan hidup bangsa dan Negara. Korupsi dilakukan terus menerus tanpa rasa bersalah dan bertobat. Sebab, untuk mencapai puncak kenikmatan, kesenangan dan kepuasan diri, menurut De Sade seseorang bisa saja memakai cara yang brutal dan sadis. Ketika tindakan brutal tersebut dilakukan secara terus menerus maka tidak menutup kemungkinan akan di jadikan sebagai suatu kebiasaan yang wajar. Hanah Arendt menyebut tindakan tersebut sebagai banalitas kejahatan.

Baca: "Perkawinan yang Produktif" (SMK yang Tersambung dengan DUDI)

Dalam dunia politik, kebiasaan bertindak brutal dan sadis seperti mencuri atau korupsi, manipulasi, dan lain sebagainya, disembunyikan secara rapi di balik layar media. Bukan karena media tidak ingin membongkar dan mempublikasikan kejahatan dan kebobrokan di dunia politik, tapi ada sekat batas dan garis demarkasi yang dikunci sedemikian rapat sehingga tidak bisa diselidiki oleh siapa pun. Hal ini disebabkan oleh karena kondisi psikologis politik dideterminir secara ketat oleh para politikus atau para politisi yang bermain di belakang layar. Maka, yang terjadi adalah pendistorsian terhadap aturan dan nilai-nilai vital dan unsur esensial Negara. Sehingga ketimpangan tersebut pada akhirnya berimbas pada masyarakat. Masyarakat ditelantar di altar kenyataan. Masyarakat dijadikan korban pembangunan dan korban kegagalan pemerintah dalam memperjuangkan kebaikan dan kesejahteraan bersama. Dalam situasi seperti demikian kita bisa menduga bahwa politik di Indonesia lebih bersikap egoistik dari pada altruistik. Karena itu, kita perlu merekonstruksi politik di Indonesia ini dengan berpijak pada pemikiran De Sade.

Merekonstruksi Politik Di Indonesia Dalam Bingkai Pemikiran De Sade

Pemikiran De Sade ini dapat memantik kesadaran baru masyarakat Indonesia terutama dalam menata kembali sistem politik di Indonesia. Yang pertama, Sade hendak menegaskan satu hal fundamental bahwa politik itu sesungguhnya suatu upaya yang dapat membangkitkan semangat perubahan. Utamanya adalah politik mesti dikonstruksikan untuk menciptakan suasana kehidupan masyarakat dan Negara yang harmonis, adil, sejahtera, sehingga masyarakat dapat menikmati, merasa puas dan senang dalam menjalani kehidupan di bumi Pertiwi ini. Kedua, politik itu harus memberi kepuasan bagi masyarakat. Maksudnya, pemerintah sebisa mungkin membangun kesejahteraan masyarakat dan membangun Negara agar lebih maju. Dalam hal ini, pembangunan bukan ilusi spekulatif dan abstraktif yang menari-nari di langit ide tapi, pembangunan praktis; yang melegakan masyarakat. Ketiga, dari pemikiran De Sade tersebut hendaknya para politisi atau figur politik membangun kesejahteraan masyarakat dengan mematikan hasrat pribadi. Implikasinya adalah pembangunan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat diupayakan dengan cara mencekik, melempar dan memenjarakan keinginan dan hasrat pribadi. Sikap altruistik semestinya dikedepankan. Sehingga, politik tidak dijadikan sebagai biang keinginan personal dan membunuh ribuan cita-cita masyarakat.

Oleh karena itu, prasasti politik di Indonesia bisa mentransendensikan diri dan menjelma menjadi regulasi hidup yang menggerakkan seluruh perhatian masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan peran aktif dalam membangun bangsa Indonesia yang lebih baik dan maju. Hal itu memiliki benang merah dalam menangkal dan membongkar politik kepentingan di dunia Indonesia ini. Pada akhirnya, Bangsa Indonesia akan menjadi tempat aman, planet kehidupan yang di dalamnya masyarakat menikmati, menyenangi seluruh aspek kehidupan bangsa Indonesia. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemikiran De Sade sangat penting dan bermanfaat bagi kemajuan bangsa Indonesia, terutama dalam menata kembali ruang politik yang sedemikian buruk dan busuk.

Penulis, Mahasiswa STFT Widya Sasana, Malang.

Tinggal di seminari Tinggi OSM Malang

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Membongkar Kejahatan Politik Kepentingan Di Indonesia Berdasarkan Perspektif Filosofis Franquis De Sade

No comments:

Post a Comment

Trending Now

Iklan