Teras inspirasi - Hidup dalam kekudusan dan kesucian merupakan kerinduan semua umat beriman. Semua orang menginginkan hidup suci. Maka kesucian lalu menjadi tujuan dari hidup rohani umat beriman. Ada beragam corak hidup yang barangkali membantu menumbuhkan hidup rohani antara lain, beramal, sikap empati, juga melalui hidup askese, mati raga, mengembangkan disiplin hidup doa. Keluhuran niat menjadi basis perjuangan hidup dalam kekudusan. Tentu untuk menjalankan hidup yang kudus tidak hanya berhenti pada kesalehan di ruang-ruang doa, tetapi dihidupi secara nyata dalam praksis hidup sehari-hari. St Yuliana Falkonieri barangkali menjadi salah satu contoh figur dalam Gereja yang hidup kekudusannya diimplementasikan dalam hidup sehari-hari, yakni sikap kesahajaan, kesederhanaan dan ketekunan hidup spiritual.
Baca Juga: PergilahKasih dan Lupakan Semua Tentang Kita (Cerpen: Adryan Naja)
Sekilas jejak hidup St. Yuliana Falkonieri.
St. Yuliana lahir di Florenze, Italia tengah pada abad XIII. Ia seorang awam dari keturunan bangsawan. Ia amat berkesan dengan cara hidup ketujuh pendiri Ordo Hamba-hamba Maria (OSM). Ia kemudian memutuskan mengikuti jalan serupa yakni mendedikasikan hidupnya untuk melayani Kristus dengan menjadi seorang biarawati. Santa Yuliana tercatat sebagai seorang biarawati pertama dalam keluarga OSM, meskipun waktu itu belum ada komunitas resmi untuk biarawati.
St. Yuliana menjalani hidup bakti di rumahnya hingga dikemudian hari bergabung bersama rekan-rekanya membangun sebuah komunitas hidup religius pada 3 Juli 1332 (Sejarah singkat OSM:2018). Ia lalu menjalankan praktik kesalehan hidup rohani dengan ketat hingga akhirnya ia mengalami penderitaan fisik, sakit parah. Dalam situasi yang demikian kritis ia tidak bisa makan. Suatu ketika saat upacara perminyakan, hosti yang hendak diberikan kepadanya hanya bisa diletakkan diatas dadanya lenyap dan itu diyakini masuk secara ajaib ke dalam tubuh St. Yuliana.
Mengikuti Tuhan
Mengikuti Tuhan berarti memilih jalan hidup yang baru. Hidup baru tidak dimaksudkan untuk menegasi kehidupan sebelumnya, melainkan dengan menerima kenyataan diri serta berupaya untuk berubah atau ada kesadaran untuk selalu bertobat. Panggilan hidup St. Yulianasebagai biarawati bermula dari ketertarikan cara hidup ketujuh pendiri OSM. Yuliana sebagai gadis awam yang belatar belakang keluarga bangsawan tersentuh dengan corak hidup yang sederhana, hidup dalam keheningan, bertekun dalam hidup berdevosi kepada bunda Maria. Yuliana merasa menemukan tujuan hidup sesungguhnya, mengabdi Tuhan Yesus. Sehingga ia kemudian memutuskan untuk meninggalkan kemegahan hidup duniawi dan menghidupi kehidupan yang sederhana tetapi menjanjikan keselamatan jiwanya. Ia merasa sudah memilih yang terbaik untuk hidupnya, ia memilih harta yang abadi yakni Kristus. Bahkan saat mengalami penderitaan sakit parah ia terima dengan lapang hati tanpa menyuarakan protes kepada Tuhan. Tentu bukan berarti dia pasrah dengan keadaan, tetapi dia percaya Tuhan yang diimaninya akan memberinya penghiburan. Keajaiban hosti yang hilang dari dadanya menjadi salah satu tanda nyata (mukjizat) betapa Tuhan tidak meninggalkannya.
Baca Juga: MenyangkalDiri, Memikul Salib dan Mengikuti Yesus dalam Kehidupan Sehari-hari dancontohnya
Ada dua hal yang sekiranya bisa dipelajari dari St. Yuliana.
Pertama, kerelaan. St. Yuliana rela melepaskan kekayaan duniawinya. Ia merasa menemukan mutiara yang lebih berharga yakni Kristus sendiri. Pengalaman perjumpaan dengan Kristus lewat cara hidup sederhana dan penuh keheningan membuatnya bahagia. Ia betah dengan hidup yang demikian. Karena itu sikap kerelaan itu penting dalam mengikuti Tuhan. Mengikuti Tuhan bukan karena keterpaksaan atau dipaksa oleh orang lain melainkan kerelaan pribadi, lahir dari kemauan sendiri.
Kedua, komitmen. Mengingat St. Yuliana merupakan gadis pertama yang ingin hidup selibat dalam keluarga OSM, tentu situasinya berbeda dengan orang yang bergabung dengan sebuah tarekat hidup religius yang sudah memiliki banyak anggotanya. St.Yuliana berkomitmen untuk hidup perawan demi Kerajaan Allah meski ia hanyati di rumahnya sendiri. Setelah beberapa sahabatnya tertarik dengan cara hidup St.Yuliana mereka kemudian bergabung dan membentuk sebuah komunitas. Komitmen itu penting dalam mengikuti Tuhan. Sebab tidak dipungkiri bahwa dalam perjanan hidup sebagai orang beriman (sebagai biarawan/I maupun awam) pasti menghadapi aneka tantangan atau persoalan terlepas dari bobot persoalan yang dialami. Namun dari St. Yuliana kita lihat gambaran hidup mengikuti Tuhan yang penuh optimis. Ia berpegang tegus pada komitmen awal dan selalu ia jaga hingga akhir hidupnya.
Dewasa ini cukup banyak orang meninggalkan imannya, merasa tidak lagi membutuhkan Tuhan atau yang biasa disebut sekularisme. Namun itu tidak berarti mengikuti Tuhan baik sebagai umat awam maupun hidup sebagai biarawan/i sudah tidak ada lagi. Saat ini masih banyak orang yang beriman, memperjuangkan kekudusan melalui cara hidup dan hidup doa. Kenyataan demikian menunjukan betapa Sabda Tuhan itu Sabda yang hidup” Aku menyertai kamu hingga akhir jaman”. Penyertaan Kristus bagi Gerejanya berlangsung selama-lamanya. Karena itu mengikuti Tuhan baik itu melalui hidup selibat maupun sebagai awam dengan segala kekhasan kerasulannya mesti diperjuangkan demi kesucian dan kekudusan hidup (Gereja).
By: efrem danggur, pengagum spiritualitas Ordo Hamba-hamba Maria (OSM)
Penyertaan Kristus bagi Gerejanya berlangsung selama-lamanya. Terima kasih untuk refleksinya.
ReplyDeleteLuar biasa
ReplyDelete