Oleh: Marianus Elki Semit
InspirasiINDO.Com-Pengalaman hidup masa kecil memang sungguh sangat luar biasa membuat aku sulit untuk melupakan pengalaman masa keci itu. Konsekuensinya aku selalu semangat untuk berjuang dan ingin tinggal serta bersatu bersama-Nya di dalam keheningan malam. Inilah ceritanya saat itu sebuah peristiwa yang sungguh mencengangkan semua orang. Sesuatu yang ajaib terjadi dalam diriku yang tidak masuk akal menurut akal budi manusia namun itulah realitas yang sebenarnya. Kebenaran sesungguhnya ketika Aku dilahirkan pada 03 Maret 2000 dari rahim seorang ibu bernama Viktoria Amun, aku sungguh sangat tidak yakin bahwa aku akan selamat pada saat itu.
Setelah aku dilahirkan, ibuku merawat dan membesarkan serta memberikan aku makanan dari tepung beras dan air gula, alasannya karena ibuku tidak mempunyai asi (air susu ibu) untuk menyusuiku sehingga beberapa bulan kondisiku pada saaat itu sangat mengkhawatirkan sekali. Pihak kesehatan sudah menyerah bahkan memfonis bahwa aku tidak ada harapan untuk menikmati alam ciptaan Tuhan (meninggal). Namun perjuangan dari seorang ibu yang tak kunjung pupus sangat luar biasa, keyakinanya sungguh luar biasa selalu menggema dalam sanubarinya bahwa pasti ada solusi untuk menolong anaknya, namun ia tidak tahu siapa yang hendak peduli dengan kondisi anaknya.
Baca: PesonaKebersamaan dan Sukacita Merayakan Imlek
Ibuku meminta bantuan kepada ibu-ibu di tetangga di sekitar tempat tinggalnya untuk menyusui aku, mereka pun turut merawat dan membesarkan serta memberikan aku makanan ( asi). Setelah beberapa bulan kemudian keadaanku semakin membaik, orang-orang di sekitar rumahku heran akan sesuatu yang terjadi. Kata mereka, “sesuatu yang ajaib, terjadi pada anak itu”. Walaupun postur tubuhku pada saat itu sangat buruk, perutku bagaikan bola kaki, kaki dan tanganku bagaikan ranting kayu kering yang mudah dipatahkan.
Tidak seperti bayi-bayi yang lain diberi makanan bergizi oleh orang tuanya mereka. Terima kasih karena aku masih diberi ruang kesempatan untuk menghirup udara segar di alam yang indah ini. Pada saat itu Masa pertumbuhanku memang sungguh sangat menyayat hati karena kondisi yang tidak setabil, kadang baik dan kadang buruk. Hal itu dipengaruhi oleh faktor makanan yang kurang bergizi, maklumlah karena keluargaku orang yang berpenghasilan rendah.
Mendengar sejarah pengalaman hidup dari seorang ibu yang sudah tua ini membuat semangat di dalam diri terus menyala-nyala dan berkobar untuk selalu berjuang tiada henti. Selalu berusaha memberi sesuatu yang terbaik kepada seorang ibu, dengan senyuman yang manis selalu terpancar. Aku sama sekali tidak melupakan bahwa kebahagiaan yang terindah tidak ditemukan di situasi yang serba menyenangkan, melainkan kebahagiaan itu selalu ada baik di waktu susah maupun di waktu senang di mana pun aku dan kita berada. Kebahagiaan tak perlu dicari-cari karena kebahagiaan selalu terpatri di dalam sanubari kita masing-masing.
Ibu yang memiliki keterbatasan ini di tengah-tengah kesulitan ia masih mampu mengunakan nalarnya dengan baik. Ia memang tidak tahu menulis dan membaca namun kata-kata yang keluar dari mulut manisnya selalu membuat saya tetap setia dan terus berharap serta semangat dalam mengarungi hidup ini tanpa harus bersungut-sungut. Kata-katanya sungguh sangat sederhana namun bermakna, ia selalu mengungkapkannya kepadaku, katanya, Nak “ bersyukur, bersyukur, dan terus berdoa”.
Pada saat itu aku tidak memahami sedikit pun setiap deretan kata-kata indah yang dilontarkannya, namun seiring berjalannya waktu aku perlahan-lahan mulai mengerti apa yang disampaikannya kepadaku. Dia sungguh ada namun keberadaan-Nya tak kelihatan. Dia tinggal dan bersemayam di dalam hatiku dan hatimu. Ibu, engkau guru besar dalam hidupku yang sungguh sangat luar biasa.
Doaku, aku sungguh sangat bersyukur kepada-Nya karena atas rencana-Nya yang begitu mulia tak terselami oleh pikiran manusia aku boleh berada bersama dengan kamu semua sampai saat ini. Dia masih memberikan aku nafas kehidupan, hingga sampai pada hari ini masih aku rasakan. Terima kasih atas cinta dan kasih-Mu, sampai pada hari ini Engkau mengaruniakan aku rahmat panggilan yang penuh sakral, hingga sampai sekarang aku tetap mengikuti jejak langkah kaki-Mu
Walaupun pada saat berada di luar, hidup ini masih terasa samar-samar dalam mengikuti-Mu. Kini aku sekarang sungguh sangat merasakan dan melihat dengan jelas bahwa mengikuti Engkau tidak seperti membalikan telapak tangan, melainkan harus membutuhkan perjuangan yang kokoh kuat, mengikuti setiap proses dan menghadapi berbagi macam tantangan hidup yang harus dijalani. Belajar untuk taat, setia, dan bertanggung jawab bahwa aku harus mampu menerima semua konskuensi atas pilihan hidupku dan belajar untuk menjadi manusia yang berbudi luhur, karena aku menyadari bahwa setiap nafas yang aku hirup akan dipertanggungjawabkan yang maha kuasa.
Di tempat yang sunyi ini aku belajar banyak hal yang membantu perkembangan kedewasaan manusiawi dan kematangan spiritual, juga ada banyak hal-hal yang membuat aku berubah baik internal atau pun eksternal. Melatih diri mendengarkan suara Tuhan hingga merasakan dekapan kasih-Mu. Engkau menitipkan seorang ibu yang sejati dan berani kepadaku. Ibu yang tak kenal putus asa dalam merawat, mendidik anaknya walaupun terkadang aku, engkau, kita selalu membuat hatinya sakit, namun ibu tetap setia dan bersabar.
Banyak tantangan rintangan yang selalu membuat aku putus asa, namun aku tidak pernah menyerah dan terus berjuang karena Dia selalu dan senantiasa menuntunku,”Namun aku hidup, tetapi bukan bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Dia yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.
Saya selalu bertanya-tanya mengunakan akal budiku, Kenapa aku masih mengikuti Dia? Pertanyaan ini membuat aku tereus menerus dan seakan-akan menyuruh aku untuk mencari jawaban yang pasti. Mengikuti Dia sesuatu hal yang pasti dan nyata dalam diriku, diri setiap orang, namun setiap individu memiliki panggilan hidup yang berbeda. Oleh karena itu aku sungguh sangat bersyukur kepada Tuhan atas panggilan yang dianugerahkan-Nya kepadaku sampai pada saat ini.
Kini aku sungguh sangat mengenal diriku sendiri. Mampu menertawakan diri sendiri, memang rasanya seperti orang yang gila dan itulah realitas yang tak terelakan. Aku dan engkau tak perlu mengelakkannya. Apa bila kita mampu mengetahui diri kita sendiri itu tandanya kita mencintai kondisi dan situasi hidup kita. Banyak orang yang diluar sana belum menerima diri sepenuhnya namun apa yang terjadi hidupnya kacau balau. Pepatah kalsik mengatakan “hidup engan mati pun tak mau”.
Mencintai diri sendiri dengan segala keterbatasan itu artinya kita mencintai orang yang berada didekat kita, bapa, mama, kakek, nenek, kakak, dan adik serta semua orang yang berada di luar kita. cinta dan kasih menjadi keutamaan dalam hidup kita tanpa cinta dan kasih segala harta yang kita miliki sama sekali tidak berarti. Banyak orang yang kaya di dunia ini, mempunyai segala-galanya namun bagi mereka harta itu tidaklah cukup bagi hidupnya. Mereka harus menyadari bahwa harta yang terbesar dalam hidup manusia adalah “cinta kasih” terhadap sesama dan orang lain. Banyak orang miskin di dunia ini yang selalu bahagia dalam menjalani hidupnya penuh dengan suka cita. Walaupun di tengah-tengah segala kekurangan ekonomi namun mereka tetap berpegang teguh pada cinta kasih terhadap sesama dalam memperjuangkan hidup.
Baca: Mematut Diri Dengan Meluruhkan Ego
Cinta seorang ibu sungguh sangat besar dahsyatnya dalam hidupku dan kita. walaupun keberadaanku melampau lautan samudera, namun seorang ibu selalu menyebut namaku di hati kecilnya. Di saat aku sakit di tanah rantuan, ibu selalu orang yang pertama mengetahui keadaan anaknya. Doanya sungguh tajam mengusik hati menyembuhkan rasa sakit dan kerinduanku kepadanya. Aku tak sanggup membalas budi baik dari sang ibu yang selalu mencintai dan mengasihi setiap deretan peristiwa hidupku yang memilukan.
Ibu tanganku tak mampu memelukmu dan merangkulmu hanya karena jarak yang memisahkan aku denganmu. Aku hanya mampu mengucapkan doa-doa kasihku kepadamu. Aku selalu berharap ibu selalu sehat dan bersukacita menunggu anakmu pulang menjengukmu. Ibu selalu mengingatkan di saat aku masih kecil, ungkapanmu sungguh luar biasa ” Dia sungguh ada namun keberadaan-Nya sungguh tak kelihatan”. Ibu hanya doa kulantunkan selalu agar engkau tetap semangat dan tetap berdiri kokoh kuat.
Baca: GadisTerakhir (Cerpen Afri Ampur)
Ibu di akhir cerita ini aku mau menyampaikan terima kasih kepadamu atas segala usaha dan perjuanganmu yang telah membesarkanku. Ibu air mata ini selalu berlinang mengucur derai di pipihku. Walaupun keinginanmu bahwa aku harus memiliki pendamping hidup di dunia ini, tapi rasanya sangat sulit bagiku untuk mengindahkan keinginanmu, Dia yang jauh di sana selalu memanggil aku. Dia tak peduli seberapa besar cintamu kepadaku. Dia ingin bahwa aku harus bekerja, tinggal di rumahnya yang sepi dan suci. Maafkanlah anakmu ibu...... selamat tinggal.
Doaku, aku sungguh sangat bersyukur kepada-Nya karena atas rencana-Nya yang begitu mulia tak terselami oleh pikiran manusia aku boleh berada bersama dengan kamu semua sampai saat ini. Dia masih memberikan aku nafas kehidupan, hingga sampai pada hari ini masih aku rasakan. Terima kasih atas cinta dan kasih-Mu, sampai pada hari ini Engkau mengaruniakan aku rahmat panggilan yang penuh sakral, hingga sampai sekarang aku tetap mengikuti jejak langkah kaki-Mu
Walaupun pada saat berada di luar, hidup ini masih terasa samar-samar dalam mengikuti-Mu. Kini aku sekarang sungguh sangat merasakan dan melihat dengan jelas bahwa mengikuti Engkau tidak seperti membalikan telapak tangan, melainkan harus membutuhkan perjuangan yang kokoh kuat, mengikuti setiap proses dan menghadapi berbagi macam tantangan hidup yang harus dijalani. Belajar untuk taat, setia, dan bertanggung jawab bahwa aku harus mampu menerima semua konskuensi atas pilihan hidupku dan belajar untuk menjadi manusia yang berbudi luhur, karena aku menyadari bahwa setiap nafas yang aku hirup akan dipertanggungjawabkan yang maha kuasa.
Di tempat yang sunyi ini aku belajar banyak hal yang membantu perkembangan kedewasaan manusiawi dan kematangan spiritual, juga ada banyak hal-hal yang membuat aku berubah baik internal atau pun eksternal. Melatih diri mendengarkan suara Tuhan hingga merasakan dekapan kasih-Mu. Engkau menitipkan seorang ibu yang sejati dan berani kepadaku. Ibu yang tak kenal putus asa dalam merawat, mendidik anaknya walaupun terkadang aku, engkau, kita selalu membuat hatinya sakit, namun ibu tetap setia dan bersabar.
Banyak tantangan rintangan yang selalu membuat aku putus asa, namun aku tidak pernah menyerah dan terus berjuang karena Dia selalu dan senantiasa menuntunku,”Namun aku hidup, tetapi bukan bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Dia yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.
Saya selalu bertanya-tanya mengunakan akal budiku, Kenapa aku masih mengikuti Dia? Pertanyaan ini membuat aku tereus menerus dan seakan-akan menyuruh aku untuk mencari jawaban yang pasti. Mengikuti Dia sesuatu hal yang pasti dan nyata dalam diriku, diri setiap orang, namun setiap individu memiliki panggilan hidup yang berbeda. Oleh karena itu aku sungguh sangat bersyukur kepada Tuhan atas panggilan yang dianugerahkan-Nya kepadaku sampai pada saat ini.
Kini aku sungguh sangat mengenal diriku sendiri. Mampu menertawakan diri sendiri, memang rasanya seperti orang yang gila dan itulah realitas yang tak terelakan. Aku dan engkau tak perlu mengelakkannya. Apa bila kita mampu mengetahui diri kita sendiri itu tandanya kita mencintai kondisi dan situasi hidup kita. Banyak orang yang diluar sana belum menerima diri sepenuhnya namun apa yang terjadi hidupnya kacau balau. Pepatah kalsik mengatakan “hidup engan mati pun tak mau”.
Mencintai diri sendiri dengan segala keterbatasan itu artinya kita mencintai orang yang berada didekat kita, bapa, mama, kakek, nenek, kakak, dan adik serta semua orang yang berada di luar kita. cinta dan kasih menjadi keutamaan dalam hidup kita tanpa cinta dan kasih segala harta yang kita miliki sama sekali tidak berarti. Banyak orang yang kaya di dunia ini, mempunyai segala-galanya namun bagi mereka harta itu tidaklah cukup bagi hidupnya. Mereka harus menyadari bahwa harta yang terbesar dalam hidup manusia adalah “cinta kasih” terhadap sesama dan orang lain. Banyak orang miskin di dunia ini yang selalu bahagia dalam menjalani hidupnya penuh dengan suka cita. Walaupun di tengah-tengah segala kekurangan ekonomi namun mereka tetap berpegang teguh pada cinta kasih terhadap sesama dalam memperjuangkan hidup.
Baca: Mematut Diri Dengan Meluruhkan Ego
Cinta seorang ibu sungguh sangat besar dahsyatnya dalam hidupku dan kita. walaupun keberadaanku melampau lautan samudera, namun seorang ibu selalu menyebut namaku di hati kecilnya. Di saat aku sakit di tanah rantuan, ibu selalu orang yang pertama mengetahui keadaan anaknya. Doanya sungguh tajam mengusik hati menyembuhkan rasa sakit dan kerinduanku kepadanya. Aku tak sanggup membalas budi baik dari sang ibu yang selalu mencintai dan mengasihi setiap deretan peristiwa hidupku yang memilukan.
Ibu tanganku tak mampu memelukmu dan merangkulmu hanya karena jarak yang memisahkan aku denganmu. Aku hanya mampu mengucapkan doa-doa kasihku kepadamu. Aku selalu berharap ibu selalu sehat dan bersukacita menunggu anakmu pulang menjengukmu. Ibu selalu mengingatkan di saat aku masih kecil, ungkapanmu sungguh luar biasa ” Dia sungguh ada namun keberadaan-Nya sungguh tak kelihatan”. Ibu hanya doa kulantunkan selalu agar engkau tetap semangat dan tetap berdiri kokoh kuat.
Baca: GadisTerakhir (Cerpen Afri Ampur)
Ibu di akhir cerita ini aku mau menyampaikan terima kasih kepadamu atas segala usaha dan perjuanganmu yang telah membesarkanku. Ibu air mata ini selalu berlinang mengucur derai di pipihku. Walaupun keinginanmu bahwa aku harus memiliki pendamping hidup di dunia ini, tapi rasanya sangat sulit bagiku untuk mengindahkan keinginanmu, Dia yang jauh di sana selalu memanggil aku. Dia tak peduli seberapa besar cintamu kepadaku. Dia ingin bahwa aku harus bekerja, tinggal di rumahnya yang sepi dan suci. Maafkanlah anakmu ibu...... selamat tinggal.
No comments:
Post a Comment