Oleh: Diko Oki
Mencintai itu ibarat seorang
yang menaruh kasih sepenuhnya kepada seseorang yang dia cinta. Itulah yang aku
lakukan kepada pujaan hatiku.
Aku memiliki sifat yang sangat
kasar tapi penyayang. Aku masih berstatus sebagai mahasiswa di salah satu
universitas yang berada di Timor, UNIMOR namanya. Usiaku sekarang 26 Tahun. Karena
usiaku yang sudah sangat dewasa aku selalu bersikap bijak dalam melakukan dan
menggapi sesuatu, baik mengenai hubungan asmara kami maupun hal lain.
Kegiatan perkuliahan aku
berjalan normal. Selain aktif mengikuti kuliah aku juga aktif mengikuti
kegiatan organisasi-organisasi guna menambah wawasanku. Mengikuti kegiatan
organisasi ditambah lagi kuliah ini menguras tenaga dan menyita banyak waktu.
Namun, aku tetap cerdas membagi waktu, agar sesibuk apa pun aku tetap ada waktu
untuk bersama kekasihku.
Awalnya aku mengenal dua wanita
yang sangat baik dan menawan. Dua wanita itu pun sekalian kupacari. Itulah aku buaya,
hahah…! Seiring berjalannya waktu aku harus mengambil keputusan untuk
memilih salah satu diantara mereka yang menurutku pantas untuk menjadi
kekasihku. Dan aku pun bersahasil memilih salah satu menurut keyakinanku.
Aku memilih Camelia dan memutus
hubunganku dengan Carolina. Aku meyakini diriku untuk merajut kasih dengan
sungguh bersama Camelia. Awalnya semua berbuah manis. Wajahnya yang cantik nan
agung membuatku semakin terpesona dan jatuh cinta. Sifatnya sangat baik dan
hangat. Kehangatan yang dia berikan kepadaku membuatku tak mau pergi dari
sisinya. Aku ingin selalu bersamanya terus. Menghabiskan waktu seharian bersamanya
pun kurasa tak cukup.
Hari berganti hari, bulan
berganti bulan, tahun pun berganti tahun, hubungan kami masih sama dan tak
tergantikan. Justeru malah makin lekat dan cekat. Kelekatan kami semakin jelas,
bahwa kami saling mencintai dan menyayangi. Mencintainya yang sungguh membuatku
untuk berniat dan nekat untuk tinggal serumah dengannya. Dan hal itu pun
terjadi. Aku bersamanya tinggal serumah alias satu kost.
Semakin ke sini hubungan
kami semakin jelas karena kedua belah pihak dari orang tua kami pun sudah
mengetahui. Aku pun sudah pernah membawanya ke rumahku untuk bertemu dengan orang
tuaku. Itu kulakukan untuk meyakinkan dia bahwa aku benar-benar serius dengan hubungan ini. Begitu pun sebaliknya. Diantara aku dan dia pun tidak ada rahasia
lagi, karena kami sudah saling mengenal. Aku semakin yakin dan setia padanya.
Semua yang kumiliki menjadi milik kami berdua. Begitupun sebaliknya. Aku selalu
berusaha untuk ada disampingnya di saat
suka maupun duka. Karena dalam benakku dia adalah wanitaku, masa depanku.
Namun sejauh ini
hubunganku dengannya tidak berjalan mulus. Alias tanah yang rata. Sebab tanah
rata sekalipun pasti ada pula batu dan kerikil-kerikil kecil yang kadang kala
membuat kita terantuk dan tergelincir. Begitu pula dengan hubungan kami, ada
jatuh bangunnya yang terjadi berulang kali. Dari jatuh bangunnya itu meyadarkan
aku bahwa dalam kehidupan ini tidak ada seorang pun yang tidak merasakan sakit.
Rasa sakit itu pasti ada. Sebab Tuhan yang Allah saja untuk sampai ke puncak
keselamatan masih Jatuh Berulang kali, apalagi kita sebagai insan yang fana ini.
Sakit, itulah yang
kurasakan. Rasa sesak pun menyelimuti ketika badai asmara datang menghampiri. Hubungan
asmara yang kuperjuangkan dan kujaga selama ini ternyata hanya bualan baginya.
Kasih dan cinta yang kuberikan kepadnya kurang lebih dua tahun ini tidak
dianggap. Semua yang kuberikan selama ini kepadanya tak cukup, sehingga ia
menyimpang. Aku pun tetap bersabar dan belajar untuk memahami serta
memaafkannya. Semua itu kulakukan karena kumenghargainya sebagai wanitaku. Iya…seperti
aku menghargai wanita hebat yang menghadirkan aku di dunia ini.
Demi
keawetan hubungan kami, aku selalu memberinya pengertian. Memberinya arahan agar
tidak salah dalam memilah dan memilih. Dia pun menuruti semua yang kupinta. Namun
rupanya semuanya berlaku ketika saat aku sedang bersamanya. Ketika aku tidak ada
maka permainan dimulai. Itulah dia yang selalu bermain api dibelakangku. Aku
pun tidak peduli. Mungkin karena terlanjur sayang dan cinta. Itu lah cinta,
kadang membuat orang buta dan bodoh. Saking bodohnya dengan cinta, aku pernah
berjanji kepada dunia untuk hidup dan mati bersamanya. Hahaha…lucu!
Kebodohan atas cinta itu
membawa malapetaka bagiku. Rasa cemburu karena adanya orang ketiga yang ia
hadirkan dalam hubungan kami membuatku berbuat kasar dan berkata kasar padanya.
Aku meluapkan segala rasa yang selama ini
kupendam padanya. Mungkin karena kata itu sangat menyatikinya dia pun
membalasku dengan perkataan yang tak pantas untuk kudengar. “sebenarnya aku
tidak suka dengan kaka. Aku tdak sayang kaka. Sejauh aku jalani hubungan ini
karena aku menghargai perjuangan kaka”, katanya. Perkataan yang ia keluarkan
sangat menyayat hatiku. Aku sangat kecewa.
Setelah mendengar
perkataan itu. Aku sadar bahwa percuma kuberjuang kalau ujung-ujungnya seperti ini terus, tidak
akan ada kemajuan. Mulai dari situ rasa sayang yang dulu ada, perlahan memudar dan hilang bersama sang waktu yang terus berputar. Dia yang pernah
aku sayang juga semakin merasa tidak nyaman setelah kejadian itu. Lalu dia memutuskan
untuk menyudahi hubungan kami.
Ternyata selama ini aku
salah mengartikan jiwa atau tingkah lakunya. Aku mengira bahwa dia mencintaiku.
Namun ternyata tidak. Hanya aku yang menyayangi dia melebihi diriku sendiri dan
mencintai tanpa di cintai. Itu membuat hatiku terluka. Begitu sakitnya ternyata
mencintai tanpa dicintai orang yang aku cinta. Seperti pepatah yang hampir
patah mengatakan, maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai.
Setelah semua terjadi aku
sadar dan mengingat kembali perkataan dosenku. “kitika dalam pacaran jangan
pernah anda memberikan perasaanmu 100%. Karena perasaan itu sewaktu-waktu akan
berubah jika perasaan yang dimiliki oleh pasangan anda memilih melewati jalur
lain” kata dosenku.
Aku ikhlas. Semua yang
terjadi aku biarkan terjadi. Sebab aku tahu bahwa mencintai tak harus memiliki.
Dan aku percaya bahwa Tuhan pasti akan menggantikannya dengan orang yang lebih
baik menurut kehendak-Nya.
No comments:
Post a Comment