Iklan

Gadis Terakhir (Cerpen Afri Ampur)

Wednesday, 8 February 2023 | February 08, 2023 WIB Last Updated 2023-09-18T15:51:49Z

 

Gadis  Terakhir (Cerpen Afri Ampur)

Oleh : Afri Ampur

#Stenly#

InspirasiINDO.Com-Suara jangkrik mewarnai sore hari ini. Suara anak-anak dari Gor badminton tidak terdengar lagi. Aku duduk termenung sambil mendengarkan madah pujian dari kaum berjubah yang ada di seberang jalan. Aku dikagetkan dengan segerombolan kaum hawa yang mengenakan pakaian olahraga datang menghampiriku. “Kk, kami mau main badminton. Tolong ambilkan raket yang ada di kamar kk Mario” kata seorang perempuan yang rambutnya sebahu. Oh iya, aku penghuni baru di kos yang diberi nama Kost Angker. Kos yang dikhususkan untuk kaum Adam yang pernah mengenakan baju panjang berwarna putih. Kost ini berada dalam lingkungan biara. Menurut beberapa orang romo, tempat ini kurang elok disebut kost. Tempat ini lebih elok disebut tempat transisi bagi orang-orang yang baru keluar dari penjara suci.

Gor badminton yang semula sepi kini ramai lagi. Aku yang sudah mandi tidak bisa menahan diri untuk bergabung dengan mereka. Di pintu masuk, aku berpapasan dengan seorang perempuan yang memiliki mata yang sangat indah. Mata indahnya diapiti oleh kedua pipi yang gemoy. Bola mataku tidak bisa beralih darinya. Mukanya tidak dipoles bedak dan bibir-nya tidak dicoreng oleh lipstik. Dia tidak membohongi orang dengan lipstik dan bedak seperti yang diungkapkan oleh Sujiwo Tejo. Akhirnya, aku percaya dengan cerita temanku beberapa bulan yang lalu. Bola matanya meloncat keluar ketika melihat seorang kaum hawa yang manisnya sangat natural. Sekarang aku mengalaminya.

Baca: Mematut Diri Dengan Meluruhkan Ego

Aku mencari kesempatan untuk ngobrol dengannya. Tetapi sebelum itu, aku bangunkan semua keberanian yang ada di dalam diriku. “Enu, ite semester berapa?” tanyaku. “Aku sudah selesai kk, aku tinggal tunggu wisuda” jawabnya dengan lembut. Jawabnya mengubur semua keberanianku untuk mendekatinya. Aku tidak yakin bisa memilikinya. Usiaku sudah tua, tapi semester perkuliahanku masih sangat belia. Bahkan kk perempuanku memanggil aku mahasiswa kakek-kakek.

Semenjak perjumpaanku dengan gadis bermata indah itu, aku menghabiskan banyak waktu memikir cara untuk mendapat nomornya. Aku juga memikirkan cara agar tidak malu kalau ditolak olehnya. Meskipun gadis itu mencuri hati dan pikiranku, aku berusaha untuk bersikap cuek Ketika bertemu dengannya. Iya, supaya kelihatan mahal begitu hehehe.

#Hely#

“crengggggg…..crengggg” bunyi jam weker dari meja belajar membangunkan aku dari mimpi indah-ku. Jarum jam sudah mencium angka 12. Oh iya, malam ini merupakan malam ketiga aku novena kepada Bunda Maria. Aku meminta bantuan Bunda Maria untuk menyampaikan permohonanku kepada Putera-nya. Aku menatap patung Bunda Maria yang ada di hadapanku. Bunda Maria memiliki hidung yang berbanding terbalik denganku. Hidungku mancung ke dalam, sedangkan Bunda Maria mancung keluar. Setelah puas menatap Bunda Maria, aku menyampaikan ujud-ku. “ Bunda Maria, doaku yang kemarin, itulah doaku malam ini” kata-ku sambil memamerkan senyum terbaik-ku kepadanya. Setelah diam beberapa menit, aku menyadari bahwa banyak orang yang meminta doa dari Bunda Maria. Aku takut Bunda Maria lupa dengan ujud-ku yang kemarin malam. “Bunda Maria, sejak dua malam yang lalu, ujud- ku masih sama dengan malam ini, aku mohon utuslah seseorang yang bisa mejadi pendamping hidupku nanti, entah kapan engkau mengutusnya, aku akan selalu menanti moment itu” kataku dengan penuh harap.

“Ayooo, kita berangkat sekarang” kata seorang temanku yang kami anggap sebagai ibu kos. Setiap hari Minggu sore, kami pergi main badminton di Gor milik kaum berjubah. Di pintu masuk Gor, aku berjumpa dengan seorang laki-laki berhidung mancung dan berbadan tinggi. Dia baru keluar dari penjara suci yang ada di seberang jalan. Kami enggan untuk bergurau dengannya, sebab dia sangat cuek. Aku kaget ketika dia menyodorkan sebotol air mineral kepadaku. Dia juga mengajak aku ngobrol. Dia sebenarnya tidak cuek, tapi irit berbicara.

Baca: Pesona Kebersamaan dan SukacitaMerayakan Imlek

#Stenly#

“ Selamat malam enu” demikianlah bunyi pesan pertama-ku untuk gadis yang kunamai produk terakhir. Aku keringat dingin menanti balasan darinya. Muncul beberapa pertanyaan dalam benakku, apakah dia akan membalasnya pesanku? Apakah dia mempunyai pacar? Jujur, saya kecewa kalau dia mempunyai pacar. Selama satu bulan terakhir, aku selalu memperhatikannya. Dia gadis yang sangat spesial. Tidak heran kalau kontaknya kunamai produk terkahir. Minggu lalu, aku meminta temanku untuk mencari kontaknya. “selamat malam juga kak” demikian balasnya. Aku sengat gembira membaca pesan darinya. Semenjak saat itu, kami saling mengirim pesan. Puncaknya, ketika aku mengungkapkan perasaanku di warung kopi dekat kampusnya.

Hubungan kasih yang kami rajut disiksa oleh rindu. Setelah wisuda, dia kembali ke kampung. Oh iya, gadis yang menjadi pemeran utama dalam lamunan-ku tentang masa depan, menyelesaikan pendidikan strata satu hanya 3,5 tahun. Meskipun demikian, dia tidak mau dikatakan hebat. Dia menjadi alasan bagiku untuk merayakan natal dan tahun baru di kampung.

Hiruk-pikuk natal dan tahun baru telah usai. Kota Malang memanggil aku untuk kembali. Aku merasa berat untuk meninggalkan kampung. Jujur, aku belum pernah merasakan seperti ini sebelumnya. Perempuan yang kunamai produk terakhir itu memandangku dengan lembut. Tatapannya mengandung banyak makna. Air mataku tidak bisa dibendung lagi. Ibunya yang ramah itu membungkus tepung kopi untukku. Bapaknya mengantar aku di persimpangan jalan. Sebelum aku memakai helm, bapaknya memegang dagu-ku sambil mengatakan “ Nana, hati-hati dan kuliah baik-baik”. Dalam budaya kami memegang dagu merupakan simbol kasih sayang yang sangat mendalam dari orang tua kepada anaknya. Aku sangat bersyukur, karena keluarga ini sudah menganggap aku sebagai anak. Sepanjang perjalanan, aku tidak bisa membendung air mataku. Air mataku berbeda dengan air mata Fajar Sad Boy yang lagi viral. Air mataku merupakan air mata bahagia dan penuh rasa syukur.

“sayang, selamat merayakan ulang tahun pernikahan, saya tunggu di warkop dekat kampus ya, biar kita mengenang kembali perjalanan bahtera cinta kita” demikianlah pesan dari perempuan yang kuganti kontaknya dari produk terakhir menjadi ibu negara. “sayang, nanti chat mereka mama, supaya mereka mendoakan kita” demikian balasku. Di akhir pesan itu aku mengatakan, “Enu, terima kasih untuk kedua orang tuamu. Perbedaan mereka dengan orang tuaku ialah, orang tuaku menghadirkan aku ke dunia, sedangkan orang tuamu menghadirkan dunia untuk aku yaitu kamu”.

Baca: Sore itu di antara banyak Bunyian danJejak Kaki (Puisi Karya Patris Du)

#Hely#

Sejak 15 menit yang lalu aku berada di warkop ini. Hiruk-pikuk mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas mewarnai warkop ini. Warkop ini, sangat spesial bagiku. Sebab di sini, suamiku mengungkap perasaan kasihnya untukku. Laki-laki yang tingginya seperti tiang listrik itu memegang tanganku untuk pertama kalinya. Sambil menunggu kedatangannya, memoriku menampilkan slide, ketika dia berlibur di rumahku. Dia cepat akrab dengan keluargaku. Aku juga ingat, dia menangis ketika mau balik ke Malang. Jujur, aku tidak menyangka dia bisa menangis. Aku tidak tahu, makna di balik air matanya waktu itu.

“kenapa ite menangis waktu mau bali ke Malang?” tanyaku sambil menghirup kopi kesukaanku. “Ah… aku malu kalau mengingat itu” jawab suamiku sambil mengacak-acak rambutku. “waktu itu, aku tidak tega meninggalkan ite. Aku juga terharu dengan kehangatan keluarga dite menerima saya” jawab suamiku dengan pelan, tapi bermakna.

Nb : Cerpen ini dibuat di atas kapal Swarna Bahtera dan disaksikan oleh penghuni laut serta ditertawai oleh ikan teri.

Penulis merupakan Mahasiswa STFT Widya Sasana Malang

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Gadis Terakhir (Cerpen Afri Ampur)

No comments:

Post a Comment

Trending Now

Iklan