Oleh: Sirilus Yekrianus
kayu-kepada api yang menjadikannya abu.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana-dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan-kepada hujan yang menjadikannya tiada.
Sapardi Djoko Damono
Puisi “Aku Ingin” karya Sapardi ini ditulis pada tahun 1989. Puisi ini maknanya sangat mendalam, puisi yang menceritakan tentang perasaan cinta yang sederhana. Sang penyair hendak mengungkapkan perasaan cintanya yang sederhana juga tulus kepada sang pujaan hati. Bukan lewat kata-kata manis atau bualan tapi cinta yang tulus walau sederhana. Cinta adalah aktivitas menjadi. Aktivitas menjadi adalah aktivitas manusia menjadi manusia yang penuh cinta dengan cara sederhana.
Bulan September yang lalu saya bertemu dengan seorang kawan lama. Ditemani kopi disalah satu kafe di kota Jember, begitu banyak hal yang diperbincangkan mulai dari kehidupan harian, politik, dan sampai tentang percintaan. Pembicaraan ini bermula dari pengalaman cinta setiap hari, yang sederhana, penuh perjuangan; sampai pada suatu pertanyaan apa si sebenarnya cinta? Pertanyaan ini kelihatannya sederhana tapi maknanya sangat mendalam. Pertanyaan kecil, sederhana, biasa tadi menghasilkan jawaban yang panjang, mendalam. Setelah beberapa jam berbicara tentang CINTA, disimpulah: Cinta adalah itu yang dirindukan oleh semua orang. Segala manusia merindukannya, mengharapkannya, menginginkannya. “Segala manusia” hendak menunjukan tidak ada yang dikecualikan, dari zaman dahulu dan sampai kapanpun cinta adalah kerinduan manusia. Cinta identik dengan kehidupan itu sendiri. Atau cinta adalah hidup itu sendiri.
Seorang filosof yang bernama Sophocles merefleksikan cinta seperti seorang bos besar yang kemauannya tidak dapat ditunda. Kehadirannya memaksa. Tidak ada satupun manusia lari, mengelak dari paksaan cinta itu. Lain dari itu seorang Plato, mengatakan orang yang mencintai adalah orang yang menyatukan dirinya. Cinta itu energi yang menyatukan. Karena cinta, jiwa mencari pasangannya (soul mate). Perlu diingat cinta itu melampui apa yang kelihatan, melampaui fisik atau bisa dikata sesuatu yang metafisis. Cinta adalah perkara jiwa.
Spinoza melihat cinta itu sebagai kegembiraan. Tanpa cinta manusia masuk ke dalam jurang kesedihan. Cinta itu membuat seseorang merasa gembira. Cinta menjadi emblem kemakmuran. Dengan cinta seseorang tidak merasa kurang. Nah seorang filosof yang saya kagumi, Leibniz merefleksikan cinta sebagai suatu kenikmatan. Kenikmatan dimaksud bukan kenikmatan saat orang nafsu makan. Saat nikmat adalah saat orang sedang mengalami cinta. Saat dia dipenuhi cinta.
Seorang mistikus tersohor bernama Meister Eckhart, mengatakan cinta itu menyerang, menyergap, menghantam. Kehadirannya bukan hanya mengejutkan, tetapi juga membuat manusia tidak berkutik. Membuat manusia tidak bisa mengelak. Dan tidak ada satupun manusia yang menolak kehadirannya. Penjahat sekalipun pasti memiliki rasa cinta.
Saya masih ingat kisah seorang Maximilianus Kolbe dijebloskan di dalam kamp konsentrasi Nazi. Di dalam kamp dia menampilkan cinta. Pada suatu kesempatan dimana Kolbe melihat seorang bapak hendak dimasukan ke gas-chamber (ruang gas). Bapak tersebut meminta untuk dibebaskan karena dia masih memiliki keluarga. Melihat hal itu Kolbe meminta kepada opsir agar dia diperkenankan menggantikan bapak tersebut. Dan kemudian Kolbe dengan tersenyum berkata kepada bapak tersebut, aku menggantikan posisimu, pergilah ke keluargamu. Dengan demikian Kolbe mengartikan cinta sebagai memberi-membagi diri.
Dalam tindakan heroisme Kolebian ini, cinta memiliki karakter memberi-membagi. Aktivitas memberi diri untuk masuk ke ruang gas tersebut merupakan aktivitas cinta yang luar biasa. Dia bahagia ketika dia menunjukan cinta dengan mengorbankan diri. Cintanya adalah ketika melihat orang lain diselamatkan.
Akhirnya Cinta adalah keterarahan kepada sang baik. Orang yang mencintai, mengejar kebaikan. Mengarahkan diri untuk memeluk kebahagiaan itu sendiri. Karena cinta, ia menanggalkan segalanya untuk mendapatkan kebahagian. Cinta juga diartikan sebagai itu yang daripadanya manusia hidup, bahagia. Cinta adalah hidup itu sendiri.
No comments:
Post a Comment